Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA)

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA)

Kerja sama perjanjian bilateral telah mencatat tonggak sejarah penting dengan ditandatanganinya kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Jepang pada Agustus 2007. IJ-EPA yang dirintis sejak tahun 2004 telah menempatkan Indonesia sejajar dengan negara

pesaing di pasar Jepang. 5 Perjanjian IJ-EPA mencakup ruang lingkup yang luas dengan tujuan mempererat kemitraan ekonomi antara kedua negara, di antaranya melalui capacity building, liberalisasi, serta peningkatan hubungan perdagangan dan investasi. Perjanjian itu melibatkan berbagai sektor, antara lain perdagangan barang dan jasa, serta investasi dan movement of natural persons, termasuk Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Right).

Bagi Indonesia, Jepang merupakan mitra dagang dan salah satu negara utama sumber investasi asing langsung yang besar. Potensi keuntungan bagi Indonesia dari kerja sama IJ-EPA adalah adanya pembebasan sebagian besar bea masuk bagi ekspor Indonesia ke Jepang. Kerja sama ini juga diharapkan dapat meningkatkan investasi dari Jepang dan sekaligus memperkuat upaya perbaikan kapasitas sumber daya manusia Indonesia. Pencapaian tersebut dimungkinkan melalui program bantuan Jepang, seperti bantuan teknis ketrampilan dan teknologi di berbagai bidang, khususnya terkait dengan standardisasi produk. Sementara itu, bagi Jepang, IJ-EPA dinilai penting mengingat posisi Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN dan mempunyai sumber daya alam yang dibutuhkan oleh Jepang.

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Dalam lingkup regional, pada usianya yang ke-40 ASEAN memulai tonggak sejarah baru dalam inisiatif kerja

5 Perjanjian EPA Indonesia dengan Jepang relatif agak terlambat dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Singapura (2002), Malaysia (2005), Filipina (2006), dan Thailand (April 2007).

negara di dalam kawasan sehingga ASEAN akan menjadi Untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan tujuan investasi yang menarik investor global maupun

implementasi Cetak biru MEA 2015 disusun ASEAN regional. Kegiatan investasi yang berkembang pesat

Baseline Report (ABR). Dengan adanya ABR, para akan membutuhkan faktor-faktor produksi yang dipenuhi

pemimpin ASEAN dapat mengetahui status kemajuan melalui pembebasan aliran tenaga kerja trampil lintas

pencapaian tingkat integrasi ekonomi dan memberikan batas negara dan pembukaan aliran modal yang lebih

arahan untuk memecahkan berbagai kesulitan yang bebas. Sebaliknya, produktivitas yang tinggi dari kegiatan

dihadapi. Tantangan dalam penyusunan ABR adalah investasi yang berkembang pesat juga akan meningkatkan

ketersediaan database statistik indikator-indikator arus barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan baku

ekonomi dan keuangan dari sektor-sektor ekonomi yang ataupun produk akhir.

diliberalisasi dari seluruh negara anggota ASEAN.

Cetak Biru MEA

ASEAN Charter

Cetak biru MEA merupakan masterplan pencapaian ASEAN Charter merupakan konstitusi dasar organisasi keempat kerangka strategis MEA 2015 dengan

kerja sama antar Pemerintah negara-negara anggota mengidentifikasi elemen-elemen, rencana aksi, dan

ASEAN. Transformasi mendasar yang dilakukan oleh target waktu implementasinya. ASEAN sebagai pasar

ASEAN Charter adalah memberikan status ‘legal tunggal dan kesatuan basis produksi diwujudkan melalui

personality’ pada kerja sama ASEAN, sehingga ASEAN proses liberalisasi secara bertahap. Peraturan kompetisi,

memiliki identitas yang berbeda dengan identitas negara- perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,

negara anggotanya. Seiring dengan perubahan tersebut, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce

maka dilakukan penyempurnaan struktur kelembagaan merupakan elemen penting untuk menjadikan ASEAN

ASEAN, peningkatan mandat ASEAN dan mekanisme sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang

pengambilan keputusan. Penyempurnaan yang dilakukan tinggi. Pembuatan peraturan dan kebijakan tersebut

antara lain pembentukan Comittee of Permanent dilakukan baik secara nasional maupun melalui kerja

Representatitives to ASEAN yang merupakan wakil negara sama di kawasan antara lain melalui standardisasi,

anggota di dalam ASEAN, dan pembentukan ASEAN dan harmonisasi. ASEAN sebagai kawasan dengan

National Secretariat yang merupakan national focal point pengembangan ekonomi yang merata dilakukan melalui

yang berfungsi melakukan koordinasi di tingkat nasional. pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa

Dengan transformasi ASEAN Charter tersebut, ASEAN integrasi ASEAN (Initiative for ASEAN Integration) untuk

diharapkan dapat mengimplementasikan kesepakatan- negara-negara CLMV (Kamboja, Lao PDR, Myanmar

kesepakatan yang telah dicapai dan merespons dengan dan Vietnam) yang bertujuan untuk meningkatkan

lebih baik berbagai permasalahan di kawasan dalam teknologi dan capacity building pembangunan ekonomi.

menuju MEA dan permasalahan global yang semakin Pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di

kompleks di masa depan.

luar kawasan dan meningkatkan peran dalam jejaring produksi global merupakan dua elemen penting dalam

Upaya Menjaga Stabilitas Keuangan mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi

Dalam menjaga stabilitas keuangan, berbagai upaya secara penuh dengan perekonomian global. Rencana

penguatan tata kelola kelembagaan dilakukan baik dalam aksi tersebut dilakukan dengan melakukan perundingan

tataran regional maupun global. Dalam tataran regional, perjanjian free trade area yang saling menguntungkan

upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan efektivitas dengan berbagai mitra dagang ASEAN.

tersedianya bantuan likuiditas dan penguatan pelaksanaan surveillance. Upaya peningkatan efektivitas bantuan

Target waktu rencana aksi dibagi dalam empat tahap, likuiditas tersebut di antaranya melalui multilateralisasi yaitu tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013 dan

CMI. Sedangkan, upaya peningkatan efektivitas 2014-2015. Dalam mengimplementasikan Cetak biru

surveillance kawasan dilakukan dengan membentuk MEA ini, ASEAN juga memperhatikan perbedaan tingkat

Monetary Financial Stability Committee (MFSC) dalam pembangunan dan kesiapan anggotanya. Untuk menjamin

forum EMEAP. Dalam tataran multilateral, pelaksanaan pelaksanaan komitmen yang telah disepakati, diterapkan

agenda reformasi kelembagaan di tubuh institusi Bretton prinsip tidak memperbolehkan penarikan komitmen (no

Woods (IMF dan World Bank) tetap menjadi perhatian back-loading of commitments), dan adanya fleksibilitas

utama sepanjang tahun laporan. yang harus diajukan pada awal perundingan serta disetujui bersama (pre-agreed flexibility).

174

dan berkoordinasi lintas regional terkait dengan pengelolaan krisis.