141
Akhlak Tasawuf Kurikulum 2013
Namimah juga berefek lebih besar, berupa tidak diterimanya kesaksian. Sebab menurut Al-Ghazali namimah adalah perbuatan fasiq Sebagaimana Allah Swt. dalam
Q.S. Al-Hujurat ayat 6 berikut:
اوُحِب ْصُتَف ٍة َلاَهَ ِب اًمْوَق اوُبي ِصُت نَأ اوُنَيَبَتَف ٍإَبَنِب ٌقِساَف ْمُكَءآَج نِإ اوُنَماَء َنیِ َلا اَهُيَأاَی
6:تارجلا َنِمِداَن ْمُت ْلَعَفاَم َٰ َع
Artinya: “Hai orangorang yang beriman Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak
mencelakakan suatu kaum karena kebodohan kecerobohan, yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” Q.S. AlHujurat: 6
Perbuatan namimah juga diancam dengan masuk neraka. Sabda Rasulullah dari Sahabat Hudzaifah ”tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat namimah.”
Banyak akibat yang muncul dari perbuatan namimah, diantaranya adalah konflik antar sesama. Karena itu wajib bagi seorang muslim menghindarinya.
c. Perilaku Menghindari Perbuatan Namimah
Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar terhindar dari perilaku namimah. a. Berpikir terhadap bahaya namimah.
b. Berusaha bertenggang rasa dan memahami kondisi orang lain. c. Tidak mudah mempercayai sebuah berita tanpa meneliti kebenarannya
terlebih dulu. d. Senantiasa berbaik sangka pada orang lain.
e. Berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan sebaik-baiknya.
6.
GHIBAH a. Pengertian Ghibah
Ghibah atau menggunjing adalah perilaku membicarakan sesuatu pada diri orang lain, yang jika orang tersebut mendengarnya, dia tidak akan senang.
Sesuatu yang dibicarakan dalam ghibah adalah hal-hal yang benar adanya, misalkan tentang kondisi fisik, maupun sifat. Sedangkan jika yang dibicarakan tidak
benar, maka orang yang membicarakan tersebut telah berbuat fitnah.
b. Larangan Ghibah
Allah swt. telah menciptakan aturan yang benar dan adil bagi hamba-hambaNya. Tidak akan ada satu pun yang terdzolimi oleh hukum Allah swt. ini. Salah satu yang
Buku Siswa Kelas XII
142
telah Allah swt. tetapkan adalah mengenai hukum ghibah, yakni haram. Namun demikian, para ulama telah bersepakat bahwa pada beberapa kondisi
darurat, seseorang diperbolehkan untuk membicarakan keburukan orang lain. Beberapa kondisi yang diperbolehkan tersebut adalah sebagai berikut:
1 Seseorang yang teraniaya kemudian melaporkan penganiayaan yang menimpa dirinya itu pada pihak yang berwajib, agar mendapat hukum yang jelas.
2 Membicarakan pribadi orang lain dengan tujuan untuk menjalin hubungan jual beli, pernikahan atau menitipkan hal yang penting kepada orang tersebut.
3 Membicarakan keburukan orang lain untuk instropeksi bersama atau membantu orang tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Selain untuk kondisi darurat seperti yang disebutkan di atas, Islam tetap menghimbau umatnya agar menghindari perbuatan gibah atau menggunjing. Allah
swt. telah berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 12 berikut:.
12: تارجلا .... ا ًضْعَب ْمُك ُضْعَب بَتْغَيَاَو ...
Artinya: “… dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain …” Q.S. AlHujurat: 12 Akibat begitu buruknya ghibah, Allah Swt. juga telah mengumpamakan
pelakunya dengan sesuatu yang sangat menjijikkan. Sebagaimana firmannya dalam QS. Al-Hujjurat ayat 12 di bawah ini:
12: تارجلا .... ُهوُمُتْهِر َكَف اًتْيَم ِهيِخَأ َمَْل َلُكْأَی نَأ ْمُكُدَحَأ ُبِ ُيَأ ...
Artinya: “… apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik …” Q.S. AlHujurat: 12
c. Dampak Negatif Ghibah