Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

remaja ini lebih bertanggung jawab dan berorientasi pada prestasi daripada teman-teman mereka yang bermasalah. Remaja tersebut juga lebih matang secara sosial dan telah mampu menyerap nilai-nilai yang positif. Mereka akan lebih perhatian, empatik dan lebih tanggap terhadap lingkungan sosial dibandingkan dengan teman-teman seusianya yang kesulitan mengatasi masalah Werner, 1990. Selain itu, melalui hasil perhitungan ditemukan pula rata-rata subjek dalam penelitian ini memiliki kecenderungan konformitas yang relatif tinggi 131,95 105. Hal ini didukung dengan pernyataan Hurlock 1990 bahwa pengaruh teman sebaya mencapai masa puncaknya pada usia 12-13 tahun. Oleh karena itu, sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku remaja banyak dipengaruhi oleh teman sebaya daripada keluarga. Baron dan Byrne 2004 menyatakan bahwa konformitas remaja adalah sebuah perilaku yang menjadi bentuk penyesuaian diri remaja. Konformitas muncul dalam interaksi remaja dengan kelompoknya. Kelompok teman sebaya menjadi media bagi remaja untuk menguji dirinya sendiri dan orang lain. Pada saat berada dalam kelompok teman sebaya, remaja juga mulai membentuk dan memperbaiki konsep dirinya. Teman-teman sebaya yang berada dalam satu kelompok cenderung dapat mempengaruhi citra diri remaja. Remaja mampu menilai diri secara positif karena mereka cenderung ikut serta dalam kelompok tersebut dan memperoleh penerimaan dari kelompok. Hal tersebut didukung dengan hasil perhitungan yang diperoleh dimana besar sumbangan konformitas terhadap resiliensi yang dilihat dari koefisien determinasinya r 2 yaitu sebesar 0,190. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa sumbangan efektif variabel konformitas adalah sebesar 19 terhadap pengembangan resiliensi pada remaja awal. Konformitas kelompok teman sebaya dapat menjadi salah satu tempat remaja mengembangkan aspek-aspek penting dalam pembentukan resiliensi. Salah satunya adalah mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal seperti keterampilan komunikasi dan menjalin hubungan yang dilandasi rasa saling percaya dengan orang lain. Keterampilan-keterampilan tersebut menjadi bagian dalam proses mengembangkan kompetensi dalam diri remaja. Selain itu, dalam konformitas remaja juga mengembangkan rasa saling menyayangi, empati, cinta dan kepedulian terhadap orang lain. Hal tersebut dapat memicu terbentuknya kepribadian remaja yang semakin positif. Konformitas kelompok teman sebaya juga menjadi bentuk dukungan sosial yang diperoleh remaja melalui lingkungan sosialnya. Salah satunya adalah melalui hubungan yang dilandasi oleh rasa percaya antar teman dalam kelompok. Remaja memiliki kecenderungan untuk berteman dengan teman yang memiliki kesamaan dengan mereka. Teman yang mereka pilih adalah teman- teman yang memiliki kesamaam gender, kesukaan, kesamaan asal daerah,dll menjadi pilihan mereka untuk menjalin sebuah pertemanan. Kedekatan remaja dengan kelompok teman sebayanya membantu remaja dalam perkembangan kognitif dan emosional. Meningkatnya kedekatan remaja dengan dengan kelompok teman sebayanya mencerminkan adanya kepedulian remaja untuk mengenali diri mereka sendiri. Aktivitas bercerita dengan teman membantu remaja menggali perasaan, mendefinisikan tentang identitas dan harga diri mereka Buhrmester, 1996 dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2009. Konformitas dilakukan remaja karena setiap individu memerlukan penyesuaian diri dengan orang lain. Selain itu, tindakan orang lain dapat menjadi sumber informasi bagi individu tentang cara bertindak yang tepat dalam keadaan tertentu. Konformitas dilakukan semata-mata karena individu memiliki ketakutan akan celaan orang lain dan takut tidak diterima oleh orang lain. Remaja melakukan konformitas cenderung karena perasaan senasib sepenanggungan, hanya temanlah yang mengerti apa yang sedang mereka rasakan, dan merasa memperoleh keuntungan dengan berada dalam kelompok teman sebaya. Menurut Piaget dan Sullivan Dalam Desmita, 2007 hubungan remaja dengan teman sebaya membuat mereka belajar menjalin hubungan timbal balik yang sejajar. Remaja juga belajar mengenai kejujuran dan keadilan melalui peristiwa silang pendapat dengan teman dalam kelompok. Teman sebaya dalam kelompok juga mendorong remaja untuk menjalankan peran dan tanggung jawab mereka yang baru. Dorongan tersebut membuat berkurangnya ketergantungan remaja terhadap dorongan yang berasal dari keluarga mereka Kelly Hansen, 1987, dalam Desmita 2007. Kehadiran orang lain yang signifikan dalam kehidupan individu dapat mempengaruhi fungsi dirinya. Remaja membutuhkan kehadiran teman sebaya. Teman memainkan peran penting dalam perkembangan remaja. Teman dalam kelompok memberikan ikatan yang aman, kesenangan, saling menguatkan, membantu dalam kesulitan, memuaskan kebutuhan, dll. Melalui dukungan dari teman dalam kelompok, remaja merasa memperoleh penguatan untuk menjalani kehidupannya walaupun masalah yang mereka hadapi cukup berat. Pada situasi seperti itu, resiliensi dapat berkembang dengan baik karena didukung oleh lingkungan khususnya teman sebaya yang baik. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dan resiliensi pada remaja awal. Nilai koefisien korelasi r yang diperoleh sebesar 0,436 dengan p 0,05. Hubungan yang terjadi antara konformitas kelompok teman sebaya dengan resiliesni adalah hubungan positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas, maka semakin tinggi pula resiliensi pada remaja. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini diterima.

