Faktor Risiko Perekonomian Indonesia Tahun 2008

Faktor Risiko Perekonomian Indonesia Tahun 2008

Prakiraan perekonomian di atas dihadapkan pada berbagai faktor risiko yang berpotensi memengaruhi pencapaian proyeksi. Perkembangan harga komoditas internasional, baik minyak mentah maupun nonmigas yang lebih tinggi dari perkiraan, merupakan faktor risiko terberat yang patut dicermati. Kondisi permintaan yang tetap tinggi, kapasitas produksi yang masih terbatas, serta berbagai faktor sentimen, termasuk permasalahan geopolitik, diprakirakan akan memicu harga minyak internasional untuk tetap bertahan tinggi hingga tahun 2008. Di sisi lain, kecenderungan harga minyak mentah yang bertahan tinggi tersebut memicu upaya yang lebih gencar untuk menyediakan sumber enerji alternatif. Harga pangan internasional seperti jagung dan kedelai berpotensi tumbuh tinggi terkait dengan kegiatan produksi biofuel. Selain itu, perubahan cuaca akibat dampak pemanasan global juga turut memberi tekanan pada harga komoditas pangan melalui gangguan di sisi produksi. Tingginya harga komoditas tersebut, di satu pihak akan memberi dampak positif pada kinerja neraca pembayaran negara pengekspor, namun di pihak lain akan memberi tekanan pada perekonomian melalui kenaikan laju inflasi.

Tingginya harga minyak dunia, yang disertai pula oleh ketidakpastian berakhirnya gejolak pasar finansial global akibat meluasnya krisis subprime mortgage, diprakirakan akan memengaruhi kinerja perekonomian dunia. Pelemahan ekonomi di negara maju, khususnya Amerika Serikat, diprakirakan berlanjut sehingga menurunkan optimisme akan ekspansi perekonomian global. Kondisi tersebut pada gilirannya berpotensi menurunkan kinerja ekspor Indonesia. Ketidakpastian akan perkembangan gejolak pasar keuangan global juga berpotensi mengganggu stabilitas makroekonomi. Dengan struktur arus masuk modal asing yang masih didominasi oleh dana jangka pendek dan kondisi pasar keuangan domestik yang masih relatif dangkal menyebabkan pasar keuangan Indonesia relatif lebih rentan terhadap risiko global. Berbagai faktor risiko tersebut berpotensi mengakibatkan kinerja perekonomian tidak sebaik prakiraan semula, melalui tekanan terhadap nilai tukar, peningkatan inflasi IHK maupun potensi penurunan laju pertumbuhan.

Selain akibat kenaikan harga minyak mentah internasional melebihi asumsi yang digunakan, potensi tekanan terhadap defisit APBN juga bersumber dari peningkatan

permintaan konsumsi minyak domestik yang antara lain dipicu oleh disparitas harga antara BBM bersubsidi dan nonsubsidi, serta kemampuan produksi minyak domestik yang tidak sesuai target. Kenaikan defisit APBN tersebut berpotensi mengganggu kesinambungan fiskal, yang pada gilirannya dapat memicu sentimen negatif dan memengaruhi prospek perekonomian secara keseluruhan. Sentimen negatif tersebut dapat memicu aliran keluar modal asing yang ditanamkan dalam bentuk portofolio. Akibatnya, surplus NPI berpotensi menurun, sehingga dapat berdampak pada pelemahan nilau tukar rupiah. Lebih lanjut, pelemahan Rupiah akan meningkatkan tekanan inflasi IHK, yang pada gilirannya akan memperlambat ekspansi ekonomi.

Kegiatan investasi berpotensi terhambat akibat berbagai kendala dalam implementasi proyek infrastruktur yang belum dapat diselesaikan, antara lain ketidakjelasan peraturan pembebasan lahan, serta sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Lebih lanjut, kondisi infrastruktur yang belum menunjukkan perbaikan signifikan serta risiko terjadinya bencana alam berpotensi menyebabkan gangguan pasokan barang, yang pada gilirannya dikhawatirkan akan memicu kenaikan inflasi. Risiko kenaikan harga juga dapat bersumber dari terhambatnya kelancaran program konversi minyak tanah ke elpiji yang berpotensi memicu kelangkaan komoditas tersebut, sehingga berisiko mendorong kenaikan harga minyak tanah.

