Konformitas Kelompok Remaja Konformitas

teman saling mempengaruhi satu sama lain, terutama dalam masalah yang berisiko atau bermasalah. Hal ini tampak ketika remaja mulai merokok. Mereka akan mulai mencoba merokok jika seorang teman sudah merokok begitu pula dengan tingkat pengguanaan narkoba. Remaja memiliki kecenderungan untuk berteman dengan teman yang memiliki kesamaan dengan mereka. Teman yang memiliki kesamaan gender, kesukaan, kesamaan asal daerah, dll menjadi pilihan mereka untuk menjalin sebuah pertemanan. Kedekatan remaja dengan kelompok teman sebayanya membantu remaja dalam perkembangan kognitif dan emosional. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran orang lain yang signifikan dalam kehidupan individu dapat mempengaruhi fungsi dirinya. Remaja membutuhkan kehadiran teman sebaya. Teman memainkan peran penting dalam perkembangan remaja. Teman dalam kelompok memberikan ikatan yang aman, kesenangan, saling menguatkan, membantu dalam kesulitan, memuaskan kebutuhan, dll. Kelompok teman sebaya juga menjadi media bagi remaja untuk menguji dirinya sendiri dan orang lain. Pada saat berada dalam kelompok teman sebaya, remaja mulai membentuk dan memperbaiki konsep dirinya.

D. Hubungan antara Konformitas Kelompok Teman Sebaya dan Resiliensi

pada Remaja Awal Terjadinya perkembangan pada masa remaja, menimbulkan banyaknya perubahan dalam kehidupan remaja. Perkembangan yang terjadi diantaranya perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. Secara fisik, remaja mulai mengalami perubahan bentuk tubuh seperti tumbuhnya payudara pada remaja putri dan tumbuh jakun pada remaja laki-laki. Secara psikososial ditandai dengan adanya perkembangan identitas serta perubahan hubungan antara remaja dengan keluarga dan remaja dengan teman sebaya. Menurut tahap perkembangan kognitif yang diungkapkan oleh Piaget, masa remaja berada dalam tahap operasional formal. Remaja mulai berpikir secara lebih abstrak, lebih idealis, dan logis. Piaget menyebutnya sebagai penalaran hipotesis deduktif hypothetical-deductive reasoning yaitu kemampuan remaja untuk mengembangkan hipotesis atau dugaan tentang bagaimana memecahkan suatu masalah. Setelah hipotesis dikembangkan, remaja secara sistematis melakukan deduksi pada langkah yang paling baik untuk memecahkan masalah Santrock, 2007. Perubahan yang terjadi dalam rentang kehidupan remaja cenderung menimbulkan perasaan tertekan, kebingungan, ketakutan dan ketidakpastian yang mempengaruhi remaja dalam mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya. Terkadang perubahan yang terjadi diikuti dengan kejadian lain seperti perceraian orang tua, kehilangan orang yang dicintai, konflik dengan teman dan keluarga, kesulitan ekonomi, serta kesulitan di sekolah, maka remaja mengalami krisis hidup yang berat sehingga melampaui kapasitas mereka untuk mengatasi masalah Susana, 2006. Hal ini tidak jarang menimbulkan perilaku-perilaku yang kurang adaptif seperti penggunaan dan penyalahgunaan narkoba, kehamilan, konflik dengan orang tua hingga bunuh diri. Pada dasarnya, setiap individu memiliki kemampuan dalam diri mereka. Kemampuan tersebut membuat individu mampu menghadapi permasalahan yang mereka hadapi. Kemampuan tersebut dikenal dengan resiliensi. Resiliensi merupakan kemampuan adaptasi individu dan penyesuaian diri pada kejadian besar dalam hidup atau stresor yang kronik Werner, 1990 dalam Mandleco dan Peery, 2000. Resiliensi juga dilihat sebagai kemampuan yang dimiliki individu, kelompok atau masyarakat yang membuat mereka mampu menghadapi, mencegah, meminimalisir atau bahkan menghilangkan dampak negatif yang berasal dari kondisi kehidupan yang sulit menjadi suatu hal yang dapat diatasi Desmita, 2007. Barbara L. Mandleco,PhD,RN dan J. Craig Peery,PhD 2000 menyatakan bahwa resiliensi adalah kapasitas untuk merespon, bertahan, berkembang, dan berkuasa walaupun berada di dalam keadaan pengalaman hidup menjengkelkan yang menjadi stresor. Perubahan besar dalam kehidupan remaja menuntut mereka untuk mempertahankan diri dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan demikian, remaja tidak melakukan perilaku-perilaku yang kurang adaptif sebagai akibat dari permasalahan yang mereka hadapi. Henderson dan Milstein 2003 menyatakan bahwa remaja yang resilien mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya, berpikir kritis dan memiliki inisiatif serta memiliki kesadaran yang jelas pada suatu tujuan dan memiliki

Dokumen yang terkait

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

KONFORMITAS REMAJA TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM PERILAKU SEKSUAL

0 3 2

Hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTS al Hidayah Depok

0 12 119

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA Hubungan Antara Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Pada Remaja.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA Hubungan Antara Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Pada Remaja.

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Smk Al-Islam Surakarta.

1 7 20

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Smk Al-Islam Surakarta.

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok Pada Remaja SMK AL-Islam Surakarta.

5 30 19

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri RemajaHubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Remaja

0 0 9

Hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan resiliensi pada remaja awal - USD Repository

0 1 192