Perkembangan Faktor-faktor Produksi Pendukung Pertumbuhan

Perkembangan Faktor-faktor Produksi Pendukung Pertumbuhan

Perkembangan kondisi kapasitas perekonomian menunjukkan arah yang semakin baik, meskipun masih jauh dari kondisi sebelum terjadinya turbulensi ekonomi pada periode 1997-1998. Pertumbuhan akumulasi kapital pascakrisis perlahan mulai merangkak naik, meskipun sempat sedikit tertahan pada 2005 akibat melambatnya akselerasi kegiatan ekonomi pascakenaikan harga BBM. Peningkatan akumulasi kapital tersebut sejalan dengan indikasi adanya perbaikan dalam efisiensi penggunaan kapital. Hal ini tercermin dari angka ICOR, khususnya sejak 2004 yang cenderung terus menurun (lihat Bab 2 Kondisi Makroekonomi). Meskipun demikian, perbaikan efisiensi penggunaan kapital ini diduga masih lebih banyak didorong oleh peningkatan utilisasi kapasitas produksi dengan memanfaatkan kapasitas produksi yang ada, yang selama ini belum digunakan secara optimal.

Membaiknya sisi kapital ini, sayangnya belum didukung perbaikan pada faktor produksi tenaga kerja.

Meningkatnya jumlah angkatan kerja 2 belum dibarengi peningkatan kualitas tenaga kerja, seperti tercermin dari stagnannya tingkat produktivitas tenaga kerja 3 secara nasional (Grafik 2) dan porsi tenaga kerja terdidik yang

2 Hingga Agustus 2007 jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan sebesar 3,55 juta orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 3 Dihitung dengan menggunakan rasio antara nilai output (juta Rp) dengan jumlah tenaga kerja. Selengkapnya lihat Working Paper ”Pertumbuhan Sektoral: Strategi menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas”, Permata, Meiliy (2007) dan Catatan Riset ”Mengkaji Pertumbuhan Ekonomi 2007: Suatu Tinjauan dari Sisi Produksi”, Yanuarti, Tri dan Kurniati, Yati (2007)

Menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas dan Berkesinambungan: Peluang dan Tantangan

205

belum mengalami peningkatan berarti sejak krisis sampai dengan sekarang. Selain itu, distribusi tenaga kerja terdidik juga masih terkonsentrasi pada sektor tertentu saja, yaitu Sektor Keuangan, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, serta Sektor Jasa.

Prospek Ekonomi Indonesia Jangka Menengah: Mampukah Pertumbuhan Melebihi Tren Pertumbuhan Jangka Panjangnya?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu dilihat faktor- faktor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi jangka

panjang. Mengacu pada model Formel-G, 4 terdapat

empat faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang, yaitu: pertumbuhan penduduk, rasio investasi terhadap PDB, faktor SDM dan keterbukaan (trade openness).

Data memperlihatkan bahwa rasio investasi terhadap PDB lebih rendah setelah krisis (rata-rata 2003-2006 hanya 21%), jauh lebih rendah dari sebelum krisis. Rendahnya investasi ini menjadi salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi pascakrisis. Dari sisi trade openness, Indonesia semakin mampu memanfaatkan keterbukaan dengan ekonomi global, seperti tercermin dari rasio ekspor dan impor terhadap PDB yang meningkat signifikan dari 27% (1993-1996) menjadi 38% (2003-2006). Dari sisi pertumbuhan penduduk, pertumbuhan yang tinggi sayangnya belum disertai dengan perbaikan SDM (human capital).

Mengacu pada resep pertumbuhan dari model Formel-G, peluang Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah-panjang yang lebih tinggi tetap terbuka, asalkan Indonesia dapat terus meningkatkan

4 Formel-G : Foresight Model for Evaluating Long-term Growth, dikembangkan oleh Deutsche Bank Research, 2005

rasio investasi terhadap PDB, meningkatkan kinerja eksternal, serta meningkatkan kualitas SDM.