Arah Kebijakan Di bidang moneter, kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan menjaga stabilitas makroekonomi dengan terus mengupayakan agar ekspektasi inflasi sesuai dengan sasaran inflasi yang ditetapkan. Kebijakan moneter yang akan ditempuh tetap mengedepankan konsistensi dan komitmen dalam mengendalikan inflasi sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan Pemerintah untuk tahun 2008. Selain melalui kebijakan suku bunga, kebijakan moneter tersebut perlu didukung oleh kebijakan menjaga volatilitas nilai tukar rupiah. Dalam kaitan ini, kebijakan untuk menjaga kecukupan cadangan devisa masih konsisten dengan upaya untuk mempertahankan stabilitas makroekonomi. Di samping itu sebagai upaya berjaga- jaga, melalui kerjasama ASEAN+3 dalam kerangka Chiang Mai Initiatives, Bank Indonesia memperluas kesepakatan bilateral swap arrangements dengan Jepang, Korea dan China. Langkah regional self-help ini cukup strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan kawasan di waktu-waktu mendatang.

Kebijakan moneter tersebut perlu didukung oleh penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter.

Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan melakukan terhadap implementasi Basel II, utamanya yang terkait serangkaian langkah taktis guna lebih mengefektifkan

dengan tiga pilar yaitu kebutuhan modal minimum, proses piranti moneter dalam menyerap kelebihan likuiditas

review pengawasan, dan disiplin pasar, juga akan terus sistem perbankan. Pelaksanaan operasi pasar terbuka

dilaksanakan.

(OPT) akan menggunakan instrumen dengan maturitas yang lebih beragam dalam rangka menjaga stabilitas suku

Kebijakan perbankan juga akan diarahkan untuk bunga PUAB overnight (O/N). Dalam hal ini, pelaksanaan

meningkatkan transparansi perbankan kepada masyarakat OPT juga akan diperkaya dengan penggunaan instrumen

serta pencanangan tahun Edukasi Perbankan. Pada FTO, transaksi repo dengan underlying SUN, dan

pertengahan tahun 2008 seluruh bank diharapkan telah foreign exchange swap (FX Swap). Di pasar keuangan,

menerapkan ketentuan Good Corporate Governance pelaksanaan strategi pendalaman dan perluasan basis

(GCG) dengan sebaik-baiknya dan diwajibkan untuk instrumen pasar keuangan menjadi semakin penting.

menyampaikan laporan pelaksanaan GCG kepada Pengaktifan kembali instrumen dan jenis transaksi yang

masyarakat. Tahun 2008 juga akan menjadi tahun Edukasi telah dimiliki merupakan upaya yang akan dilakukan dalam

Perbankan, seiring dengan dimulainya program edukasi rangka pengembangan pasar keuangan, yang diharapkan

masyarakat di bidang perbankan secara komprehensif, akan meningkatkan efektivitas pengelolaan likuiditas

terintegrasi, dan terkoordinasi oleh seluruh pihak yang pelaku pasar keuangan.

berkepentingan dengan industri perbankan. Dengan program tersebut, diharapkan masyarakat akan semakin

Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi, terberdayakan dan mampu memilih serta memanfaatkan kebijakan perbankan pada tahun 2008 diarahkan pada

produk dan jasa perbankan secara lebih terencana dan penyaluran kredit yang berkualitas, peningkatan akses

bijaksana. Selain itu, perbankan juga diharapkan berperan pembiayaan usaha MKM, perluasan ke arah universal

dalam pengembangan aspek sosial masyarakat melalui banking, serta melanjutkan upaya konsolidasi perbankan.

penerapan program Corporate Social Responsibility Penyaluran kredit yang lebih berkualitas antara lain

(CSR). Terkait dengan hal itu, CSR industri perbankan dilakukan melalui peningkatan kredit pada sektor

dapat diarahkan pada upaya-upaya strategis di bidang produktif, dan penjajakan kemungkinan pendirian kembali

pendidikan sebagai sumbangan terhadap peningkatan policy bank, yang berkonsentrasi pada penghimpunan

kualitas bangsa.