B. Keterbatasan Penelitian

Penggunaan teori aspek konformitas pada penelitian ini untuk dijadikan indikator penelitian kemungkinan terjadi tumpang tindih dengan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas.

C. Saran

1. Bagi Remaja

Melalui penelitian ini hendaknya remaja mampu belajar menjadi pribadi yang resilien dengan cara mengembangkan aspek-aspek resiliensi. Selain itu, remaja khususnya yang berusia 12-15 tahun remaja awal juga memiliki gambaran mengenai kemungkinan pengaruh konformitas kelompok terhadap perkembangan pribadi sehat mereka.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap peneliti selanjutnya dapat menggunakan sumber- sumber literatur atau reverensi yang lebih banyak lagi mengenai konformitas sehingga dapat memperdalam pengetahuan dan wawasan mengenai konformitas. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menentukan indikator yang lebih tepat untuk mengukur konformitas khususnya pada remaja awal. 85 DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian Edisi 1, cetakan XI. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin. 2010. Reliabilitas dan Validitas Edisi 3, cetakan X. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2, cetakan I. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Baron, Robert A. Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. 2005. Jakarta : Penerbit Erlangga Benard, Bonnie. 1991.Fostering Resiliency in Kids : Protective Factors in the Family, School, and Community. Dipungut tanggal : 2 Desember 2011 dari http:friendsofthechildrenboston.orgmentorsarticlesBenard20- 2020Fostering20Resiliency.pdf Davey, Maureen dkk. 2003. Resilience Processes in Adolescents: Personality Profiles, Self Worth, and Coping. Journal of Adolescent Research, Vol. 18, No. 4, Hal 347-362 Deni West. 2006. Depresi Anak Jangan Diabaikan. Psikologi Plus. Edisi : Agustus Desmita, Dra. 2007. Psikologi Perkembangan Cetakan Ketiga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Desmita, Dra. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Grotberg, H, Ph.D. 1995. A Guide to Promoting Resilience in Children : Strengthening the Human Spirit. Dipungut tanggal : 2 Desember 2011 dari : http:resilnet.uiuc.edulibrarygrotb95b.html Hadi, Sutrisno. 2000. Statistika Edisi kedua. Yogyakarta : Penerbit Andi Holleran, Lori K. Waller, Margaret A. 2003. Sources of Resiliensi Among Chicanoa Youth : Forging Identities in the Borderlands. Child and Adolescent Social Work Journal, Vol. 20, No. 5, Hal 335-248

Dokumen yang terkait

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

KONFORMITAS REMAJA TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM PERILAKU SEKSUAL

0 3 2

Hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTS al Hidayah Depok

0 12 119

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA Hubungan Antara Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Pada Remaja.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA Hubungan Antara Penerimaan Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Pada Remaja.

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Smk Al-Islam Surakarta.

1 7 20

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Smk Al-Islam Surakarta.

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok Pada Remaja SMK AL-Islam Surakarta.

5 30 19

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri RemajaHubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Remaja

0 0 9

Hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan resiliensi pada remaja awal - USD Repository

0 1 192