Peningkatan kegiatan investasi perlu didukung oleh iklim investasi yang kondusif. Dalam jangka pendek, kegiatan investasi memang dapat digerakkan oleh permintaan domestik saja. Namun tanpa adanya perbaikan iklim investasi, kelangsungan kegiatan investasi dalam jangka panjang hampir mustahil dapat dicapai. Dalam Global Competitiveness Report 2007-2008 terungkap bahwa iklim investasi tetap merupakan faktor paling bermasalah dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Dengan demikian, agenda perbaikan iklim investasi merupakan prasyarat utama pembangunan ekonomi ke depan. Kombinasi antara potensi pasar yang besar dan iklim investasi yang sehat akan menjadi faktor pendorong masuknya FDI. Masuknya aliran FDI, tidak saja akan menghasilkan penambahan kapasitas usaha, namun juga sekaligus membawa berbagai teknologi dan inovasi baru, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan

produktivitas perekonomian. 5 Teori pertumbuhan menyatakan bahwa hanya peningkatan TFP yang dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi berkesinambungan dalam jangka panjang, sementara kontribusi dari akumulasi kapital maupun SDM pada akhirnya akan semakin menurun sejalan dengan semakin menurunnya tambahan produktivitas dari kedua faktor tersebut. Selain peningkatan TFP, kualitas dari SDM (human capital) diasumsikan juga mengalami perbaikan signifikan, sehingga kontribusi SDM dalam proses produksi juga ikut meningkat.

5 Dollar et al. 2003 memberikan bukti empiris yang menghubungan kualitas iklim investasi dan pertumbuhan melalui peningkatan TFP (produktivitas).

Grafik 1 Akumulasi Kapital (Kapital Stok)

Nilai Kapital Stok Pertumbuhan Kapital Stok (RHS)

triliun Rp

persen, yoy

Grafik 2 Produktivitas Tenaga Kerja

Rp/juta orang

2001 2002

2003

2004 2005

2000 2007 2006

Tabel 1

Implikasi Kebijakan

Proyeksi Ekonomi Jangka Menengah

Dari analisis skenario di atas, dapat disimpulkan bahwa

perekonomian Indonesia masih dapat dipacu untuk lebih baik di masa depan, asalkan beberapa prasyarat

Pertumbuhan Komponen (%)

seperti meningkatnya rasio investasi terhadap PDB dan

Produk Domestik Bruto

perbaikan kualitas SDM dapat terpenuhi. Agar hal tersebut

– Konsumsi Swasta

dapat tercapai, komitmen dan kerja keras semua pihak

– Konsumsi Pemerintah

mutlak diperlukan. Sejumlah kebijakan yang perlu untuk

– Ekspor Barang & Jasa

mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih

– Impor Barang & Jasa

tinggi adalah:

Lain-lain Pendapatan per Kapita ($)

1.947,1 1980-2005 2145-2180 2375-2410

•฀ Kebijakan฀Ekonomi฀Makro฀(Moneter฀dan฀Fiskal)

Kebijakan moneter tetap dilakukan secara berhati-

hati dan konsisten dalam rangka menjaga stabilitas

* Prakiraan Bank Indonesia 1) Rata-rata setahun

makroekonomi. Kebijakan fiskal diarahkan untuk

2) Target inflasi

memperbaiki kondisi infrastuktur serta penajaman program dan pemantauan efektivitas penggunaan

Prospek perekonomian Indonesia ke depan tidak dapat anggaran pendidikan. Penajaman program pendidikan dilepaskan dari perkiraan perkembangan ekonomi dunia

dimaksud ditujukan untuk meningkatkan kualitas ke depan. Harga minyak dunia diperkirakan akan kembali

SDM. Selain itu, koordinasi fiskal dan moneter perlu menurun sejalan dengan semakin meningkatnya pasokan.

diperkuat agar kebijakan yang dihasilkan semakin Dari sisi domestik, semakin turunnya harga minyak dunia

bersifat komplementer (saling mendukung), tidak akan melonggarkan tekanan terhadap kondisi fiskal,

bersifat substitusi (saling mengaburkan). sehingga Pemerintah mempunyai kesempatan untuk

kembali fokus pada upaya menjaga kesinambungan

•฀ Kebijakan฀Ekonomi฀Mikro฀(Sektoral)

fiskal, yang tercermin dari angka defisit fiskal yang Untuk mendorong sektor riil agar bergerak lebih cepat, diperkirakan terus menurun. Langkah ini diyakini akan

pembangunan infrastruktur menempati posisi kunci. semakin memperkuat upaya mempertahankan stabilitas

