49 d. Retardasi mental sangat berat.
Sangat terbatas dalam melakukan aktifitas, bahkan ada sebagian yang tidak dapat berdiri.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada orang tua yang memiliki anak dengan retardasi mental ringan. Pada retardasi
mental ringan anak masih dapat bersekolah, mengerjakan pekerjaan rumah tanpa perlu bantuan.
50 Untuk lebih jelasnya, Siti Salmiah, 2010:6-7 menggolongkan
retardasi mental dalam tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1. Kategorisasi Retardasi Mental
Tingkat Kisaran
IQ Kemampuan
Usia Prasekolah
sejak lahir – 5 tahun
Kemampuan Usia
Sekolah 6 – 20 tahun
Kemampuan Masa
Dewasa 21 tahun ke atas
Ringan 56 – 68
Dapat membangun
kemampuan sosial komunikasi
Koordinasi otot
sedikit terganggu Seringkali
tidak terdiagnosis.
Dapat mempelajari
pelajaran kelas 6 pd akhir usia belasan
tahun Dapat dibimbing ke
arah pergaulan
sosial Dapat dididik
Biasanya dapat
mencapai kemampuan kerja bersosialisasi
yg cukup, tetapi ketika mengalami
stress sosial
ataupun ekonomi, memerlukan
bantuan Moderat
sedang 36 – 51
Dapat berbicata belajar
berkomunikasi Kesadaran
sosial kurang
Koordinasi otot
cukup Dapat
mempelajari beberapa
kemampuan sosial pekerjaan
Dapat belajar
bepergian sendiri di tempat – tempat yg
dikenalnya dg baik Dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri
dg melakukan
pekerjaan yg tidak terlatih
atau semi
terlatih di
bawah pengawasan.
Memerlukan pengawasan
bimbingan ketika
mengalamii stres
sosial maupun
ekonomi yg ringan Berat
20 – 35 Dapat mengucapkan
beberapa kata Mampu mempelajari
kemampuan untuk menolong
diri sendiri
Tidak memiliki
kemampuan ekspresif
atau hanya sedikit
Koordinasi otot jelek Dapat berbicara atau
belajar berkomunikasi
Dapat mempelajari
kebiasan hidup
sehat yang
sederhana Dapat memelihara diri
sendiri di
bawah pengawasan
Dapat melakukan
beberapakemampuan perlindungan
diri dalam
lingkungan yang terkendali
Sangat Berat
19 atau
kurang Sangat terbelakang
Koordinasi ototnya
sedikit sekali Memerlukan
perawatan khusus Memiliki
beberapa koordinasi otot
Kemungkinan tidak
dapat berjalan atau berbicara
Memiliki beberapa
koordinasi otot berbicara
Dapat merawat
diri tetapi sangat terbatas
Memerlukan perawatan khusus
Sumber: Siti Salmiah 2010:3-4
51 Anak dengan retardasi mental ringan hingga berat, membutuhkan
perawatan khusus dari keluarga. Jika keluarga tidak menginginkan anak tersebut, anak dengan retardasi mental berat tidak dapat hidup. Anak
yang mengalami retardasi mental sangat berat bahkan tidak dapat berdiri, berbicara atau bahkan berjalan sehingga dukungan dari keluarga sangat
dibutuhkan. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan retardasi mental
dibagi dalam empat tingkatan anata lain retardasi mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retaradasi mental sangat berat.
Retardasi mental ringan memiliki IQ 56-68. Retardasi mental sedang IQ 36-51. Retardasi mental berat IQ 20-35. Retardasi mental sangat berat
IQ kurang dari 19. Semua tingakatan retardasi mental membutuhkn perawatan khusus dari orang – orang sekitar.
C. Sikap Orang Tua Terhadap Anaknya yang Menyandang Retardasi Mental
Anak merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang harus dijaga dan dirawat dengan sebaik- baiknya. Orang tua pada dasarnya
berharap bahwa anak yang dianugerahkan kepada mereka adalah anak – anak dengan kondisi fisik maupun psikologis yang sempurna termaksud
juga perkembangan kognisinya. Di saat anaknya dinyatakan berbakat, kebanyakan orang tua merasa
bangga dan bahagia karena memiliki anggota keluarga yang berada diatas
52 batas normal pada umunya. Justru sebaliknya ketika seorang anak
dinyatakan memiliki keterbelakangan mental, sebagian besar orang tua akan merasa terpukul dan menyesali keadaan si anak maupun dirinya
sendiri, bahkan menyayangkan kondisi tersebut ketika anaknya dianggap berbeda karena di bawah batas anak normal pada umumnya.
