34 asuhan, hak memperoleh bantuan, hak di beri pelayanan khusus dan hak
mendapat bantuan serta pelayanan. Berdasarkan berbagai pendapat mengenai hak – hak anak, maka
dapat disimpulkan bahwa anak mempunyai hak semenjak anak masih dalam kandungan maupun sudah dilahirkan, dan anak mempunyai
tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi.
11. Sikap Orang Tua terhadap Anaknya
Sikap orangtua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak- anaknya dan sebaliknya, cara perlakuan tersebut mempengaruhi sikap
anak terhadap orang tua. Oleh karena itu, pada dasarnya hubungan orang tua dengan anaknya bergantung atas sikap orang tua. Apabila sikap
orangtua positif, hubungan tersebut akan jauh lebih menyenangkan. Sedang sikap negative orang tua akan mengakibatkan kurang lancarnya
hubungan tersebut. Dari banyak kasus mengenai anak yang kurang dapat menyesuaikan diri, penyebabnya dapat di lacak pada adanya hubuungan
orangtua dan anak yang buruk akibat sikap orangtua. Pentingnya sikap orang tua terhadap hubungan keluarga, terlihat
dari kenyataan bahwa sekali terbentuk sikap tersebut cenderung menetap, tidak berubah. Seperti semua sikap lainnya, sikap orang tua terhadap
anaknya merupakan hasil dari proses belajar. Banyak faktor yang menentukan sikap apa yang akan dipelajari. Faktor pertama ialah konsep
tentang ‘anak impian’ yang terbentuk sebelum kelahiran seorang anak.
35 Konsep tersebut seringkali amat diromantisir dan berdasarkan atas jenis
anak yang diinginkan orangtua. Apabila anak gagal memenuhi keinginan orang tua dan ini bukan salah anak, bukan sama sekali, maka orang tua
menjadi kecewa sehingga mendorong munculnya sikap orang tua yang menolak. Misalnya saja ketika orang tua mengharapkan bayi perempuan
mungil yang pendiam, ternyata yang keluar bayi perempuan gemuk dan hiperaktif, maka orang tua cenderung bersikap negatif.
Faktor kedua, pengalaman masa kecil ketika masih anak-anak juga akan mewarnai sikap orang tua terhadap anaknya. Orang tua yang ketika
kanak-kanak di beri tanggung jawab untuk merawat adik-adiknya, mungkin memiliki sikap yang kurang menyenangkan terhadap anak-
anaknya. Nilai-nilai budaya mengenai cara mendidik anak yang di anggap terbaik, merupakan faktor ketiga.
B. Retardasi Mental 1. Pengertian Retardasi Mental
Menurut A. Supratiknya 1995:76-77 retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata – rata yang disertai dengan
ketidakmampuan beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan, yang muncul selama masa pertumbuhan. Dari hasil pengukuran intelegensi, mereka
yang ber IQ kurang dari 70 dan tidak memiliki keterampilan sosial atau menunjukan prilaku yang tidak sesuai dengan usianya, dikategorikan
mengalami keterbelakangan mental atau lemah mental. Tes intelegensi
36 digunakan untuk mengukur kemungkinkan keberhasilan orang di bidang
akademik. Sehingga anak yang memiliki IQ kurang dari 70 dan tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan dipastikan anak tersebut mengalami
retardasi mental atau keterbelakangan mental, anak tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari orang sekitar orang tua ataupun
gurunya, anak yang mengalami retardasi mental akan sangat sulit bersekolah disekolah umum aanak yang mengalami retardasi mental
cenderung akan masuk ke sekolah luar biasa. Sejalan dengan definisi tersebut, Siti Salmiah 2010:4
mendefinisikan retardasi mental sebagai suatu keadaan di mana seseorang memiliki intelegensi yang kurang subnormal sejak masa
perkembangan sejak lahir atau sejak masa anak – anak. Retardasi mental
pada individu
biasanya ditunjukkan
dengan adanya
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama adalah intelegensi yang terbelakang, kecerdasan umum yang
berada di bawah rata – rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berperilaku positif.
Gerungan 1996:15 mengatakan
bahwa kecerdasan atau kemampuan kognitif individu mampu meningkatkan kestabilan individu
dalam mengendalikan sikap dan perilaku berdasarkan kesadaran untuk memikirkan secara mendalam terhadap kebutuhan-kebutuhan, keinginan,
cita-cita dan perasaan serta pengintegrasian.