Dana Pensiun

Dana Pensiun

Kinerja dana pensiun juga mengalami peningkatan yang mengesankan. Total aktiva bersih industri dana pensiun secara konsisten mempunyai tren yang meningkat walaupun jumlah perusahaan penyelenggara dana pensiun mengalami penurunan sejak tahun 2002. Sampai dengan November 2007, jumlah perusahaan penyelenggara dana pensiun sebanyak 288 perusahaan atau turun 16% dari tahun 2002 sebanyak 343 perusahaan. Sementara itu, total aktiva bersih dana pensiun pada tahun 2007 diprediksi akan tumbuh sekitar 20% sehingga mencapai sekitar Rp93,0 triliun. Nilai aktiva bersih tersebut meningkat 125,6% dibandingkan dengan posisi tahun 2002 yang tercatat sebesar Rp41,2 triliun (Grafik 9.17).

Portofolio investasi perusahaan dana pensiun masih didominasi oleh deposito dan obligasi, baik obligasi pemerintah (SUN) maupun obligasi korporasi. Perilaku investasi perusahaan dana pensiun hampir sama dengan perusahaan asuransi yang pada awalnya sangat mengandalkan investasi pada deposito sehingga porsi simpanan deposito mencapai 70%. Namun sejak tahun 2003, porsi simpanan deposito terus mengalami penurunan sehingga pada akhir tahun 2006 tinggal sebesar 28,6% (Grafik 9.18). Sementara itu, porsi portofolio obligasi, terutama SUN mengalami lonjakan yang signifikan, sehingga porsi portofolio SUN dan deposito nyaris berimbang. Fenomena tersebut cukup menggembirakan karena dana pensiun yang mengelola dana jangka panjang masyarakat merupakan investor potensial bagi pasar obligasi sehingga diharapkan dapat menjadi pemain utama di pasar SUN.

Kebijakan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Lainnya Dengan mengacu kepada Master Plan Pasar Modal Indonesia, kebijakan pasar modal tetap ditekankan pada peningkatan infrastruktur, efisiensi, daya saing dan pengawasan. Secara kelembagaan, pada tahun

2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain untuk meningkatkan sinergi dan efisiensi kegiatan di pasar modal, penggabungan bursa tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan daya saing pasar modal Indonesia. Sementara itu, untuk menyempurnakan Undang Undang Pasar Modal (UUPM), pada tahun laporan kembali dilakukan penyesuaian RUU tentang Perubahan UUPM agar selaras dengan RUU Otoritas Jasa Keuangan. Di sisi pengawasan, kegiatan pemeriksaan dan uji kepatuhan terhadap lembaga efek juga terus ditingkatkan.

Untuk meningkatkan kepercayaan investor, kebijakan juga diarahkan untuk meningkatkan transparansi dan good corporate governance. Untuk menjamin ketersediaan informasi dan keterbukaan di pasar modal, pada tahun laporan dikeluarkan peraturan mengenai jangka waktu

penyampaian laporan keuangan berkala bagi emiten 5 . Untuk industri reksadana, peningkatan governance salah satunya dilakukan dengan menyempurnakan peraturan terkait dengan pengelolaan reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif. Sementara itu, untuk meningkatkan

kualitas laporan keuangan dana pensiun 6 , diterbitkan peraturan mengenai Laporan Teknis Dana Pensiun. Peraturan tersebut terutama ditujukan untuk menjamin ketersediaan data dan informasi teknis dana pensiun, serta peningkatan efektivitas dan efisiensi pengawasan.

Untuk mendorong pendalaman pasar keuangan, pengembangan instrumen baru terus dilakukan. Pada tahun 2007 dikeluarkan dua paket peraturan untuk memberikan landasan bagi penerbitan instrumen baru. Paket peraturan pertama ditujukan untuk penerbitan obligasi daerah. Selain dapat memperkaya instrumen di pasar keuangan, penerbitan obligasi daerah juga memberikan alternatif sumber pembiayaan pembangunan daerah. Paket peraturan kedua ditujukan untuk mengatur penerbitan Dana Investasi Real Estat berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (DIRE KIK).

Pengembangan pasar keuangan syariah terus digalakkan. Sejak tahun laporan, Bapepam-LK secara reguler

mengeluarkan Daftar Efek Syariah 7 untuk memberikan panduan bagi reksadana syariah dalam menempatkan

5 Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.7 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di Bursa Efek di Negara Lain, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-40/BL/2007 tanggal 30 Maret 2007. 6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.010/2007 tanggal 5 September 2007 tentang Laporan Teknis Dana Pensiun. 7 Peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-314/BL/2007 tanggal 31 Agustus 2007.