Sikap yang ditunjukan orang tua terhadap anaknya yang menyandang retardasi mental bermacam – macam ada orangtua yang
menerima kehadiran anaknya tersebut tetapi ada pula orangtua yang menolak kehadiran anak dengan kelainan tersebut.
Kelahiran anak
yang kurang
normal atau
mengalami keterbelakangan mental membuat orangtuanya seringkali malu dengan
perkembangan yang terjadi pada anaknya karena berbeda dengan perkembangan anak – anak lainnya, sehingga membuat orangtua begitu
sulit menerima kenyataan anaknya berbeda. Anak dengan keterbelakangan mental seringkali dianggap aib oleh keluarga. Bahkan ada orangtua yang
rela membuang ataupun menitipkan anaknya di panti asuhan untuk menghilangkan aib tersebut.
Orang tua seringkali merasa bahwa keadaan anaknya yang mengalami retradasi mental disebabkan oleh suatu kesalahan yang orang
tua perbuat dimasa lalu. Orang tua merasa bersalah karena sepertinya mereka yang menyebabkan hal ini terjadi. Orang tua terutama ibu yang
seringkali menolak dan menyangkal keberadaan anaknya yang mengalami retadasi mental ibu mengandung anak tersebut kurang lebih selama 9 bulan
53 gizi dan pertumbuhan bayi tergantung pada makanan yang dimakan ibu
selama hamil karena itu ibu cenderung merasa dirinya yang menyebabkan anaknya mengalami keterbelakangan mental.
Orang tua yang tidak menerima kehadiran anaknya yang mengalami retardasi mental akan mengucilkan anaknya dari masyarakat, bahkan ada
orangtua yang membedakan anaknya terhadap saudara – saudara lainnya yang normal. Orang tua yang seperti ini cenderung menyangkal akan
keberadaan anaknnya. Kurangnya pengetahuan orangtua yang memiliki anak dengan retardasi mental menyebabkan perlakuan yang berbeda –
beda dari orangtua misalnya orangtua melindungi anak secara berlebihan, kurang memperdulikan anaknya yang menyandang kelainan mental,
bahkan ada yang menolak keberadaan anak tersebut. Tetapi berbeda dengan orang tua yang menerima anaknya walaupun
mengalami keterbelakangan mental orang tua akan menyayangi anak tersebut dengan sangat baik bahkan anak dengan keterbelakangan mental
cenderung mendapatkan kasih sayang yang berlebih dari orang tuanya. orang tua yang menerima anaknya dengan apa adanya, akan mengasuh dan
mendidik anaknya dengan sebaik – baiknya tanpa membedakan anak yang mengalami kelainan dengan saudara – saudara lainnya yang normal
lainnya. Orang tua yang dapat menerima anaknya dengan baik akan
membuat perkembangan anak baik karena merasa diterima dalam
54 keluarga, membuat anak merasa nyaman tinggal dalam keluarganya karena
mereka menyayanginya Harapan orang tua terhadap anaknya yang menyandang retardasi
mental sama dengan harapan orang tua yang memiliki anak normal lainnya. Orang tua berharap anaknya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan masyarakat walaupun memiliki kekurangan. Pendidikan dari orang tua akan mempengaruhi anak kelak di masa depannya, anak akan
mengikuti apa saja yang diajarkan oleh orang tua mulai dari kebiasaan, tradisi dan tingkah laku akan diikuti oleh anaknya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti sikap orang tua terhadap anaknya yang menyandang retardasi mental dengan melihat sikap
kognisi, afeksi dan konasi apa saja yang ditunjukan orang tua terhadap anaknya yang menyandang retradasi mental.
C. Pertanyaan Penelitian
Untuk mempermudah pelaksanaan studi dan penelitian, peneliti menguraikan pokok masalah yang akan diteliti dalam bentuk pertanyaan
penelitian. Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka berpikir penelitian, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan yang akan di jawab melalui
penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah sikap kognisi yang ditunjukan orang tua terhadap
anaknya yang menyandang retardasi mental?