Pengertian Adab Berhias Bentuk Akhlak Berhias

107 Akhlak Tasawuf ­ Kurikulum 2013 pakaian tersebut dapat memenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu menutupi aurat dan keindahan. Sehingga bila hendak menjalankan shalat pakian tersebut langsung dapat memenuhi syarat digunakan untuk menjalankan shalat dan seyogyanya pakaian yang kita pakai itu adalah pakaian yang baik dan bersih bukan berarti mewah. Hal ini sesuai firman Allah dalam Surat al-A’raf7:31. ُبِ ُي َ ل ۥُهَنِإ ۚ ْآوُفِ ۡسُت َلَو ْاوُبَ ۡشٱَو ْاوُُكَو ٖدِجۡسَم ِّ ُل َدنِع ۡمُكَتَنيِز ْاوُذُخ َمَداَء ٓ ِنَبَٰي۞ ١ َنِفِ ۡسُم ۡ لٱ Artinya: “ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid makan, minumlah, dan janganlah berlebih­lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih­lebihan. Q.S.al­A’raf 7: 31 . Ketentuan dan kriteria busana muslimah menurut Al-Qur’an dan Sunnah memang lebih ketat dibanding ketentuan berbusana untuk kaum pria. Hal-hal yang tidak diatur oleh Al-Qur’an dan Sunnah diserahkan kepada pilihan masing- masing, misalnya masalah warna dan mode. Keduanya menyangkut selera dan budaya, pilihan warna dan mode akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan peradaban umat manusia. Karena itu apapun model busananya, maka haruslah dapat mengantarkan menjadi hamba Allah yang bertaqwa.

2. ADAB BERHIAS

a. Pengertian Adab Berhias

Berhias adalah kebutuhan dasar untuk memperindah penampilan diri, baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Berhias adalah bentuk ekpresi personal, yang menegaskan jati diri dan menjadi kebanggaan seseorang. Menurut bahasa, berhias berasal dari kata “Zayyana – yuzayyinu yang artinya hias atau berhias, atau berhias diartikan; “usaha memperelok diri dengan pakaian ataupun keindahan sejenis, berdandan dengan dandanan yang indah dan menarik”. Secara istilah berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk memperindah diri dengan berbagai busana, asesoris ataupun yang lain dan dapat memperindah diri bagi pemakainya, sehingga memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta menambah rasa percaya diri penampilan untuk suatu tujuan tertentu. Berdasarkan ilustrasi di atas, maka dapat dipahami bahwa pada hakekatnya berhias itu dapat dikatagorikan akhlak terpuji, sebagai perbuatan yang dibolehkan Buku Siswa Kelas XII 108 bahkan dianjurkan, selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam. QS. Al- A’raf : 31 Dalam sebuah Hadits Nabi saw bersabda : ملسم هاور َلاَمَ ْ لا ُبِ ُي ٌلْيِ َج َلا َنِإ Artinya : Sesungguhnya Allah itu Indah dan menyukai keindahan HR. Muslim Adapun tujuan berhias untuk memperindah diri sehingga lebih memantapkan pelakunya menjadi insan yang lebih baik muttaqin.

b. Bentuk Akhlak Berhias

Berhias merupakan perbuatan yang diperintahkan ajaran Islam. Mengenakan pakaian merupakan salah satu bentuk berhias yang diperintahkan. Pakaian dalam Islam memiliki fungsi hiasan yaitu, memenuhi kebutuhan manusia yang tidak sekadar membutuhkan pakaian penutup aurat, tetapi juga busana yang memperelok pemakainya. Pada masyarakat yang sudah maju peradabanya, mode pakaian ataupun berdandan memperoleh perhatian lebih besar. Jilbab, dalam konteks ini, menjalankan fungsinya sebagai hiasan bagi para muslimah. Mode jilbab dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Jilbab bukan hanya sebagai penutup aurat, namun juga memberikan keelokan dan keindahan bagi pemakainya untuk mempercantik dirinya. Berhias dalam ajaran Islam tidak sebatas pada penggunaan pakaian, tetapi mencakup keseluruhan piranti alat aksesoris yang lazim digunakan untuk mempercantik diri, mulai dari kalung, gelang, arloji, anting-anting, bross dan lainnya. Di samping itu dalam kehidupan modern, berhias juga mencakup penggunaan bahan ataupun alat tertentu untuk melengkapi dandanan dan penampilan mulai dari bedak, make up, semir rambut, parfum, wewangian dan sejenisnya. Agama Islam telah memberikan pedoman yang tegas agar setiap muslim mengindahkan kaidah berhias yang meliputi; 1. Niat yang lurus, yaitu berhias hanya untuk beribadah, artinya segala bentuk kegiatan berhias diorientasikan sebagai bentuk nyata bersyukur atas nikmat dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah 2. Dalam berhias tidak dibenarkan menggunakan bahan-bahan yang dilarang agama. 109 Akhlak Tasawuf ­ Kurikulum 2013 3. Dilarang berhias dengan mengguankan simbol-simbol non muslim salib dll., 4. Tidak berlebih-lebihan . 5. Dilarang berhias seperti cara berhiasnya orang-orang jahiliyah . 6. Berhias menurut kelaziman dan kepatutan dengan memperhatikan jenis kelamin, 7. Dilarang berhias untuk keperluan berfoya-foya atau pun riya’, . Agama Islam memberi batasan dalam etika berhias, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah berikut: َةٰوَكَزلٱ َنِتاَءَو َةٰوَل َصلٱ َنۡمِق َ أَو ٰۖ َ يو ُ ۡ لٱ ِةَيِلِهٰ َج ۡلٱ َجُ َبَت َنۡجَ َبَت َلَو َنُكِتوُيُب ِف َنۡرَقَو ۡمُكَرِّه َطُيَو ِتۡيَ ۡ لٱ َلۡه َ أ َسۡجِّرلٱ ُمُكنَع َبِه ۡذُ ِل ُ َلٱ ُديِرُي اَمَنِإ ۚٓۥَُلوُسَرَو َ َلٱ َنۡعِطَأَو ٣ اٗرِه ۡطَت Artinya: dan hendaklah kamu tetap di rumahmu[1215] dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang­orang Jahiliyah yang dahulu[1216] dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul­Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih­bersihnya. Q.S. al-Ahzāb33:33 Larangan Allah dalam ayat tersebut di atas, secara khusus ditujukan kepada wanita- wanita muslimah, agar mereka tidak berpenampilan tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah zaman Nabi dahulu.

b. Nilai Positif Akhlak Berhias