Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 Anak dengan retardasi mental membutuhkan perawatan khusus
dan bimbingan yang spesifik dari orang tua agar anak merasa diperhatikan dan disayangi oleh orang disekitarnya. Anak dengan retardasi mental biasa
oleh masyarakat sering disamakan dengan idiot, padahal belum tentu semua anak retardasi mental adalah idiot. Idiot hanyalah istilah bagi anak
retardasi mental yang sudah dalam taraf sangat berat. Anak retardasi mental berat memiliki kemampuan intelektual yang rendah yang membuat
anak mengalami keterbatasan dalam bidang keterampilan, komunikasi, perawatan diri, kegiatan sehari-hari, kesehatan dan keselamatan, akademis
dan occupational Cahyaningrum dalam Umi Y.R , 2009:3-4. Tanggapan negatif masyarakat tentang anak retardasi mental
menimbulkan berbagai macam reaksi orang tua yang memiliki anak retardasi mental, seperti: orang tua mengucilkan anak atau tidak mengakui
sebagai anaknya karena menyandang retardasi mental. Anak yang mengalami retardasi mental disembunyikan dari masyarakat karena orang
tua merasa malu mempunyai anak keterbelakangan mental. Di sisi lain, ada pula orang tua yang memberikan perhatian lebih pada anak retardasi
mental. Orang tua yang menyadari memiliki anak retardasi mental berusaha memberikan yang terbaik pada anaknya dengan meminta bantuan
pada ahli yang dapat menangani anak retardasi mental. Orang tua yang memahami dan menyadari akan kelemahan anak retardasi mental
merupakan faktor utama untuk membantu perkembangan anak dengan lingkungan Suryani dalam Umi Y.R, 2009:4.
5 Wall Umi Y.R, 2009:3 berpendapat bahwa fenomena dalam
masyarakat masih banyak orang tua khususnya ibu yang menolak kehadiran anak yang tidak normal, karena malu mempunyai anak tidak
normal anak yang cacat, dan tak mandiri. Orang tua yang demikian akan cenderung menyangkal keberadaan anaknya dengan menyembunyikan
anak tersebut agar jangan sampai diketahui oleh orang lain. Anak retardasi mental sering dianggap merepotkan dan menjadi beban bagi pihak lain.
S. D. Gunarsa S. Y. D. Gunarsa 1995:54 menyatakan bahwa orang tua yang memiliki anak yang mengalami ketidaksempurnaan
anggota tubuh atau keterlambatan mental perlu sikap menerima keadaan diri anak apa adanya. Orang tua dapat bersikap menerima keadaan dirinya
yang mempunyai anak tidak sempurna agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya kelak.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan peneliti dan informasi yang diperoleh dari berbagi sumber baik dari guru maupun dari
lingkungan Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul terdapat orang tua yang memiliki anak dengan retardasi mental. Pada SLB Negeri 1 Bantul
terdapat orang tua yang belum menerima keadaan anaknya dengan sepenuhnya, orang tua malu memiliki anak dengan retardasi mental
sehingga memberikan pengasuhan pada pengasuhnya pembantu . Ada pula orang tua takut terjadi hal – hal yang tidak diingkan pada anaknya
sehingga memberikan penjagaan berlebih pada anaknya. Sikap orang tua
6 ada pula yang menerima anaknya, terlihat orang tua selalu menunggu
anaknya disekolah hingga sekolah usai. Orang tua yang dapat menerima keadaan dirinya yang mempunyai
anak retardasi mental akan tetap memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak retardasi mental seperti anak-anak lain yang normal.
Penerimaan orang tua pada anaknya yang terlahir dengan retardasi mental akan sangat membantu proses penanganan menuju kehidupan yang lebih
baik, karena orang tua menyadari bahwa anaknya yang menyandang retardasi mental mememerlukan tempat aman bagi perkembangan jiwa
anak. Kajian tentang retardasi mental sudah cukup banyak dikaji dalam
penelitian. Misbah Umar Lubis tahun 2008 meneliti tentang“ Penerimaan orang tua yang memiliki anak retardasi mental ditinjau berdasarkan anak
kandung dan anak angkat” di teliti oleh mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
faktor persepsi yaitu mengenai status dan mengenai kondisi yang di alami anak, kesiapan dalam menghadapi kondisi anak merupakan faktor – faktor
yang mempengaruhi tingkat penerimaan orangtua terhadap kondisi anaknya. Kedua faktor tersebut juga tidak terlepas atau erat kaitannya
dengan faktor dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Orang tua akan menghargai dan menyayangi anaknya walaupun anaknya memiliki
kekurangan. Selain itu penelitian tentang penyesuaian orang tua yang memiliki anak autis pun telah diteliti oleh Intan Fajarina tahun 2009,
7 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Hasil
penelitian dapat disimpulkan penyesuaian diri orang tua awalnya tidak dapat menerima anaknya mengalami autis, sejalan dengan perkembangan
anaknya dan tuntutan untuk menjadi orang tua sehingga orang tua dapat menerima anaknya.
Berangkat dari paparan di atas dan kompleksitas kondisi psikologis yang harus dihadapi oleh orang tua yang memiliki anak retardasi mental
dan belum adanya penelitian tentang sikap yang ditunjukan oleh orang tua yang memiliki anak retardasi mental, maka penulis selanjutnya bermaksud
mengangkat judul “Sikap Orang Tua Terhadap Anaknya yang Menyandang Retardasi Mental” dalam skripsi ini.