Infrastruktur yang baik akan menjamin kelancaran makro. Sejalan dengan turunnya harga minyak dunia,

arus barang modal dan input antara guna mendukung kondisi permintaan dunia diperkirakan juga masih cukup

terciptanya proses produksi yang lancar dan fleksibel kondusif, 6 sehingga peluang bagi peningkatan ekspor

dalam merespons permintaan pasar serta menjamin masih cukup terbuka. Peningkatan kinerja eksternal

kelancaran distribusi barang komoditas maupun ini juga didukung oleh perbaikan investasi berupa

hasil industri. Di samping itu, perbaikan institusi peningkatan kapasitas mesin-mesin. Masuknya FDI sejalan

pemerintahan yang terkait dengan perbaikan di dengan perbaikan iklim investasi sekaligus berperan

sisi suplai, perlu diberi prioritas yang tinggi. Hal ini sebagai katup pengaman bagi kondisi neraca pembayaran

mencakup perbaikan-perbaikan yang terkait investasi secara keseluruhan, sehingga sebagai akibatnya nilai

(baik perizinan, keamanan dan kepastian usaha), tukar tetap dalam kecenderungan stabil. Sinergi antara

human capital development (keterampilan, pendidikan terjaganya kestabilan nilai tukar dan perbaikan di sisi suplai

dan kesehatan), efisiensi dan produktivitas produksi. memberikan kelonggaran dalam kapasitas terpakai, yang

pada akhirnya akan menghasilkan lintasan perkiraan inflasi yang terus menurun dan mendorong penguatan konsumsi swasta. Jika berbagai asumsi di atas dapat berjalan, perekonomian Indonesia dalam jangka waktu tiga tahun ke depan dapat dipacu mendekati angka pertumbuhan ekonomi sekitar 8%.

6 WEO Update January 2008 menurunkan perkiraan pertumbuhan dunia dari sebelumnya 4,9% (WEO Oktober 2007) menjadi 4,1%, namun penurunan tersebut terutama diperkirakan di negara-negara maju.

Penyempurnaan Kerangka Operasional Kebijakan Moneter

Implementasi kerangka kerja kebijakan moneter Di samping itu, penyempurnaan kerangka operasional berbasis suku bunga dengan mengacu kepada Inflation

kebijakan moneter dilandasi pemikiran bahwa PUAB yang Targeting Framework telah dilakukan sejak awal Juli

berfungsi dengan baik dan efisien merupakan prasyarat 2005. Dalam perkembangannya, implementasi tersebut

bagi efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter perlu disempurnakan agar dapat lebih baik beradaptasi

guna memengaruhi pembentukan struktur suku bunga terhadap berbagai perkembangan terkini. Pada tahun

jangka yang lebih panjang dan relevan bagi kegiatan 2008, upaya penyempurnaan akan ditekankan kepada

ekonomi di sektor riil. Sehubungan dengan hal tersebut, aspek operasional dari kebijakan moneter. Sebagaimana

ke depan operasional kebijakan moneter akan diarahkan disampaikan Gubernur Bank Indonesia secara formal

pada upaya mengimplementasikan arah (stance) kebijakan pada pertemuan tahunan perbankan, penyempurnaan

moneter (BI Rate) di pasar uang. Dalam konteks itu, Bank tersebut dilakukan dengan menimbang tingginya fluktuasi

Indonesia akan menjaga stabilitas suku bunga PUAB harian yang terjadi di pasar uang dan struktur suku bunga

O/N pada level yang konsisten dan sejalan dengan BI pasar uang jangka pendek yang curam (steep short-

Rate 2 . Hal tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk term yield curve). Kondisi demikian menimbulkan ketidak

mengubah stance kebijakan yang tercermin pada level BI pastian, baik dari sisi likuiditas maupun suku bunga, serta

Rate 3 .

mendorong transaksi yang hanya bersifat memanfaatkan perbedaan suku bunga jangka pendek. Berbagai keadaan tersebut belum memberi ruang yang kondusif bagi institusi keuangan dalam pengelolaan asetnya dengan horizon

lebih berjangka panjang 1 .

