Alat Peraga Matematika Persepsi Atas Penggunaan Alat Peraga

26 pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari: 1 pecahan biasa, 2 pecahan desimal, 3 pecahan persen, dan 4 pecahan campuran. Begitu pula pecahan dapat dinyatakan menurut kelas ekuivalensi yang tak terhingga banyaknya: = = = =.... Pecahan biasa adalah lambang bilangan yang dipergunakan untuk melambangkan bilangan pecah dan rasio perbandingan. 2. Penjumlahan pecahan a. Penjumlahan pecahan yang penyebutnya sama. Misal: + = …. b. Menjumlahkan pecahan yang penyebutnya tidak sama. Misal: + = …. 3. Pengurangan pecahan a. Pengurangan pecahan yang penyebutnya sama. Misal: - = …. b. Mengurangi pecahan yang penyebutnya tidak sama. Missal: - = …

2.1.6 Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.6.1 Alat Peraga Matematika

Dian Aprelia Rukmi 2013 dengan penelitian “Pengembangan Alat Peraga Montessori Ala Montessori untuk Siswa Kelas II SD Krekah Yogyakarta” memfokuskan pada mengisi kekurangan akan pentingnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran di SD, khususnya perkalian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan motode penelitian dan pengembangan RD dengan menghasilkan protipe produk berupa alat peraga perkalian ala Montessori unutk siswa kelas II SD semester genap. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini mengadopsi alat peraga perkalian Montessori bernama papan skittle. Hasil penelitian ini menghasilkan alat peraga perkalian yang dikembangkan memiliki ciri lima alat peraga menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual dan meemiliki kualitas “sangat baik” setelah divalidasi oleh beberapa pihak yang berkompeten terhadap alat peraga tersebut. Alat peraga yang 27 dikembangkan tersebut berhasil mengatasi kesulitan belajar siswa dalam perkalian dengan peningkatan skor posttest sebesar 86,44. Latifah 2013 dengan penelitian “Penggunaan Alat Peraga Meteran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Materi Perkalian Pada Berkesulitan Belajar Matematika Kelas III SDN Kartodipuran Surakarta Tahun Ajaran 20122013” dengan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga meteran untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa berkesulitan belajar matematika. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitianya menyimpulkan bahwa penggunaan alat peraga meteran dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian pada siswa berkesulitan belajar matematika kelas III SDN Kartodipuran Surakarta.

2.1.6.2 Persepsi Atas Penggunaan Alat Peraga

Saprita 2012, meneliti “Persepsi Remaja Surabaya terhadap Tayangan Korean Wave di Indosiar.” Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana persepsi remaja Surabaya terhadap tayangan Korean Wave di televisi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat pemahaman remaja mengenai tayangan tersebut, yang dapat digunakan untuk mempengaruhi remaja agar mau melestarikan budaya Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori S-O-R. Hasil penelitian menyatakan bahwa drama Korea menjadi tayangan Korea Wave yang paling sering dilihat dan disukai oleh remaja karena memiliki kualitas bagus dan memiliki ciri khas yang menarik. Setiawati 2010, meneliti “Persepsi remaja mengenai pendidikan seks.” Penelitian ini bertujuan untuk 1 mengetahui persepsi remaja mengenai pendidikan seks, 2 mengetahui sumber yang digunakan oleh remaja untuk memperoleh pendidikan seks, 3 mengetahui pengetahuan yang banyak dibutuhkan oleh remaja melalui sumber-sumber tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan wawancara sebagai teknik pengumpulam data. Teknik pengembangan validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data triangulasi sumber dan review informan. Hasil penelitian didapatkan bahwa 1 persepsiremaja mengenai pendidikan seks adalah pendidikan seks dipandang remaja sebagai sesuatu yang penting, bernilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 positif, serta bermanfaat bagi mereka dalam membantu persoalan hidup remaja, 2 sumber pendidikan seks yang digunakan remaja adalah media massa baik media cetak maupun elektronik serta teman sebaya, 3 pengetahuan seputar seks yang dibutuhkan oleh remaja yaitu pengetahuan tentang HIV AIDS, menstruasi, penyakit kelamin, resiko melakukan seks bebas, proses reproduksi atau hubungan seks dan gaya pacaran sehat.

2.1.6.3 Pembelajaran dengan Metode Montessori