Lingkungan Global

Lingkungan Global

Perekonomian global diprakirakan tumbuh sebesar 4,1% pada tahun 2008, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 4,9% (grafik 12.1). Perlambatan ekonomi dunia terutama terjadi di negara maju sebagai dampak dari krisis subprime mortgage di AS yang berkepanjangan. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) dalam WEO revisi Januari 2008 telah mengubah prakiraan pertumbuhan negara maju seperti AS, kawasan Euro, dan Jepang menjadi lebih rendah (Tabel 12.1). Namun, perlambatan tersebut masih dapat diimbangi oleh ekspansi ekonomi negara berkembang. Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan masih cukup tinggi, namun berada di bawah tren pertumbuhan jangka panjangnya. Menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan memperlambat volume perdagangan dunia.

Melambatnya perekonomian dunia diprakirakan menurunkan harga komoditas nonmigas namun masih pada level yang relatif tinggi. Kenaikan harga yang cukup tajam pada tahun 2007 sebesar 14% diprakirakan mulai akan terkoreksi menjadi lebih rendah pada tahun 2008. Penurunan yang cukup besar terutama terjadi pada komoditas logam dasar sejalan dengan perbaikan pasokan yang sempat tertunda sejak pertengahan tahun 2007. Berbagai hambatan sisi pasokan yang dihadapi oleh produsen baik yang disebabkan faktor alam maupun tenaga kerja serta kapasitas mesin diprakirakan mulai membaik. Namun untuk harga beberapa komoditas

pangan, seperti jagung, CPO, dan gula, diprakirakan masih relatif tinggi sejalan dengan permintaan yang tinggi terkait dengan upaya substitusi energi.

Selama tahun 2008 harga minyak mentah diprakirakan bertahan tinggi. Secara fundamental tingginya harga minyak dunia saat ini disebabkan oleh sisa kapasitas produksi minyak dunia yang masih kecil, faktor geopolitik dan iklim serta masih relatif tingginya permintaan minyak dari China dan India. Tekanan harga juga disebabkan oleh aksi spekulatif para pelaku pasar keuangan di pasar komoditas. Kecenderungan beralihnya pelaku pasar keuangan ke bursa komoditas dipicu oleh depresiasi dolar AS yang menurunkan nilai aset dalam denominasi dolar AS. Ke depan, melambatnya perekonomian dunia diprakirakan mengurangi tekanan terhadap harga minyak. Di samping itu, seiring dengan pulihnya kondisi pasar finansial akibat kebijakan beberapa bank sentral dalam menambah likuiditas, perilaku spekulatif para pelaku pasar juga akan cenderung berkurang. Sepanjang tahun 2008, rata-rata harga minyak dunia, menurut beberapa institusi diprakirakan sekitar $75-90 per barel (Tabel 12.2).

Resistensi harga komoditas dunia pada level yang masih tinggi menyebabkan tekanan pada inflasi dunia tahun

Grafik 12.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia

PDB Tren 1980-2007

Sumber: IMF

Tabel 12.2 Perkiraan Harga Minyak Berbagai Lembaga

Rata-rata WTI, Brent, Dubai Consensus Forecast

78,5

Posisi akhir Desember 2008 EIA

86,0

Energy Inform. Adm. US-Feb 08 Bloomberg, tgl 13 Feb 08

80,0

27 Responden World Bank

84,1

Publikasi Januari 2008

Tabel 12.1 Proyeksi Ekonomi Internasional

2005

2006 2007 Proyeksi 2008

PDB Dunia

4,4

5 4,9 4,1 Negara Maju

2,4 2,1 1,5 – Negara Maju Lainnya

3,2

3,7 3,8 2,8

Negara Berkembang 7 7,7 7,8 6,9

Afrika

5,9

5,8 6 7 Eropa Timur dan Tengah

5,6

6,4 5,5 4,6 Negara Persemakmuran

6,6

8,1 8,2 7 Negara Berkembang Asia

9 9,6 9,6 8,6 – China

10,4

11,1 11,4 10 Negara Timur Tengah

5,6

5,8 6 5,9 Amerika Latin

4,6

5,4 5,4 4,3

Sumber: IMF, WEO, Januari 2008.

183

2008. Berdasarkan perkiraan IMF pada WEO Oktober 2007, inflasi tahun 2008 di negara maju diprakirakan sedikit meningkat menjadi 2,2%, sementara inflasi di negara berkembang 4,8%. Namun, berdasarkan asesmen perkembangan terkini, baik inflasi inti maupun IHK menunjukkan tren meningkat sehingga terdapat kecenderungan perkiraan yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan IMF.

Dengan prakiraan perekonomian dunia yang melambat, kebijakan moneter global, khususnya di negara maju, diprakirakan cenderung longgar. Kebijakan itu ditempuh untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi lebih dalam, meskipun tekanan inflasi cenderung meningkat. Dengan perkembangan kebijakan moneter global tersebut, aliran modal asing ke emerging markets diprakirakan tetap tinggi, namun tidak setinggi tahun sebelumnya (Tabel 12.3). Peningkatan aliran modal terutama dalam bentuk FDI dan portofolio.