dana jangka panjang untuk membiayai pembangunan berbagai proyek infrastruktur. Dalam rangka meningkatkan

Dalam rangka mendukung kegiatan ekonomi serta akses pembiayaan usaha MKM, Bank Indonesia

efektivitas kebijakan moneter dan perbankan, kebijakan tetap menekankan pada perluasan linkage program,

pengedaran uang pada tahun 2008 tetap diarahkan pengembangan skim penjaminan kredit bagi usaha

untuk meningkatkan pengedaran uang yang aman, MKM, penurunan perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut

handal, dan efisien; meningkatkan layanan kas prima; Risiko (ATMR) bagi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan

dan meningkatkan kualitas uang. Beberapa kebijakan kredit MKM, serta redefinition dan redirection peran BPR

yang telah ditempuh akan terus dilaksanakan, seperti dalam pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal. Perluasan

penerapan strategi distribusi uang yang aman, efektif, dan kesempatan operasional perbankan ke arah universal

efisien, serta kebijakan untuk menanggulangi peredaran banking menjadi semakin terbuka, seiring dengan semakin

uang palsu melalui upaya memperkuat infrastruktur tingginya tuntutan untuk melakukan inovasi produk

di Bank Indonesia dan meningkatkan kerjasama perbankan yang terintegrasi dengan berbagai produk

pemberantasan uang palsu dengan pihak terkait. industri keuangan. Selain akan menopang pemenuhan

Selanjutnya Bank Indonesia akan melakukan uji coba kebutuhan pembiayaan, adopsi universal banking ke

implementasi cash centre di wilayah Kantor Pusat Bank dalam sistem perbankan juga akan menopang upaya

Indonesia dan beberapa Kantor Bank Indonesia di daerah financial market deepening.

sebagai bagian dari strategi pengelolaan uang kartal oleh pihak eksternal. Selain itu, dengan mempertimbangkan

Upaya untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi efisiensi biaya dan usia edar yang lebih lama, pada tahun perbankan perlu disertai dengan langkah-langkah

2008 Bank Indonesia merencanakan untuk mengeluarkan penguatan ketahanan industri perbankan. Bank Indonesia

uang kertas pecahan Rp2.000.

akan tetap melanjutkan upaya konsolidasi perbankan, antara lain dengan menyusun ketentuan terkait dengan

Di bidang pembayaran nontunai, arah kebijakan ditujukan kriteria Bank Kinerja Baik (BKB) dan Bank Jangkar, selain

untuk melakukan pengendalian risiko, peningkatan melakukan pemeriksaan atas efektivitas peningkatan

efisiensi, kesetaraan akses (equitable access) dan modal perbankan menjadi Rp80 miliar. Persiapan

prinsip perlindungan konsumen. Guna mendukung

menyelaraskan berbagai kebijakan akan terus ditempuh. lain dengan terus melakukan uji coba disaster recovery

Jalinan koordinasi dan sinergi antara Bank Indonesia dan planning untuk menjaga kehandalan dan kelangsungan

Pemerintah yang telah terbentuk akan terus diperkuat. operasional sistem pembayaran (RTGS dan SKN) serta

Dalam upaya pengendalian inflasi, disamping Tim pengkajian kemungkinan penyelenggaraan transfer

Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Koordinasi Stabilisasi valas dengan mekanisme payment versus payment

Pangan Pokok, koordinasi kebijakan juga dilakukan (PVP) sistem pembayaran dan pengembangan model

melalui Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi yang mitigasi risiko transfer dana. Upaya peningkatan efisiensi

dikoordinasikan oleh Kantor Menko Perekonomian. dilakukan melalui penyelenggaraan jaringan APMK untuk

Di tingkat daerah, peran KBI bagi pemberdayaan dan menerapkan prinsip interoperability, sedangkan penerapan

percepatan pembangunan ekonomi di daerah, serta prinsip kesetaraan akses dituangkan melalui ketentuan

upaya pengendalian inflasi di daerah akan terus diperkuat, penyelenggaraan sistem dengan menegaskan kedudukan

salah satunya melalui pembentukan Tim Pengendalian Bank Indonesia sebagai regulator, penyelenggara,