dana kelolaannya. Di samping itu, kebijakan untuk Kebijakan pada industri asuransi ditekankan pada mendorong berdirinya perusahaan pembiayaan syariah

peningkatan kualitas manajemen perusahaan. Upaya juga dilakukan. Dua peraturan dikeluarkan untuk

untuk meningkatkan integritas dan kualitas dari direksi dan memberikan landasan bagi kegiatan perusahaan

komisaris perusahaan asuransi, salah satunya, dilakukan pembiayaan syariah berikut akad-akad yang dapat

dengan menyempurnakan peraturan mengenai penilaian

kemampuan dan kepatutan 9 , termasuk di dalamnya, mendukung penerbitan obligasi syariah (sukuk), Bapepam-

digunakan dalam kegiatan tersebut 8 . Sementara itu, untuk

pelaksanaan fit and proper test. Kegiatan yang ditujukan LK telah melakukan kajian penyusunan perlakuan

untuk meningkatkan volume usaha industri asuransi akuntansi sukuk, khususnya sukuk ijarah dan sukuk

juga terus digalakkan, antara lain, melalui: (i) edukasi mudharabah.

dan sosialisasi kepada masyarakat; (ii) pengembangan produk asuransi; dan (iii) peningkatan strategi pemasaran, khususnya pemasaran melalui kerja sama dengan bank (bancassurance).

8 Peraturan Bapepam-LK Nomor Per-03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah dan Peraturan

9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.05/2007 tanggal 24 Juli Nomor Per-04/BL/2007 tentang Akad-Akad Yang Digunakan Dalam

2007 Tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Direksi dan Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah

Komisaris Perusahaan Perasuransian.

Grand Strategy Pengembangan Perbankan Syariah sebagai Bagian dari Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah

Potensi pengembangan pasar perbankan syariah masih juga tidak akan memberikan keunggulan komparatif yang sangat terbuka. Hal itu tercermin dari jumlah rekening milik

berkesinambungan bagi perbankan syariah 2 . masyarakat pengguna jasa bank pada bank konvensional yang telah mencapai lebih dari 80 juta rekening. Dengan

Dengan kekhasan sistemnya yang tidak dimiliki oleh melihat kondisi tersebut, Bank Indonesia kemudian

perbankan konvensional, sebenarnya perbankan syariah berinisiatif untuk melaksanakan Program Akselerasi

dapat memposisikan dirinya sebagai sebuah market- Perbankan Syariah yang selanjutnya diikuti oleh program

driving industry yang secara mandiri membentuk pasarnya ”iB Campaign 2008”. Melalui program itu, Bank Indonesia

(shaping the market) sesuai dengan kelebihan-kelebihan mengajak seluruh pelaku industri perbankan syariah untuk

unik yang melekat pada dirinya 3 . Pengembangan market- menyinergikan berbagai upaya sosialisasi dan edukasi

driving strategy itu dilakukan melalui dua tahapan utama, publik sehingga lebih dapat meningkatkan kepedulian

yaitu pengembangan kapasitas untuk berinovasi pada masyarakat terhadap keberadaan bank syariah serta

tahap awal pengembangan strategi dan penawaran mendorong antusiasme masyarakat untuk menggunakan

proposisi values (value proposition) kepada target market produk dan jasa bank syariah. Pada akhirnya, keberhasilan

pada tahap implementasi strategi. program sosialisasi tersebut akan sangat membantu pencapaian target akselerasi yang telah ditetapkan.

Tahap pengembangan kapasitas inovasi terkait erat dengan pengembangan kompetensi SDM dan kultur

Dalam pelaksanaan pengembangan tersebut diperlukan organisasi yang mendukung/menghargai proses kreatif, market positioning yang tepat bagi industri perbankan

mendorong eksperimentasi serta pemikiran out-of- syariah untuk melakukan penetrasi ke segmen yang

the-box dalam proses inovasi produk. Kemampuan lebih luas dalam rangka mendorong peningkatan jumlah

untuk mengantisipasi kebutuhan pasar dan menangkap nasabah bank syariah dari posisi saat ini yang mencapai 3

“unspoken needs” dari target market harus diutamakan juta rekening.

dalam mengembangkan produk 4 sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang tidak hanya sekedar Dalam konteks strategi kompetisi, industri kemapanan

memenuhi kebutuhan, tetapi juga mampu mengarahkan sistem perbankan konvensional yang telah memiliki

perilaku target market dan membentuk struktur pasar skala ekonomi yang masif perlu direspons secara lebih

yang sesuai dengan keunggulan perbankan syariah. inovatif oleh perbankan syariah. Strategi imitasi terhadap produk bank konvensional untuk memenuhi kebutuhan

Tahap peningkatan proposisi nilai dapat diartikan masyarakat (market-driven) hanya akan menghasilkan

bagaimana bank syariah dapat menawarkan values produk bank syariah yang mirip dan tidak memiliki

yang lebih tinggi kepada target market dibandingkan diferensiasi yang jelas sehingga masyarakat tidak dapat melihat apa nilai lebih yang ditawarkan. Sebagai akibatnya,

2 Johnston, Lean L., Ruby Pui-Wan Lee, Amit Sani and Bianca

tidak ada daya pikat yang kuat bagi masyarakat untuk

Grohmann. 2003. “Market-focused Strategic Flexibility: Conceptual

mencoba menggunakan produk bank syariah. Dihadapkan

Advances and an Integrative Model.” Journal of the Academy of Marketing Science 31 (1): 74-89: “If every actor in the market follows a

pada dua produk yang mirip, masyarakat pengguna

market-driven strategy and every firm adapts to competitors’ strategic

jasa perbankan sebagai target market 1 akan bersikap

moves and stays aligned with consumers requirements, then no actor

indifferen dan cenderung memilih produk yang telah will be able to offer a value proposition superior to the competition.”

