Manfaat Alat Peraga Berbasis Montessori

67 Selain jumlah alat peraga yang dirasa kurang banyak, ternyata ada kendala lain yang ditemukan guru. Meskipun kartu pengendali kesalahan bermanfaat agar siswa menemukan sendiri kesalahan jawaban, kartu tersebut membuat siswa menjadi malas untuk mencari jawabannya. Guru mengatakan, “Sebelum siswa tau apa gunanya kartu, ternyata dibalik kartu itu ada jawaban yang benar, mereka itu e..antusias mbak jadi dikerjakan, nanti sesuai dengan kartu soalnya itu dikerjakan kemudian nanti e..berapa gitu tapi mereka belum tau setelah tau jawabannya itu disebaliknya ada nah itu dari situ mereka malah malah males-malesan gitu loh mbak. Ah jawabannya ini, mereka langsung merangkai angka yang ada dibalik jawaban itu, tidak ditukar-tukar lagi gitu. Jadi menurut saya e..kalo tidak diberi tahu jawaban yang benar itu ada disebalik kartu angka justru itu malah akan e.. membuat rasa ingin tau siswa lebih besar, tapi kalo mereka sudah bisa mengetahui jawaban dari kartu soal disebaliknya itu malah nanti mereka kalo ditanya ini tambah ini berapa? Langsung kartunya ini dibalik jawabannya ini buk” W2S4B314-335. Pengalaman guru menjadi kendala yang dialami siswa ketika siswa telah mengetahui fungsi kartu pengendali kesalahan. Pemahaman siswa masih kurang mengenai fungsi utama dan kapan kartu tersebut bisa digunakan.

4.2.2.3 Manfaat Alat Peraga Berbasis Montessori

Alat peraga dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sehingga alat peraga memiliki banyak manfaat. Manfaat alat peraga tidak hanya bisa dirasakan oleh guru saja, tetapi siswa juga bisa merasakan manfaat dari alat peraga. Alat peraga Montessori juga memiliki beragam manfaat dalam pembelajaran. Alat peraga berbasis Montessori juga harus memiliki karakteristik, yaitu menarik, memiliki auto-correction, memiliki auto- education, bergradasi, serta kontekstual. Alat peraga juga dapat menarik perhatian siswa sehingga membuat guru semakin termotivasi untuk memberikan pembelajaran yang lebih baik lagi. Begitu juga kesan guru terhadap alat peraga kotak pecahan berbasis Montessori. Guru turut senang ketika siswanya dari awal sudah tertarik pada pembelajaran dengan adanya alat peraga. Hal tersebut memotivasi guru dalam menjalankan tugasnya W2S4B199-209. Alat peraga dianggap mampu membuat siswa memahami materi dan siswa bisa secara mandiri menggunakannya W2S451-56. Menurut 68 guru, alat peraga berkontribusi dalam penanaman konsep pecahan W2S4B112- 137. Narasumber K juga menuturkan memahami materi pecahan jadi lebih mudah dengan menggunakan alat peraga W2S1B14. Narasumber Z senang menggunakan alat peraga karena dengan alat peraga pembelajaran seperti bermain sehingga dari awal melihat alat peraga langusung ingin memainkannya W2S3B34. Berbeda dengan penuturan narasumber R yang malah merasa bingung karena sebelumnya belum pernah melihat alat peraga meskipun ada rasa senang dalam dirinya ketika menemui hal baru tersebut W2S2B10. Narasumber R berpendapat bahwa alat peraga tidak berfungsi W2S2B30, namun ketika ketika pembelajaran berlangsung narasumber terlihat selalu menggunakan alat peraga dalam mengerjakan soal yang diberikan guru O1S2B136-137. Dalam hal ini narasumber belum memaknai pertanyaan dengan jelas mengenai apakah alat peraga memiliki fungsi atau tidak. Narasumber R menambahkan bahwa alat peraga membantu dia mengonfirmasi jawabannya dalam menjumlahkan dan mengurangi pecahan W2S2B64. Awalnya dia merasa bingung dalam menggunakan alat peraga, tetapi kemudian dia mengerti bagaimana cara menggunakannya W2S2B36. Dalam hal ini, kebingungan yang dimaksud narasumber merupakan ketertarikan narasumber terhadap alat peraga sehingga alat peraga selalu digunakan selama pembelajaran berlangsung O1S2B142. Karakteristik yang dimiliki alat peraga kotak pecahan berbasis Montessori selain memberikan kemudahan kepada siswa dalam memahami materi karakteristiknya juga harus memiliki banyak manfaat. Karakteristik pengendali kesalahan atau auto-correction juga membantu siswa dalam menemukan kesalahan dalam pengerjaan soal. Dalam alat peraga kotak pecahan terdapat kartu pengendali kesalahan yang merupakan kunci jawaban. Siswa bisa langsung mengetahui mencocokan jawabannya melalui kartu tersebut. Hal itu dibenarkan oleh guru, menurutnya siswa bisa mengetahui kesalahan pengerjaanya dari kartu pengendali kesalahan W2S4B287-295. Karakteristik tersebut memiliki kekurangan ketika siswa sudah mengetahui jika kesalahannya bisa langsung diketahui dengan membuka kartu tersebut. Dengan kartu pengendali kesalahan, siswa menjadi malas mencari jawabannya sendiri W2S4B314-335. 69

4.3 Pembahasan