Inflasi Daerah yang merupakan koordinasi antara KBI dan dan peserta. Sementara itu, prinsip perlindungan

instansi terkait. Di bidang sistem pembayaran, sejalan konsumen akan diupayakan dengan menerbitkan

dengan penerapan Treasury Single Account, Bank ketentuan penyelenggaraan e-money dan menerapkan

Indonesia akan melengkapi aplikasi government e-banking secara luas ketentuan penyelenggaraan kegiatan usaha

(BIG-eB) dengan berbagai modul transaksi dan informasi pengiriman uang.

untuk aktivitas transaksi keuangan Pemerintah. Selain itu, untuk menjaga dan memperkuat stabilitas sistem pasar

Dalam rangka mengoptimalkan efektivitas kebijakan keuangan, koordinasi dalam Forum Stabilitas Sistem Bank Indonesia, upaya koordinasi dengan kebijakan

Keuangan (FSSK), yang merupakan kerjasama antara makroekonomi lainnya akan terus diperkuat. Upaya

Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan Lembaga menjaga stabilitas makroekonomi serta mendorong

Penjamin Simpanan di bawah koordinasi Kementerian pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh lebih tinggi dengan

Koordinator Bidang Perekonomian, akan terus diperkuat. struktur yang lebih sehat merupakan bagian yang

Selama tahun 2008, FSSK merencanakan akan tidak dapat dipisahkan dari kebijakan ekonomi secara

melakukan finalisasi Crisis Management Protocol, Macro keseluruhan. Prasyarat penting untuk itu di antaranya

Early Warning System, seraya tetap melanjutkan berbagai adalah peningkatan daya saing perekonomian melalui

progam yang terdapat dalam Inisiatif Arsitektur Sistem perbaikan iklim investasi dan percepatan pembangunan

Keuangan Indonesia.

20

21

Satu hal menarik yang dapat dilihat di Bank Indonesia sejak beberapa tahun terakhir adalah keterbukaannya pada publik, khususnya terkait dengan kebijakan moneter. Sebelumnya, pengambilan keputusan di bidang moneter dilaksanakan tertutup dan hasilnya tidak diumumkan secara luas kepada publik. Kini, masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai kebijakan moneter maupun memperoleh hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dilaksanakan setiap bulan. Bank Indonesia juga membuka diri terhadap masyarakat yang ingin belajar dan memahami kebijakan moneter. Berbagai sarana komunikasi lainnya, seperti website, workshop, seminar, kunjungan pelajar/mahasiswa, dan pertemuan-pertemuan formal maupun informal, dibentuk sebagai sarana edukasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebijakan moneter dan perekonomian nasional. Bank Indonesia, kini berupaya untuk semakin dekat dengan masyarakat.

Upaya mendekatkan diri Bank Indonesia ke masyarakat, tidak terlepas dari kerangka kebijakan moneter yang dianutnya sejak tahun 2005. Diimplementasikannya Inflation Targeting Framework (ITF) sebagai kerangka kerja kebijakan moneter di Indonesia telah memengaruhi pelaksanaan kebijakan moneter itu sendiri. ITF memperkenalkan kepada masyarakat sebuah logika berpikir baru atas langkah kebijakan yang ditempuh bank sentral. ITF juga telah mengubah secara struktural

pendekatan komunikasi bank sentral selama ini 1 .

Kebijakan bank sentral kini secara konsisten diarahkan pada pencapaian sasaran inflasi di masa depan, yaitu pada jangka menengah panjang. Untuk mencapai sasaran itu, komunikasi merupakan ujung tombak dalam pembentukan kredibilitas bank sentral.

