24 c. Fungsi pertahanan diri.
Fungsi pertahanan diri ini diturunkan dari pendekatan psikoanalitik. Dalam hal ini, sikap berfungsi sebagai suatu mekanisme pembelaan
atau pertahanan. Sikap dapat melindungi ego dari ancaman dan kegelisahan.
d. Fungsi penggambaran nilai. Fungsi
penggambaran nilai
juga berakar
dari pemikiran
psikoanalitik. Sikap juga merupakan konsep yang mengekspresikan konsep diri dan sistem nilai.
Smith, Bruner,dan white dalam Mar’at 1982:16-18 beranggapan bahwa fungsi dari sikap adalah a penyesuaian diri dengan lingkungan,
b exsternalization, reaksi-reaksi yang menuju pada objek-objek luar, c aktifitas adaptif dalam memeperoleh informasi dari hari ke hari
kedalaman reaksi kehidupan, yang dijelaskan sebagai berikut: a. Penyesuaian diri dengan lingkungan
Sikap menyesuaikan sesuai dengan keadaan dilingkungannya,sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
b. Exsternalization, reaksi-reaksi yang menuju pada objek-objek luar Sikap terjadi dan mengalami perubahan sesuia dengan pengaruh
objek dari luar. c. Aktifitas adaptif dalam memperoleh informasi dari hari ke hari ke
dalama reaksi kehidupan,
25 Teori fungsi ini beranggapan bahwa sikap memiliki suatu fungsi
untuk menghadapi dunia luar agar individu senantiasa menyesuaikan dengan lingkungan menurut kebutuhannya. Sehingga terlihat terus-
menerus terjadi perubahan sikap dan tingkah laku. Jadi disimpulkan sikap memiliki beberapa fungsi, fungsi tersebut
membentuk suatu perubahan. Beberapa fungsi dari sikap memberi arti pada dunia untuk memahami dirinya, mengungkapkan perasaan yang ada
pada dirinya untuk orang lain, pembelaan diri dan pertahanan, penggambaran karakteristik seseorang.
6. Pengertian Orang Tua
Menurut Wibowo 2003:1 pengertian orang tua, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar
yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Orang tua adalah komponen keluarga yang
terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua
memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang mengantarkan anak
untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1986:657, orang tua
adalah ayah dan ibu kandung atau angkat. Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan
26 pertalian darah, perkawinan atau adopsi hukum yang memiliki tempat
tinggal bersama. Morgan dalam Sitorus 2008:29 menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu grup sosial primer yang didasarkan pada
ikatan perkawinan hubungan suami-istri dan ikatan kekerabatan hubungan antar generasi, orang tua – anak sekaligus. Namun secara
dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal
bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka.
Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat memberi kasih
sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis. Di dalam keluarga pertama kali anak-anak mendapat pengalaman dini langsung yang akan
digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spritual. Karena anak ketika baru lahir
tidak memiliki tata cara dan kebiasaan budaya yang begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain, oleh
karena itu harus dikondisikan ke dalam suatu hubungan kebergantungan antara anak dengan agen lain orang tua dan anggota keluarga lain dan
lingkungan yang mendukungnya baik dalam keluarga atau lingkungan yang lebih luas masyarakat, selain faktor genetik berperan pula Zanden
dalam Mustafa Hasan, 2008:1. Sehingga orang tua memeiliki peran yang penting dalam tumbuh kembang anaknya kelak.