Karakteristik Keluarga Faktor-faktor Resiliensi

resilien memiliki dan mengambil kesempatan yang menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan dukungan sosial, kepedulian dan cinta dari orang lain Benard, 1991. Faktor yang berasal dari masyarakat berkaitan dengan norma budaya yang positif. Kebudayaan memiliki norma yang dapat menjadi sumber bagi remaja untuk mengembangkan pemecahan masalah Benard, 1991. Remaja yang memiliki hubungan yang positif dengan teman-temannya menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi resiliensi. Teman-teman yang baik memberikan kasih sayang, dukungan emosional, dan bantuan bagi remaja dalam usaha mereka menghadapi permasalahan dalam hidup mereka. Hal tersebut membantu remaja untuk mengembangkan resiliensi dalam dirinya.

3. Aspek-aspek Resiliensi

Seorang tokoh, Grotberg 1995 kemudian mengemukakan tiga hal yang membentuk resiliensi, yaitu :

a. I Have atau Aspek Dukungan Sosial

I Have adalah bagian dari aspek resiliensi merujuk pada dukungan sosial yang diterima individu dari lingkungan disekitarnya. Dukungan yang diperoleh remaja melalui lingkungan sosialnya dapat membantu mereka untuk membentuk rasa nyaman dan aman yang merupakan dasar untuk mengembangkan resiliensi pada remaja. Dukungan sosial ini memiliki sumber-sumber yang memberikan sumbangan pada pembentukan resiliensi pada remaja. Sumbangan tersebut antara lain : 1 Hubungan yang dilandasi rasa percaya Remaja mendapatkan penerimaan yang baik dan kasih sayang dari orangtua, anggota keluarga, guru, dan teman mereka. Selain itu, remaja juga memperoleh dukungan emosional dari orangtua, pengasuh utama maupun orang dewasa lain. 2 Struktur dan peraturan Orangtua membuat peraturan dan rutinitas yang jelas untuk membantu remaja melakukan kegiatan di rumah. Kelompok teman sebaya juga membuat suatu peraturan dan rutinitas yang dilakukan bersama-sama. Peraturan dan rutinitas tersebut dibuat dengan harapan remaja dapat mengikuti keinginan orang lain dan remaja dapat diandalkan dalam melakukannya. Ketika remaja dapat mematuhi peraturan dan rutinitas yang telah dibuat, mereka memperoleh perlindungan dan tidak akan disakiti oleh orang lain. 3 Model peran Orangtua, saudara yang lebih tua, orang dewasa lain dan teman-teman menunjukan pada remaja perilaku yang dapat diterima oleh keluarga dan orang lain. Mereka akan meminta remaja untuk meniru apa yang mereka lakukan. Mereka juga merupakan agen moralitas dan agama bagi remaja.

Dokumen yang terkait

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

KONFORMITAS REMAJA TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM PERILAKU SEKSUAL

0 3 2

Hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTS al Hidayah Depok

0 12 119

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA Hubungan Antara Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Pada Remaja.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA Hubungan Antara Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Pada Remaja.

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Smk Al-Islam Surakarta.

1 7 20

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Smk Al-Islam Surakarta.

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok Pada Remaja SMK AL-Islam Surakarta.

5 30 19

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri RemajaHubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Remaja

0 0 9

Hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan resiliensi pada remaja awal - USD Repository

0 1 192