69
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
b. Hikmah Menghindari Perilaku Qarun
Kisah Qarun memiliki hikmah bagi kehidupan manusia, antara lain : 1. Harta melimpah yang diberikan Tuhan kepada Qarun bukan tanda bahwa Tuhan
mencintainya sebagaimana anggapan segelintir orang. Justru itu adalah ujian Allah apakah kita mampu mensyukurinya dengan baik dengan menggunakannya
di jalan Allah. 2. Jangan mudah silau dan terpukau pada harta dan perhiasan orang lain.
Sesungguhnya seseorang yang memiliki harta banyak menananggung beban yang lebih besar pula yaitu mempertanggung jawabkan pencarian dan penggunaan
hartanya di hadapan Allah. 3. Bandingkanlah harta di dunia dengan kenikmatan akhirat yang kekal abadi.
Kesadaran terhadap kenikmatan dunia yang dan kenikmatan akhirat yang kekal abadi, akan membuat seorang muslim menjadi mawas diri terhadap pemberian
Allah. Karena itu, menjemput akhirat harus menjadi prioritas muslim dalam hidupnya.
Kisah Kan’an
Kan’an adalah anak Nabi Nuh AS. Dalam sejarah Nabi Nuh diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Nabi Adam As. dan berasal dari wilayah Armenia. Kawasan
ini berada di antara Iran, Turki dan Azerbaijan, serta di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, Asia Barat. Nabi Nuh adalah Nabi dan Rasul Allah Swt. yang dikatagorikan
dalam kelompok Ulul Azmi. Ia diutus untuk menyadarkan umatnya yang durhaka dan menyekutukan Allah Swt. Pada zaman Nabi Nuh, banyak manusia yang tidak
mau taat kepada Allah swt dan justru berpaling dariNya. Mereka terbiasa dengan menyembah patung-patung berhala yang mereka ciptakan sendiri.
Diceritakan sepeninggal Nabi Idris As, ada lima orang yang sangat saleh. Mereka sangat disenangi masyarakat dan diikuti sebagai suri tauladan. Setelah kelima orang
tersebut wafat, masyarakat membuatkan patung mereka dan diletakkan di alun- alun yang pada awal pembuatannya hanya untuk mengenang kesholihannya.
lambat laun seiring dengan berjalannya waktu dan bergantinya generasi ke generasi, kaum itu akhirnya menyembah patung tersebut, karena dianggap
membawa manfaat. Nama-nama patung itu; Wadd, Suwa’, Yaguth, Ya’uq, dan Nasr. Pada akhirnya kaum terbiasa menyembah patung tersebut dan berpaling dari
menyembah Allah.
Buku Siswa Kelas XII
70
Dengan sekuat tenaga, Nabi Nuh As. berusaha menyadarkan kaumnya yang telah tersesat jauh dari kebenaran dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Tetapi, mereka
tidak mau menerima ajakan baik Nabi Nuh. Justru yang terjadi adalah Nabi Nuh dihina, dicaci maki, dan ditertawakan.
Setiap kali Nabi Nuh menyampaikan peringatan dari Allah, mereka pura-pura tidak mendengar. Mereka menutup telinga rapat-rapat. Bahkan, mereka tidak segan-
segan menantang Allah Swt. dengan meminta datangnya azab Allah kalau memang ajakan Nuh tersebut benar.
Lama Nuh berdakwah sebagimana diungkapkan dalam Al-Qur’an adalah Selama 950 tahun, Nabi Nuh berjuang menyerukan kepada kaumnya untuk kembali ke
jalan yang benar, yaitu menyembah Allah swt. Tapi hanya segelintir orang yang mau mendengarkan seruan Nabi Nuh. Bahkan, istri dan anaknya yang bernama Kan’an
mendustakannya. Nabi Nuh pun merasa lelah untuk menyadarkan kaumnya tetapi tetap saja
mereka tidak mau meresponnya. Kemudian, Nabi Nuh. meminta kepada Allah untuk menurunkan azab kepada mereka. Allah memerintahkan kepada Nuh untuk
membuat sebuah kapal besar. Justru oleh umatnya, Nabi Nuh dianggap gila karena membuat kapal di atas gunung dan pada musim panas. Sampai akhirnya setelah 40
tahun kapal itu selesai dibuat. Segeralah orang-orang yang beriman segera menaiki perahu, tidak ketinggalan
pula burung-burung dan binatang-binatang berpasang-pasangan. Mulailah air keluar dengan deras dari celah-celah bumi. Sementara dari langit turun hujan yang
sangat lebat. Nabi Nuh bersama orang-orang yang beriman di dalam perahu hanya bisa pasrah kepada Allah melihat dan menunggu detik-detik tenggelamnya bumi.
Orang-orang kafir mulai kebingungan mencari tempat perlindungan dari air bah, sebagian tewas terseret arus sebagian lain tenggelam akibat tingginya air. Saat
perahu mulai berlayar, nampak Kan’an, anak Nabi Nuh, tetap ingin menyelamatkan diri dengan berenang menuju puncak sebuah gunung yang belum terjamah air. Kan’an
yakin air tidak mungkin sampai puncak gunung. Pada saat air telah menutup bumi, Naluri kasih sayang seorang ayah membuat Nabi Nuh berusaha keras membujuk
dan merayu anaknya agar mau naik perahu bersamanya.“Kan’an anakku Naiklah ke perahu bersama kami Janganlah kau mati bersama-sama orang yang kafir”.
Namun apa jawab Kan’an? “Tidak Ayah Aku akan selamat berada di puncak gunung itu”. “Kan’an….dengarkan Ayah Tak ada satu pun yang dapat melindungimu
dari keadaan ini selain Allah”. Belum selesai pembicaraan antara ayah dan anaknya,
71
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
tiba-tiba datang gelombang besar yang menjadi penghalang antara keduanya. Kan’an hilang dari pandangan Nabi Nuh.
Nabi Nuh berusaha mencari, namun ia tidak menemukan selain ombak yang semakin tinggi. Nabi Nuh sedih, ia telah kehilangan anak yang dicintainya. Seluruh
permukaan bumi telah tenggelam dan semua manusia telah mati kecuali yang tersisa dalam perahu. Kemudian Perahu mengapung di atas permukaan air yang tak
kunjung surut. Hingga akhirnya datanglah perintah Allah agar bumi dan langit tidak mengeluarkan air lagi.
Hati Nabi Nuh masih sedih yang dalam akan kematian anaknya dan menyesali mengapa tidak mengikuti ajakannya. Ia bertanya-tanya kenapa Allah tidak
menyelamatkan anaknya. Ia tidak tahu bahwa Kan’an menyembunyikan kekafirannya di hadapan Nabi Nuh. Hingga terucap, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk
keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadiladilnya”. Allah pun menjelaskan kepada Nabi Nuh, “Hai Nuh,
sesungguhnya Kan’an itu bukanlah termasuk kelauargamu yang dijanjikan akan diselamatkan. Sesungguhnya perbuatannya tidak baik”.
“Sebab itu, janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekatnya. Aku peringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk
orangorang yang tidak berpengetahuan”. Nabi Nuh tersadar dan memohon ampun kepada Alloh atas kekhilafannya. Sementara perahu terdampar di daratan Armenia,
seluruh penumpang turun dan memanjatkan syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan jiwa dan keimanan mereka.
a. Menghindari sifat tercela Kan’an