Saat ini, para praktisi bank sentral memahami bahwa kredibilitas adalah salah satu elemen terpenting yang

1 Kini telah banyak ditulis hubungan antara komunikasi bank sentral dalam kerangka ITF. Referensi awal dari Leiderman and Svensson (1995) dan pemikiran dasar dari Svensson (1999). Beberapa pandangan umum dapat ditemukan dalam Bernanke et al. (1998), Loayza and Soto (2001), Mishkin and Schmidt-Hebbel (2001) dan Gjedrem (2001). Eksperimen masing-masing Negara telah pula dievaluasi oleh Kohn (2000) untuk Inggris, Svensson (2001) untuk New Zealand, dan Svensson et al. (2002) untuk Norwegia.

menentukan efektivitas kebijakan moneter. Pada tahun 1960 dan 1970an, para pengambil kebijakan belum sepenuhnya memahami hubungan antara determinan kredibilitas dengan hasil kebijakan. Namun, pada tahun 1977, Finn Kydland dan Edward Prescott menerbitkan tulisan yang berjudul “Rules Rather than Discretion: The Inconsistency of Optimal Plans” (Kydland and Prescott, 1977), yang memaparkan sebuah analisis yang tajam terkait dengan kredibilitas otoritas pengambil keputusan. Secara khusus, Kydland dan Prescott menunjukkan bagaimana, dalam banyak situasi, indikator perekonomian akan memberikan hasil yang lebih baik apabila para pembuat kebijakan mampu membuat pernyataan yang kredibel, atau janji, tentang aspek-aspek tertentu dari kebijakan yang akan mereka lakukan di masa depan. “Kredibel” dalam konteks ini berarti publik percaya bahwa pembuat kebijakan akan menepati janjinya, walaupun muncul godaan untuk melanggar janji itu.

Secara khusus, Kydland dan Prescott memberikan contoh bahwa bank sentral akan cenderung mengumumkan atau memberi komitmen kepada masyarakat untuk mencapai target inflasi yang rendah. Bila pernyataan ini dipercaya publik (bank sentral kredibel), maka publik akan meyakini pernyataan tersebut. Selanjutnya, permintaan akan kenaikan upah dan harga-harga pun menjadi moderat dan disesuaikan dengan ekspektasi yang terbangun. Perilaku masyarakat tersebut akan menjadikan komitmen bank sentral untuk mewujudkan tingkat inflasi yang rendah menjadi mudah dicapai. Sebaliknya, jika publik skeptis akan komitmen bank sentral untuk mencapai inflasi pada tingkat yang rendah (misalnya mereka percaya bahwa bank sentral akan tergoda untuk lebih populis dengan mengorbankan pencapaian jangka panjang), maka ekspektasi publik akan inflasi menjadi lebih tinggi lagi. Ekspektasi publik akan inflasi yang lebih tinggi di masa depan pada gilirannya akan mengarah pada kenaikan harga-harga, yang akhirnya menjadikan upaya mencapai dan menjaga inflasi pada level yang rendah dan stabil menjadi sulit serta mahal bagi bank sentral. Di sinilah kredibilitas bank sentral menjadi besar peranannya dalam pencapaian target inflasi.

Strategi Komunikasi, Kebijakan Moneter, dan Kredibilitas Bank Sentral

Dalam pandangan teoritis, pentingnya kredibilitas bank Di sinilah strategi komunikasi menjadi penting dalam sentral didukung oleh beberapa pandangan seperti

meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Secara aliran New Macroeconomics of Monetary Policy dengan

terstruktur, strategi komunikasi kebijakan moneter di Bank pandangan New Neoclassical Synthesis (NNS) atau

Indonesia merupakan bagian dari strategi komunikasi pendekatan New Keynesian Economics. Benchmark

Bank Indonesia secara keseluruhan. Strategi itu disusun dari pendekatan NNS memuat berbagai fitur ekonomi

sebagai pedoman Bank Indonesia untuk melakukan klasik, seperti real business cycle (RBC), intertemporal

komunikasi dengan publik, memengaruhi ekspektasi, optimization, dan rational expectation. Pendekatan NNS

dan pada ujungnya membangun kredibilitas bank sentral. juga memuat fitur Keynesian, seperti monopolistically

Berbagai kegiatan komunikasi di bidang moneter, telah competitive firms, a markup of price over marginal

dilakukan sejak tahun 2005 dan mulai dibakukan dalam cost, dan sticky prices (costly price adjustment).

strategi komunikasi kebijakan moneter pada tahun 2007. Pemahaman terhadap teori tersebut membantu bank sentral untuk mengerti dan dapat menjelaskan kepada

