rata-rata berusia 16 tahun dan lebih banyak remaja laki-laki dalam Hurlock, 1990.
B. Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi
Menurut Werner 1990 dalam Mandleco dan Peery, 2000 resiliensi merupakan kemampuan individu untuk melakukan adaptasi dan
penyesuaian diri pada kejadian besar dalam hidup atau stresor yang kronik. Resiliensi juga dikenal sebagai kapasitas dasar seorang individu yang
sejak lahir dimiliki oleh setiap individu Grotberg, 1994. Masten 1994, dalam Karol L. Kumpfer, 1999 menjelaskan bahwa resiliensi individu
berarti bahwa individu mampu beradaptasi walaupun berada dalam kesulitan dan banyak risiko. Barbara L. Mandleco,PhD,RN dan J. Craig
Peery,PhD 2000 menyatakan bahwa resiliensi adalah kapasitas untuk merespon, bertahan, berkembang, dan berkuasa walaupun berada di dalam
keadaan pengalaman hidup menjengkelkan yang menjadi stresor. Selain itu, resiliensi dilihat sebagai kemampuan yang dimiliki individu, kelompok
atau masyarakat yang membuat mereka mampu menghadapi, mencegah, meminimalisir atau bahkan menghilangkan dampak negatif yang berasal
dari kondisi kehidupan yang sulit menjadi suatu hal yang dapat diatasi Desmita, 2007.
Masten dan Wright 2010, dalam Pooley dan Cohen, 2010 melihat resiliensi sebagai suatu proses yang dinamis. Hal tersebut dikarenakan
interaksi antara individu dengan lingkungannya yang selalu berubah. Menurut Werner dan Smith 1982, dalam Benard, 1991 perkembangan
resiliensi individu ditentukan melalui keseimbangan antara faktor risiko, peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan stres, dan faktor prlindung
protective factor. Faktor pelindung merupakan faktor yang melindungi individu dari faktor-faktor yang dapat menimbulkan risiko. Faktor
pelindung dapat berasal dari atribut atau disposisi kepribadian individu, karakteristik keluarga, dan pengaruh lingkungan yang diperoleh dari
sekolah, teman sebaya, dan masyarakat Benard, 1991. Selama keseimbangan antara peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan stres
dan faktor pelindung dapat terjaga dengan baik, maka kesuksesan dalam melakukan adaptasi dapat terjadi. Akan tetapi, apabila peristiwa kehidupan
yang dapat menimbulkan stres lebih banyak daripada faktor pelindung maka perkembangan resiliensi akan mengalami hambatan Werner, 1990,
dalam Bernard, 1991. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti mendefinisikan
resiliensi sebagai suatu kemampuan yang sebenarnya dimiliki setiap individu yang digunakan untuk menyesuaikan diri dalam keadaan hidup
yang penuh dengan tekanan, peristiwa traumatis, dan kondisi yang tidak menyenangkan lainnya. Individu yang resilien dapat menjadi pribadi yang
kuat dan mampu mengatasi setiap permasalahan dalam hidupnya.
2. Faktor-faktor Resiliensi
Resiliensi dipengaruhi oleh tiga faktor yang dikenal dengan istilah faktor pelindung protective factor, yaitu :
a. Atribut Individu
Individu dengan inteligensi dan kompetensi akademik yang baik cenderung memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam hidupnya. Menurut Luthar dan Zigler 1992, dalam Kumpfer, 1990 kemampuan verbal yang tinggi dan kemampuan
membaca yang baik dapat membantu anak-anak yang resilien dalam mempelajari keadaan dunia diluar keluarga dan tetangga mereka.
Selain itu, menurut Freud 1908, dalam Kumpfer, 1990 kreatifitas mendorong kemampuan individu untuk mengendalikan permasalahan
di masa lalu. Sisi spiritualitas individu juga menjadi faktor yang
mempengaruhi resiliensi seseorang. Masten 1994, dalam Kumpfer, 1990 menyatakan bahwa faktor penting resiliensi individu adalah
kepercayaan akan agama atau afiliasi. Selain itu, karakteristik temperament positif individu menjadi salah satu faktor pelindung yang
membantu seseorang untuk mengembangkan resiliensi. Karakteristik temperament yang dimaksud contohnya individu yang ramah dan
memiliki emosi yang stabil.