Peningkatan Efektivitas Bantuan Likuiditas dan Surveillance di Kawasan
Peningkatan Efektivitas Bantuan Likuiditas dan Surveillance di Kawasan
Satu dekade setelah krisis Asia tahun 1997, merupakan saat yang penting bagi kawasan Asia Timur (ASEAN+3) 6 untuk mengevaluasi peranan kerja sama kawasan dalam menjaga stabilitas keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan. Berkaca dari pengalaman krisis tersebut, ASEAN+3 terus meningkatkan efektivitas kerja sama regional self-help mechanism untuk mencegah dan mengatasi potensi krisis di masa depan. Selain itu, besarnya kerugian akibat krisis dan semakin mendalamnya integrasi keuangan di kawasan telah mendorong ASEAN+3 untuk meningkatkan efektivitas kerja sama surveillance dan bantuan likuiditas melalui multilateralisasi CMI. Namun, upaya itu tetap dimaksudkan sebagai pelengkap dari skema bantuan likuiditas global melalui IMF.
Multilateralisasi CMI merupakan upaya memperkuat dan memastikan ketersediaan bantuan likuiditas, meningkatkan nilai bantuan, serta menyederhanakan mekanisme penarikannya. Dalam upaya multilateralisasi tersebut diharapkan kawasan secara bersama-sama menyetujui komitmen yang lebih kuat bagi inisiatif menjaga kestabilan di kawasan. Komitmen yang ingin dicapai adalah kerja sama dan koordinasi kebijakan kawasan melalui peningkatan surveillance sehingga dapat memfasilitasi evolusi kerja sama keuangan kawasan. Pada saat ini upaya untuk implementasi multilateralisasi masih dalam status persiapan.
Dalam forum EMEAP penguatan surveillance regional ditandai dengan dibentuknya MFSC pada April 2007. MFSC diharapkan dapat mendukung upaya kawasan untuk menjaga stabilitas moneter dan keuangan melalui peningkatan efektivitas kegiatan surveillance. Dalam MFSC juga dilakukan inisiatif koordinasi dan kerja sama terkait dengan manajemen krisis dalam skala regional. Dalam mendukung pelaksanaannya, negara anggota EMEAP bersepakat untuk melengkapi surveillance dengan tersedianya pengelolaan krisis di setiap negara anggota. Pengelolaan krisis dimaksud difokuskan pada tiga kategori yaitu: (i) major operational disruptions (MOD), (ii) distressed financial intistutions, serta (iii) financial market disruptions. Pengelolaan krisis tersebut kemudian disepakati untuk diintegrasikan secara regional pada November 2007, sebagai langkah antisipasi dampak eksternalitas terhadap kawasan, seperti krisis subprime mortgage di AS. Selain itu dalam jangka panjang kerja sama dapat dilakukan dengan berbagai lembaga keuangan internasional
6 Negara ASEAN+3 adalah sepuluh Negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos PDR, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam) dan China, Jepang serta Korea Selatan.
berkembang dan berpendapatan rendah, khususnya
Peran IMF di Negara Emerging Market dan Negara
negara berkembang yang perannya dalam perekonomian
Berpendapatan Rendah
dunia semakin meningkat. Isu reformasi tersebut juga Salah satu komitmen yang tertuang dalam MTS adalah dibahas dan disepakati pada pertemuan G-20 pada
dukungan IMF terhadap negara anggota berpendapatan September 2007.
rendah. Sebagai salah satu upaya realisasinya, IMF berinisiatif melakukan penghapusan utang Liberia yang
Reformasi kuota untuk mengakomodasi representasi termasuk kelompok negara General Resource Account suara negara berpendapatan rendah diupayakan melalui
(GRA) protracted arrears 7 (Liberia, Sudan dan Somalia) peningkatan basic votes. Formula penentuan kuota
dengan memanfaatkan dana bantuan sukarela negara yang baru disepakati harus sederhana, transparan
anggota (SCA-1/deferred charges 8 ). Inisiatif itu didasarkan dan mengakomodasi posisi relatif negara anggota
pada pertimbangan bahwa sumber dana dari program dalam perekonomian dunia, yang berimplikasi pada
Poverty Reduction and Growth Facility-Heavily Indebted meningkatnya kuota negara-negara berkembang.
Poor Countries (PRGF-HIPC) dan Multilateral Debt Beberapa usulan formula baru yang berkembang pada
Relief Initiative (MDRI) Trust 9 dinilai tidak cukup untuk dasarnya mengangkat beberapa aspek utama, seperti
penghapusan utang negara-negara tersebut. filtering approach untuk menentukan negara yang berhak mendapatkan kenaikan kuota dan peningkatan
Pada akhirnya IMF hanya memberikan penghapusan basic votes untuk melindungi kuota negara-negara
utang kepada Liberia dengan pertimbangan kebijakan berpendapatan rendah, dan foregoing kenaikan kuota
negara tersebut lebih kondusif dibandingkan dengan negara maju yang masih underrepresented. Meskipun
negara lainnya. Selain itu, dengan pendapatan per kapita negara-negara anggota IMF pada umumnya mendukung
kurang dari $120, rasio utang luar negeri lebih dari 760%, proposal kenaikan kuota negara berkembang, namun
dan cadangan devisa hanya sebesar $4,2 juta, Liberia hingga penghujung tahun 2007 pembahasan formulasi
dinilai perlu memperoleh penghapusan utang. Indonesia kuota tersebut belum mencapai kesepakatan.
sebagai anggota IMF turut berperan dalam inisiatif tersebut.
7 Negara-negara yang terlambat melakukan kewajiban kepada IMF lebih dari jangka waktu enam bulan. 8 SCA-1 merupakan rekening yang dibentuk oleh IMF dalam rangka mengantisipasi sekaligus memproteksi kemungkinan munculnya dampak keuangan yang negatif akibat keterlambatan pelaksanaan kewajiban oleh negara anggota yang telah lebih dari jangka waktu enam bulan (protracted arrears). 9 PRGF-HIPC Trust adalah Trust yang dibentuk pada bulan Februari 2007 untuk menyalurkan bantuan khusus bagi kelompok negara HIPC yang dinilai eligible, sedangkan MDRI Trust dibentuk dalam rangka penghapusan 100% utang kelompok negara Low-Income Countries yang dananya berasal dari 3 lembaga multilateral (IDA, AfDF dan IMF)
176
177