3 Carrillat, François A., Fernando Jaramillo, William B. Locander ,

mapan. Dalam jangka panjang, strategi market-driven

“Market-Driving Organizations: A Framework.” Academy of Marketing Science Review 2004, http://www.amsreview.org/articles/carrillat05- 2004.pdf: “Market-driving organizations may achieve greater

1 “Nielsen Consumer Insight”, The Nielsen Company-Bank Indonesia, performance than market-driven organizations by reshaping the November 2007. Data dari The Nielsen menunjukkan bahwa profil

structure of the market according to their own competencies and by segmen masyarakat yang menjadi target market untuk produk dan

exploiting the competitors’ weaknesses.” jasa perbankan di Indonesia adalah populasi dengan karakter yang

4 Focus Group Discussion “Profil Strategi Penetrasi Pasar Perbankan optimistis, dalam zona kenyamanan materi (material comfort) serta

Syariah di Indonesia: Kendala & Tantangan 2008”, Bank Indonesia modern.

bersama industri perbankan syariah, Jakarta 6 November 2007.

146

147

dengan values yang ditawarkan oleh pihak lain. Values yang ditawarkan dapat berasal dari produk, pelayanan, business process, SDM, komunikasi, maupun fasilitas fisik. Dalam kerangka itu, core values perbankan syariah, yaitu keadilan, keseimbangan, transparansi, dan kemanfaatan sosial, sebenarnya, merupakan sumber values yang berlimpah yang dapat diaplikasikan ke dalam semua aspek dan kegiatan operasional bank syariah yang kemudian dapat dikedepankan dalam pemasaran kepada masyarakat.

Strategi komunikasi dan promosi yang mengedepankan nilai-nilai khas perbankan syariah tersebut dengan bahasa yang terbuka dan universal, secara langsung, akan menciptakan diferensiasi bagi produk-produk bank syariah yang membedakannya dari produk lain. Lebih dari itu, secara tidak langsung strategi tersebut secara bertahap akan membentuk pasar dan menciptakan preferensi baru dari masyarakat terhadap produk-produk yang memiliki dimensi lebih luas dari sekedar dimensi keuangan. Sebagai contoh, nilai keadilan dan kemanfaatan sosial dari bank syariah dapat digunakan untuk menciptakan preferensi masyarakat ke arah socially responsible investment dan ethical banking maupun commmunity

development banking. Ketiganya sesungguhnya merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh bank syariah dan sekaligus menjadi keunggulan komparatifnya. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, Bank Indonesia merumuskan Grand Strategiy Pengembangan Perbankan Syariah yang akan menjadi panduan utama dalam melakukan kegiatan edukasi publik/sosialisasi dan pengembangan perbankan syariah. Grand strategy itu, yang meliputi strategi sosialisasi/komunikasi, branding strategy, product development strategy, dan peningkatan kualitas pelayanan, disusun dengan melibatkan pelaku perbankan syariah sehingga rancangan yang dihasilkan adalah milik bersama yang dibuat secara bersama-sama, dan dalam semangat yang sama untuk mengakselerasi pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia. Sejak tahun 2007 juga telah dimulai upaya menyosialisasikan industri perbankan syariah melalui Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di berbagai media. Sementara itu, pada tahun 2008, di samping melanjutkan ILM, program sosialisasi dilakukan pula melalui Festival Ekonomi Syariah (FES) di Jakarta dan beberapa kota besar yang menyajikan perkembangan sektor riil dan industri yang telah memanfaatkan jasa keuangan dan perbankan syariah. Program FES ini rencananya akan diselenggarakan setiap tahun.

Core Values Perbankan Syariah

Keadilan, Keseimbangan, Transparansi, Kebaikan/Kemanfaatan Sosial

Kultur Industri Perbankan Syariah

Shared Values & Norma

Tahap Awal Pengembangan Market-Driving Strategy

Tahap Implementasi Market-Driving Strategy

Kapasitas Inovasi

Market-Driving

Keberanian Mengambil

Risiko

Kreatif Inovatif

Organizational

Learning

Preferensi Values

Target Market

Keunggulan Bank Syariah

Pengembangan Pasar Sustainable Comparative Advantage

Halaman ini sengaja dikosongkan

Bab 10

Sistem Pembayaran Nasional