7
BAB II LANDASAN TEORI
`Dalam bab ini, pembahasan tentang landasan teori dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 1 kajian pustaka, 2 penelitian yang televan, 3 kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka membahas tentang teori yang mendukung serta penelitian yang relevan.
2.1.1 Teori yang mendukung
Pada bagian ini akan dibahas beberapa poin yang berkaitan dengan penelitian yang digunakan, yaitu teori perkembangan anak menurut Piaget,
metode Montessori, alat peraga, alat peraga Montessori, persepsi, dan matematika.
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak menurut Piaget
Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses dalam mencapai tujuan Hamalik: 2003, 28. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Komponen dalam definisi belajar adalah sebagai suatu hasil pengalaman Dahar,
2011: 2-3. Dalam memahami arti belajar, dibutuhkan teori untuk menyeimbangkannya. Snelbecker berpendapat bahwa teori bukan hanya penting,
melainkan juga vital bagi perumusan teori dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang, serta memecahkan masalah-masalah yang ditemukan. Sekarang kita
menyadari bahwa ilmu apa pun untuk dapat berkembang harus dilandaskan teori Dahar, 2011: 10. Teori tentang belajar berkaitan dengan penekanan terhadap
pengaruh lingkungan dan pengaruh potensi yang dibawa sejak lahir. Apabila lingkungan berpengaruh positif bagi dirinya, kemungkinan besar potensi tersebut
berkembang mencapai realisasi optimal Semiawan, 2008: 2.Teori Jean Piaget mengenai perkembangan kognitif memberikan batasan tentang kecerdasan,
pengetahuan, dan hubungan anak didik dengan lingkungannya Menurut Piaget dalam Dahar 2011: 136-141, setiap individu mengalami
tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut: 1.
Tingkat Sensori-Motor 0-2 tahun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pada tingkat ini, konsep-konsep yang tidak ada pada waktu lahir, seperti konsep ruang, waktu, kausalitas, berkembang, dan terinkoporasi ke dalam
pola perilaku anak. 2.
Tingkat Pra-operasional 2-7 tahun Pada tingkat pra-operasional, anak belum mampu melakukan operasi
mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain-lain. 3.
Tingkat Operasional Konkret 7-11 tahun Tingkat ini merupakan tahap awal anak dalam berpikir rasional. Anak-
anak mulai memahami masalah konkret dihadapinya. Nilai sosial mulai dikenalnya melalui komunikasinya, sehingga mereka berusaha untuk
mengerti orang lain dan mengemukakan perasaan maupun gagasan- gagasan mereka pada orang dewasa dan teman-temannya.
4. Tingkat Operasional Formal 11 tahun
Pada tingkat ini, anak sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak dan perlu bantuan hal-hal konkret untuk memahami sesuatu yang belum
diketahuinya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa SD berada pada
usia 7-12 tahun termasuk di dalamnya adalah siswa kelas IV SD dimana anak memiliki kemampuan berpikir yang rasional dan kemampuan sosialnya mulai
berkembang. Anak akan lebih mudah untuk dilatih dengan kemampuan menangkap informasi karena pada masa ini, rasa ingin tau anak akan membuat
anak terus ingin belajar. Anak membutuhkan media seperti halnya alat peraga untuk memahami apa yang diajarkan oleh orang dewasa dalam belajar. Anak akan
lebih tertarik dan pemahamnnya akan semakin sempurna.
2.1.2 Metode Montessori