Menghindari sifat tercela Kan’an

71 Akhlak Tasawuf ­ Kurikulum 2013 tiba-tiba datang gelombang besar yang menjadi penghalang antara keduanya. Kan’an hilang dari pandangan Nabi Nuh. Nabi Nuh berusaha mencari, namun ia tidak menemukan selain ombak yang semakin tinggi. Nabi Nuh sedih, ia telah kehilangan anak yang dicintainya. Seluruh permukaan bumi telah tenggelam dan semua manusia telah mati kecuali yang tersisa dalam perahu. Kemudian Perahu mengapung di atas permukaan air yang tak kunjung surut. Hingga akhirnya datanglah perintah Allah agar bumi dan langit tidak mengeluarkan air lagi. Hati Nabi Nuh masih sedih yang dalam akan kematian anaknya dan menyesali mengapa tidak mengikuti ajakannya. Ia bertanya-tanya kenapa Allah tidak menyelamatkan anaknya. Ia tidak tahu bahwa Kan’an menyembunyikan kekafirannya di hadapan Nabi Nuh. Hingga terucap, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil­adilnya”. Allah pun menjelaskan kepada Nabi Nuh, “Hai Nuh, sesungguhnya Kan’an itu bukanlah termasuk kelauargamu yang dijanjikan akan diselamatkan. Sesungguhnya perbuatannya tidak baik”. “Sebab itu, janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekatnya. Aku peringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang­orang yang tidak berpengetahuan”. Nabi Nuh tersadar dan memohon ampun kepada Alloh atas kekhilafannya. Sementara perahu terdampar di daratan Armenia, seluruh penumpang turun dan memanjatkan syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan jiwa dan keimanan mereka.

a. Menghindari sifat tercela Kan’an

Kan’an adalah sosok manusia yang tidak beriman kepada Allah, walau di dekatnya ada seorang penyeru yang tidak lain adalah bapaknya sendiri yaitu Nabi Nuh as. Dari kisah Kan’an di atas dapat kita perhatiakan hal-hal berikut : 1. Urgensi orang tua memperhatikan dan mendidik anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam kekafiran. 2. Pendidikan yang diberikan kepada anak-anak meliputi Akidah, ibadah dan akhlakul Karimah. 3. Untuk mentaati orang tua selama perintahnya tidak mengandung maksiat. 4. Selalu merasa diawasi Allah, yakin bahwa Allah mengetahui apapun yang kita lakukan sampai pada gerak dan getaran hati semua tidak luput dari pengawasan Allah. 5. Menghindari sikap sombong sebagimana yang dilakukan Kan’an saat diseru oleh Nabi Nuh As. Buku Siswa Kelas XII 72 Ayo Diskusi Setelah kalian mendalami materi tentang kisah Qorun dan prilakunaya, diskusikanlah dengan teman sebangku atau dengan kelompok kalian. Bagilah menjadi dua kelompok, dimana satu kelompok membahas kisah Qorun dan kelompok dua membahas cara-cara menghindari prilaku Qarun, lalu setiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan teman-teman kalian. Kisah Teladan Konon dikisahkan bahwa pada zaman Rasulullah ada seorang pemuda yang bernama Alqamah. Dia seorang pemuda yang giat beribadah, rajin shalat, banyak puasa dan suka bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada baginda akan keadaan Alqamah. Maka, Rasulullahpun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib ar-Rumi dan Bilal bin Rabah untuk melihat keadaannnya. Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin- lah untuk mengucapkan La Ilaha Illallah”. Akhirnya mereka berangkat ke rumahnya, ternyata saat itu Alqamah sudah dalam keadaan sekarat naza’, maka segeralah mereka men-talqin-nya, namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illalah. Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah. Maka Rasulullah pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?” Ada yang menjawab, “Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai seorang ibu yang sudah sangat tua renta”. Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, namun kalau tidak, maka biarlah Rasulullah yang datang menemuimu.” Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, maka dia berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah.” Maka, dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah. Sesampainya di 73 Akhlak Tasawuf ­ Kurikulum 2013 rumah Rasulullah, dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur, sebab jika engkau berbohong, maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?” Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, dia rajin mengerjakan shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.” Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?” Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.” Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.” Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.” Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?” Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.” Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, shalat, puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya,” Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, bahwa saya telah ridha pada anakku Alqamah”. Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, barangkali ibu Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, barangkali dia hanya malu kepadaku.” Maka, Bilal pun berangkat, ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan La Ilaha Illallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, dan ridhanya telah menjadikanya mampu mengucapkan syahadat.” Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga. Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya, Lalu, di dekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik Buku Siswa Kelas XII 74 pada ibunya serta meminta ridhanya, karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya.” Evaluasi Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan benar dan jelas. 1. Jelaskan kisah Qarun? 2. Prilaku apa yang paling menonjol menurut kamu yang dilakukan Qorun di tengah masyarakatnya ? 3. Pelajaran apa yang bisa diambil dari kisah Qorun? 4. Kenapa Nabi Nuh sangat sedih melihat Kan’an tidak mau mengikuti seruaanya ? 5. Jawaban apa yang diberikan Kan’an saat diajak naik perahu dan Ia menolaknya ?