kelompok. Akan tetapi, apabila dalam kelompok terdapat satu anggota yang tidak sependapat dengan kelompok, maka tingkat konformitas
dapat menurun O. Sears, Freedman, dan Pepalu, 2000.
c. Kepatuhan
Kepatuhan adalah bentuk pengaruh sosial yang terjadi ketika satu orang memerintahkan satu atau lebih orang untuk melakukan
suatu tindakan Baron dan Byrne, 2004. Hal ini tampak ketika seorang remaja berada dalam kelompok yang keseluruhan anggotanya
merokok. Anggota kelompok yang memiliki otoritas lebih tinggi akan meminta anggota yang lain untuk merokok. Remaja yang tadinya tidak
terbiasa merokok akan mulai mencoba merokok dan akhirnya terbiasa merokok seperti teman-teman sekelompoknya. Kepatuhan seseorang
dapat ditingkatkan dengan adanya ganjaran, hukuman dan ancaman. Melalui ganjaran, hukuman, dan ancaman membuat individu mendapat
tekanan untuk melakukan perilaku yang diinginkan oleh kelompok O. Sears, Freedman, dan Pepalu, 2000. Selain itu, kepatuhan dapat
ditingkatkan dengan adanya harapan dari orang lain. Ketika suatu perintah diajukan secara langsung, seseorang akan rela memenuhi
perintah tersebut O. Sears, Freedman, dan Pepalu, 2000. Seperti contoh di atas, seorang remaja yang masuk dalam kelompok akan
dengan senang hati mencoba merokok karena dalam kelompok
tersebut hanya orang-orang yang mau merokok yang akan diterima sebagai anggota.
4. Konformitas Kelompok Remaja
Frekuensi bertemu antara remaja dengan kelompok teman sebaya yang tergolong sering, dapat memicu meningkatnya interaksi sehingga
kohesivitas remaja terhadap kelompok teman sebaya cenderung bertambah. Kohesivitas yang semakin kuat mengembangkan iklim
kelompok dan norma kelompok. Norma tersebut dikenal sebagai norma tingkah laku yang merupakan pemberian kelompok teman Ewert, 1983
dalam Mönks, Knoers, dan Siti Rahayu, 2006. Pemimpin dalam kelompok menjadi orang yang menentukan norma tingkah laku yang
berlaku. Pada dasarnya, norma yang dibuat ada yang positif dan negatif. Akan tetapi, bahaya yang ditimbulkan oleh norma tersebut adalah remaja
menjadi kehilangan identitas dirinya sendiri. Apa yang ada dalam kelompok bisa saja merupakan hal-hal yang sangat bertentangan dengan
yang sudah diperoleh remaja dalam keluarganya. Remaja yang memiliki kontrol eksternal tinggi, memungkinkan mereka untuk lebih peka terhadap
pengaruh kelompok. Temuan Lefcourt 1966 dalam Mönks, Knoers, dan Siti Rahayu, 2006 memperlihatkan bahwa seseorang yang termasuk kelas
sosial lebih rendah, memiliki skor tinggi pada kontrol eksternal. Dalam kehidupan remaja, mereka yang berasal dari kelas sosial rendah cenderung
lebih sering melakukan konformitas dengan kelompoknya. Apabila