Strategi komunikasi kebijakan moneter disusun hingga publik, bagaimana kebijakan moneter memperoleh dan

tahap operasional. Strategi tersebut memuat beberapa mempertahankan kredibilitas akan inflasi yang rendah, dan

hal yaitu; tujuan akhir (main objectives), target group mengapa inflation targeting dapat meningkatkan stabilitas

(stakeholders), dan instrumen komunikasi (communication baik inflasi dan output secara seimbang.

tools). Penyampaian materi komunikasipun dilakukan secara transparan, komprehensif, dan dapat diprediksi

Di Indonesia, laju inflasi dipengaruhi oleh tiga faktor sebelumnya (predictable). Komunikasi kebijakan moneter utama. Pertama, komoditas makanan yang harganya

dilakukan secara transparan dengan memberikan bergejolak (volatile food), biasanya ditentukan oleh faktor

informasi yang tepat waktu dan faktual. Upaya melakukan musim panen, keterbatasan pasokan, ataupun gangguan

identifikasi terhadap para pemangku kepentingan distribusi dan bencana alam. Kedua, harga kelompok

(stakeholders) menjadi penting sebagai prasyarat komoditas yang diatur oleh Pemerintah (administered

strategi komunikasi yang efektif. Fokus komunikasi prices) seperti BBM dan listrik. Ketiga, adalah faktor inflasi

ataupun edukasi kebijakan moneter Bank Indonesia inti (core inflation) yang terdiri dari inflasi yang berasal

saat ini diarahkan pada media massa, pelaku pasar dari keseimbangan permintaan dan penawaran (output

keuangan dan perbankan, pengamat ekonomi, kalangan gap), inflasi yang disebabkan oleh faktor eksternal, seperti

industri (Asosiasi-asosiasi bisnis, Kadin dll), akademisi, nilai tukar dan kenaikan harga komoditas internasional,

mahasiswa, pelajar, politisi, anggota DPR, LSM, serta serta faktor ekspektasi inflasi masyarakat. Dari berbagai

masyarakat umum.

determinan inflasi tersebut, salah satu faktor pembentuk inflasi yang dominan di Indonesia adalah masih tingginya

Ke depan, langkah komunikasi kebijakan moneter di ekspektasi inflasi masyarakat.

Indonesia masih menghadapi tantangan yang berat. Pemahaman masyarakat yang masih beragam, ekspektasi

Pembentukan ekspektasi masyarakat tersebut publik akan laju inflasi dan prospek perekonomian ke disebabkan oleh dua faktor, pertama ekspektasi adaptif

depan, serta belum optimalnya kredibilitas dari bank atau backward looking, di mana pembentukan inflasi

sentral, menjadi faktor yang menambah berat tantangan ditentukan oleh pandangan subyektif pelaku ekonomi

tersebut. Upaya mewujudkan laju inflasi yang rendah berdasarkan data dan peristiwa ekonomi di masa lalu.

dan stabil bukanlah proyek yang mudah dan sekali jadi, Pandangan subyektif inilah yang masih dominan mewarnai

melainkan sebuah langkah besar yang panjang dan pembentukan ekspektasi masyarakat di Indonesia. Kedua,

berliku. Dalam hal ini, krebilitas bank sentral menjadi kunci. ekspektasi rasional atau forward looking, pembentukan

Tanpa kredibilitas, yang muncul adalah kepercayaan inflasi terjadi berdasarkan skenario moneter yang

publik yang rendah dan berdampak pada perilaku publik diproyeksikan ke depan oleh bank sentral yang dalam

yang tidak diharapkan. Kebanksentralan di zaman moden hal ini memiliki sasaran inflasi. Proyeksi moneter ke

ini adalah menyangkut manajemen ekspektasi. Oleh depan inilah yang diharapkan dapat lebih ditingkatkan

karenanya, upaya bersama dari segenap elemen bangsa guna mengarahkan perilaku para pelaku ekonomi.

untuk menjaga kredibilitas bank sentral menjadi sangat Pencapaiannya tentu membutuhkan kredibilitas dari bank

strategis dalam mewujudkan stabilitas perekonomian sentral, adanya saling percaya (mutual trust) antara bank

nasional.

sentral dan masyarakat.

Bab 2

Kondisi Makroekonomi