12
Media  pembelajaran  juga  sebagai  media  pendukung  dalam  tercapainya tujuan  pembelajaran  Anitah,  2009:  83.  Hamalik  dalam  Arsyad  2010:  26
menyebutkan  bahwa  media  pembelajaran  dapat  membantu  anak  dalam meningkatkan dan mengarahkan perhatiannya sehingga motivasi belajar, interaksi
langsung  antara  siswa  dari  lingkungannya,  dan  kesempatan  anak  untuk  belajar sendiri  akan  muncul  dengan  sendirinya.  Media  pembelajaran  tumbuh  dan
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi pembelajaran. Bovee 1997 dalam Sundayana 2015: 6-7 menganggap media pembelajaran memiliki substasi
1  bentuk  saluran  yang  digunakan  menyalurkan  pesan,  informasi  atau  bahan pelajaran  kepada  penerima  pesan  atau  pembelajar,  2berbagai  jenis  komponen
dalam  lingkungan  pembelajar  yang  dapat  merangsang  pembelajar  untuk  belajar, 3  bentuk  alat  fisik  yang  dapat  menyajikan  pesan  serta  merangsang  siswa  untuk
belajar. Ali  dalam  Sundayana,  2015:  7  menyatakan  alat  peraga  adalah  segala
sesuatu  yang  dapat  digunakan  untuk  menyampaikan  pesan  menstimulasi  pikiran, perasaan  dan  perhatian  dan  kemauan  siswa  sehingga  mampu  mendorong  proses
belajar. Menurut Ruseffendi dalam Sundayana, 2015: 7, alat peraga adalah alat yang  menjelaskan  atau  mewujudkan  konsep  matematika,  sedangkan  pengertian
alat peraga matematika menurut Pramudjono dalam Sundayana, 2015: 7, adalah benda nyata  yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk
membantu  menanamkan  atau  mengembangkan  konsep  matematika.  Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa alat peraga merupakan media yang
bermanfaat  untuk  meningkatkan  motivasi  belajar  anak  dalam  mencapai  tujuan pembelajaran.
2.1.3.2 Tujuan Penggunaan Alat Peraga
Depdiknas  dalam  Sundayana,  2015:  11-12  menyatakan  alat  peraga memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Penyampaian  materi  dapat  diseragamkan  sehingga  penafsiran  yang
beragam  dari  setiap  guru  dapat  diseragamkan  untuk  menghindari penafsiran yang salah.
13
2. Proses  pembelajaran  menjadi  lebih  jelas  dan  menarik.  Alat  peraga  dapat
menampilkan  informasi  melebihi  suara,  gambar,  gerak  dan  warna  baik secara alami maupun manipulasi.
3. Efesiensi  waktu  dan  tenaga  sehingga  guru  dapat  memaksimalkan
pembelajaran. 4.
Proses pembelajaran lebih interaktif. Pemilihan dan rancangan alat peraga yang  tepat  dapat  membantu  guru  dan  siswa  melakukan  komunikasi  yang
aktif selama pembelajaran. 5.
Alat  peraga  meningkatkan  kualitas  hasil  belajar  siswa.  Penggunaan  alat peraga  membuat  proses  pembelajaran  lebih  efisien  dan  dapat  membantu
siswa  menyerap  materi  pembelajaran  lebih  mendalam  sehingga pemahaman siswa lebih baik.
6. Alat peraga memungkinkan proses belajar dan dilakukan dimanapun dan
kapanpun. 7.
Alat  peraga  menumbuhkan  semangat  siswa  terhadap  materi  dan  proses belajar.
8. Alat peraga menambah peran guru menjadi positif dan produktif. Dengan
pemanfaatan media secara baik  memungkin  guru tidak lagi  menjadi  satu- satunya sumber ilmu pengetahuan.
Selain  itu  juga  Sudjana  dan  Rivai  dalam  Sundayana,  2015:  13 mengemukakan alat peraga bermanfaat bagi pembelajaran siswa, yaitu:
1. Pembelajaran  akan  lebih  menarik  perhatian  siswa  sehingga  dapat
menumbuhkan motivasi. 2.
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga siswa akan lebih paham dan mampu menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3. Metode  mengajar  akan  lebih  bervariasi  sehingga  siswa  tidak  bosan  dan
guru bisa memaksimalkan waktu. 4.
Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dll.
2.1.3.3 Pengertian Alat Peraga Montessori
Metode  Montessori  menggunakan  alat  peraga  Montessori  dalam menyampaikan pesan dalam pembelajaran. Alat peraga tersebut memiliki ciri-ciri,
14
yaitu:  menarik,  memiliki  gradasi,  memiliki  pengendali  kesalahan  auto- correction,  membelajarkan  siswa  secara  mandiri  auto-education,  dan
kontekstual.  Alat  peraga  Montessori  dirancang  dengan  sangat  baik  demi kemandirian  dan  pengetahuan  akademik  anak,  mengandung  unsur  seni,  dan
mengembangkan  rasa  tanggung  jawab,  dan  memiliki  rasa  bangga  pada  alat. Dengan  begitu  alat  peraga  sangat  erat  kaitannya  dengan  tingkat  perkembangan
anak  dan  tanggung  jawab.  Alat  peraga  didesain  khusus  dengan  mengembangkan unsur kesederhanaan dan kemungkinan anak belajar secara kreatif dan belajar dari
penemuan,  dan  memungkinkan  anak  dapat  memperbaiki  kesalahannya  sendiri Lillard, 1997: 11.