Suku Bunga

Saat ini

Penyempurnaan

Repo Rate (O/N)

PUAB

O/N

FTE atau FX Swap

BI Rate

FASBI Rate (O/N) SBI 1b

Koridor Suku Bunga FTK atau FX Swap

Ilustrasi Penyempurnaan Kerangka Operasional kebijakan Moneter

2 “Monetary policy operating framework establish the means by which central banks implement the desired monetary policy stance….the liquidity management operations that support the stance by seeking to ensure that a short term market rate is consistent with the policy rate.” (Borio, Claudio and William Nelson, BIS Quarterly Review, March 2008).

1 Arahan Gubernur Bank Indonesia pada Pertemuan Tahunan 3 Mekanisme penetapan BI Rate adalah melalui RDG bulanan dan level Perbankan 18 Januari 2008.

BI Rate hanya berubah apabila Bank Indonesia memandang terdapat perubahan indikator yang perlu direspons untuk menjaga pencapaian target inflasi.

Secara teknis, penyempurnaan kerangka operasional Keberadaan berbagai jenis dan underlying assets dari kebijakan moneter akan dilakukan melalui pengelolaan

instrumen moneter yang lebih bervariasi tersebut juga likuiditas (liquidity management operation) di pasar uang.

akan mendukung proses pendalaman pasar keuangan Sehubungan itu, Bank Indonesia akan mengoperasikan

(financial market deepening). Penerbitan SBI bertenor berbagai instrumen OPT, baik reguler maupun nonreguler,

lebih panjang dari 1 dan 3 bulan, selain menyerap serta didukung oleh standing facilities. OPT reguler

kelebihan likuiditas yang bersifat struktural, juga dapat akan menggunakan instrumen dengan maturitas yang

mengefektifkan manajemen likuditas perbankan. Selain itu, lebih beragam (1, 3, 6, dan 9 bulan) melalui mekanisme

hal tersebut juga kondusif bagi pembentukan ekspektasi variable rate tender. Sementara itu, OPT nonreguler

harga (pricing) terhadap aset-aset keuangan berjangka

pendek lainnya serta produk perbankan. Sementara itu, menggunakan valuta asing (foreign exchange swap

akan memanfaatkan fine tuning operations (FTO) 1 dan

pemanfaatan SUN 4 akan meningkatkan aktivitas dan – FX Swap) sesuai diskresi Bank Indonesia. Adapun

likuiditas sehingga pasar SUN menjadi lebih berdaya tahan standing facilities bertenor overnight dioperasikan

(resilient) dalam menghadapi potensi gejolak. Adapun sebagai instrumen lapis kedua yang terdiri atas standing

FX Swap merupakan instrumen OPT untuk membantu deposit facilities dan standing lending facilities yang

pengaturan likuiditas di pasar uang rupiah. akan membentuk koridor suku bunga dengan jarak lebih sempit dari yang selama ini berlaku dan ditetapkan secara

Dalam implementasinya, penyempurnaan kerangka simetris terhadap BI Rate 2 . Berbagai kegiatan pengelolaan

operasional kebijakan moneter akan dilakukan secara likuiditas tersebut dilakukan dengan atau tanpa surat

terukur dan bertahap. Untuk itu, komunikasi kepada berharga sebagai underlying asset, yang jenisnya dapat

stakeholders akan terus diintensifkan melalui berbagai berupa SBI atau lainnya seperti Surat Utang Negara

forum dan media. Pada waktunya Bank Indonesia akan (SUN) 3 .

mengumumkan penerapannya secara penuh kepada publik. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor yang mencerminkan kesiapan dan kestabilan kondisi pasar uang.

1 Dapat bersifat mengurangi likuiditas (kontraksi) atau menambah likuiditas (ekspansi) dengan tenor 2-14 hari. 2 Press Release Arahan Gubernur Bank Indonesia pada Pertemuan Tahunan Perbankan 18 Januari 2008. 3 Sejak 21 Januari 2008, instrumen FTO telah ditingkatkan intensitas penggunaannya, sementara sejak awal Februari 2008 sistem lelang SBI dikembalikan sepenuhnya menjadi variable rate tender secara mingguan untuk tenor 1 dan 3 bulan. Standing facilities disesuaikan jam bukanya menjadi 15.00-17.00 WIB baik untuk SBI Repo maupun FASBI. Di samping itu, underlying assets Repo diperluas menjadi SBI dan SUN berplafon 100%.

4 Dalam transaksi repo.

Lampiran