Kendala Narasumber Menggunakan Alat Peraga Montessori

66

4.2.2.2 Kendala Narasumber Menggunakan Alat Peraga Montessori

Alat peraga dimaksudkan agar pembelajaran berjalan lancar dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Alat peraga dapat digunakan secara maksimal apabila dirancang secara tepat guna. Seperti halnya alat peraga berbasis Montessori kotak pecahan telah dirancang secara sitematis sesuai dengan kriteria alat peraga berbasis Montessori yang dilakukan oleh kelompok pengembang alat. Perancangan dan pengembangan alat tersebut harus dibuktikan melalui pengujian alat kepada narasumber. Alat tersebut dapat dikatakan berhasil jika berkontribusi aktif dan dapat digunakan secara berkelanjutan bagi pembelajaran. Setelah pengujian dilakukan maka dibutuhkan saran yang membangun demi memaksimalkan penyempurnaan alat peraga tersebut. Selain saran juga kendala yang dialami selama narasumber menggunakan alat peraga tersebut juga bisa menjadi pertimbangan karena semakin besar kendala yang ditemukan selama menggunakan alat peraga maka semakin besar pula hal yang harus diperbaiki oleh pengembang terhadap alat peraga tersebut. Kendala yang dihadapi narasumber selama menggunakan alat peraga tersebut adalah siswa harus secara bergantian menggunakannya karena keterbatasan jumlah alat peraga. Seperti yang dituturkan oleh guru “… alat peraganya digunakan secara bergantian karena kan hanya ada satu alat peraga di dalam satu kelompok, jadi siswanya itu harus menggunakan semua jadi bergantian karena di LKS itu ada soalnya lebih dari satu, nah nanti nomor satu dikerjakan oleh misalnya si A kemudian nomor dua si B nomor tiga si C itu …” W2S4B150-165. Ada beberapa siswa yang terlihat tidak menggunakan alat pe raga. Guru menuturkan “ E..menurut penglihatan saya hampir semuanya e..menggunakan tapi kalo yang tidak menggunakan itu biasanya cuma saya datangi, eh ayo leh ayo nok. Gimana caranya menggunakan alat peraga ini ayo kerjakan soal nomor ini menggunakan alat peraga ini, gitu. Jadi saya tuntun begitu mbak ” W2S4B251-258 sehingga guru harus membimbing siswa agar bisa aktif mengoprasionalkan alat peraga. Selain itu juga menurut guru, kepingannya pecahannya kurang tebal namun meskipun demikian, kendala tersebut tidak mengurangi antusianisme siswa dan tidak mengganggu siswa dalam mengoprasikan alat peraga tersebut W2S4B187-198. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 Selain jumlah alat peraga yang dirasa kurang banyak, ternyata ada kendala lain yang ditemukan guru. Meskipun kartu pengendali kesalahan bermanfaat agar siswa menemukan sendiri kesalahan jawaban, kartu tersebut membuat siswa menjadi malas untuk mencari jawabannya. Guru mengatakan, “Sebelum siswa tau apa gunanya kartu, ternyata dibalik kartu itu ada jawaban yang benar, mereka itu e..antusias mbak jadi dikerjakan, nanti sesuai dengan kartu soalnya itu dikerjakan kemudian nanti e..berapa gitu tapi mereka belum tau setelah tau jawabannya itu disebaliknya ada nah itu dari situ mereka malah malah males-malesan gitu loh mbak. Ah jawabannya ini, mereka langsung merangkai angka yang ada dibalik jawaban itu, tidak ditukar-tukar lagi gitu. Jadi menurut saya e..kalo tidak diberi tahu jawaban yang benar itu ada disebalik kartu angka justru itu malah akan e.. membuat rasa ingin tau siswa lebih besar, tapi kalo mereka sudah bisa mengetahui jawaban dari kartu soal disebaliknya itu malah nanti mereka kalo ditanya ini tambah ini berapa? Langsung kartunya ini dibalik jawabannya ini buk” W2S4B314-335. Pengalaman guru menjadi kendala yang dialami siswa ketika siswa telah mengetahui fungsi kartu pengendali kesalahan. Pemahaman siswa masih kurang mengenai fungsi utama dan kapan kartu tersebut bisa digunakan.

4.2.2.3 Manfaat Alat Peraga Berbasis Montessori