Alat peraga Montessori didesain khusus. Montessori mendesainnya sesuai dengan  keterampilan  yang  ada  pada  tahap  perkembangan  anak,  yakni
keterampilan  hidup  sehari-hari  bahasa,  matematika,  geografi,  kesenian, pengetahuan  alam,  dan  budaya.  Alat  yang  dipergunakan  di  sekolah  Montessori
didesain  bukan  untuk  mengajarkan  matematika  melainkan  untuk  membantu mengembangkan kemampuan matematikanya dalam  memahami perintah,  urutan,
sesuatu  yang  abstrak,  dan  memiliki  kemampuan  untuk  mengkonstruksi  konsep- konsep  baru  sebagai  pengetahuan  yang  diperoleh  dalam  pembelajaran  Lillard,
1997: 137. 2.1.3.4
Ciri-ciri alat peraga Montessori
Alat  peraga Montessori  sudah dirancang berdasarkan tingkat  kognitif dan usia anak. Ciri-ciri alat peraga Montessoi Montessori 2002: 170-176, yaitu:
1. Menarik
Pembelajaran  didesain  semenarik  mungkin  dengan  cara  meraba, menyentuh,  memegang,  merasakan.  Ketika  anak  sudah  tertarik,
selanjutnya  anak  menggunakannya  secara  berulang  dengan  beragam modifikasi  dari  alat  perga  Montessori.  Alat  peraga  Montessori  lebih
menyerasikan warna yang cerah dan lembut. 2.
Bergradasi Gradasi dalam alat peraga Montessori lebih mengarah pada warna, bentuk,
dan  usia.  Bergradasi  dimaksudkan  untuk  memungkinkan  anak  untuk melibatkan panca indera dan bisa digunakan anak dari beragam usia anak
15
dalam hal
pembentukan konsep
belajar. Contohnya
untuk memperkenalkan  gradasi  ukuran  dengan  menggunakan  pink  tower  yang
terdiri dari yang terdiri atas 10 kubus dengan gradasi ukuran sisi dari yang besar  hingga  terkecil.  Ukuran  terbesar  kubus  sebagai  dasar  sebesar  10
centimeter dan akan semakin kecil dengan ukuran 1 centimeter lebih kecil. Selain  ukuran  sisi  yang  bergradasi  dari  yang  besar  hingga  yang  kecil,
bobot  kubus  juga  bergradasi  mulai  dari  yang  berat  hingga  yang  ringan. Dengan demikian, anak bisa belajar tentang ukuran besar-kecil dan berat-
ringan. 3.
Auto-correctionatau pengendali kesalahan Alat  peraga Montessori  memiliki alat pengendali kesalahan, dimana anak
mampu mengetahui letak kesalahan dan kekeliruan yang dibuatnya ketika menggunakan  alat  peraga  tertentuu  tanpa  diberi  tahu  oleh  orang  lain.
Misalnya,  ketika  menggunakan  inkastri  silinder.  Alat  tersebut  berfungsi sebagai  alat  yang  digunakan  untuk  mengenalkan  ukuran  panjang-pendek,
lebar-sempit,  gemuk-kurus,  dan  dangkal-dalam.  Setiap  perangkat  silinder memiliki anak silinder  yang sudah memiliki pasangan dengan lubangnya.
Penggunaannya  dengan  anak  akan  berusaha  memasukkan  anak  silinder tersebut secara benar pada pasangan lubangnya. Anak akan terus mencoba
sampai akhirnya hingga ia berhasil dan mampu memasukkan anak silinder secara benar pada lubang pasangannya tersebut.
4. Auto-education atau membelajarkan siswa secara mandiri
Alat  peraga  diciptakan  sedemikian  rupa  dimaksudkan  agar  dapat mengembangkan  kemampuan  anak  dengan  meminimalisir  tanpa  campur
dari  orang  dewasa.  Dengan  alat  ini  juga,  anak  akan  mengalami  sendiri aktivitas  belajarnya  sehingga  dia  mampu  mendidik  dirinya  sendiri.
Pembelajaran  yang  telah  dilaluinya  anak  bukanlah  yang  sudah  diberikan guru melainkan apa yang telah dilakukan anak tersebut.
Berdasarakan  metode  Montessori  yang  telah  dipaparkan  di  atas,  peneliti menambahkan  konsep  kontekstual  yang  memiliki  arti  bahwa  dalam
pengembangan  alat  peraga  Montessori  yang  disesuaikan  dengan  konteks lingkungan anak berada. Alat peraga yang dibuat disesuaikan dengan benda-benda
16
yang  biasa  ditemukan  siswa  di  kehidupan  sehari-hari.  Misalnya  alat  peraga Montessori  berlatarbelakangi  dengan  penggunaan  bahan  sederhana  yang  ada
disekitar anak, seperti pasir dan kayu.
2.1.3.5 Alat Peraga Kotak Pecahan Montessori