Teori Belajar Konstruktivisme Teori Bruner

penelitian ini yaitu model cooperative learning. Model ini memfasilitasi siswa untuk saling berdiskusi dalam kelompok-kelompok, sehingga siswa akan cepat memperoleh pengetahuan baru. Teori ini juga sebagai pendukung aktivitas strategi TTW dalam tahap talk, yaitu siswa mengkomunikasikan untuk menyatukan pemahaman dengan cara berbicara. Melalui strategi ini diharapkan kemampuan komunikasi matematis siswa akan meningkat.

2.1.2.2 Teori Belajar Konstruktivisme

Konsep belajar menurut teori ini adalah bahwa pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya Husamah Setyaningrum, 2013: 55. Menurut teori pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengingat kembali pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya, kemudian secara aktif siswa berusaha untuk mengaitkan dengan pengetahuan baru, sehingga muncul ide atau gagasan baru hasil dari pemikirannya sendiri. Dengan melalui pembelajaran konstruktivisme, siswa diharapkan menjadi individu yang penuh dengan percaya diri, yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 1 Bersikap terbuka dalam menerima pengalaman dan mengembangkannya menjadi persepsi atau pengetahuan yang baru dan selalu diperbaharui; 2 Percaya diri sehingga dapat bersikap secara tepat dalam menghadapi segala hal; 3 Berperasaan bebas tanpa merasa terpaksa dalam melakukan segala hal; dan 4 Kreatif dalam mencari pemecahan masalah. Teori ini sesuai dengan aktivitas strategi TTW dalam tahap think, yaitu siswa membaca materi yang sudah dikemas untuk memahami kontennya. Dalam proses memahami, siswa diberi kesempatan untuk berpikir terlebih dahulu menemukan idegagasan mereka secara individu, kemudian idegagasan tersebut disampaikan dalam diskusi kelompok. Saat diskusi kelompok, siswa berpikir kembali menyamakan idegagasan mereka menggunakan alat peraga mandiri. Sikap percaya diri diharapkan dapat dilatih melalui kegiatan menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok maupun dalam presentasi hasil diskusi di depan kelas.

2.1.2.3 Teori Bruner

Menurut Suherman et al., 2003: 43, Teori Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda alat peraga. Melalui alat peraga itu anak bisa melihat langsung bagaimana pola benda yang diamati kemudian dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Penggunaan alat peraga sangat membantu anak dalam menghubungkan konsep yang sudah dimiliki sebelumnya dengan konsep yang akan dibangun. Menurut Belajar 2000: 15-16, terdapat tiga tahap teori Bruner yang harus dilalui agar proses belajarnya dapat terjadi secara optimal yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada tahap enaktif, siswa dituntut untuk mempelajari pengetahuan matematika dengan menggunakan benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata bagi para siswa. pada tahap ikonik, para siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang menggunakan benda konkret, dan pada tahap simbolik, siswa mulai belajar dimana pengetahuan diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol abstrak. Teori Bruner ini sangatlah cocok karena pada penelitian ini menggunakan bantuan alat peraga mandiri. Artinya, siswa belajar dengan mengamati alat peraga yang dibuatnya sendiri kemudian pada saat pembelajaran berlangsung, siswa menggunakan alat peraga yang sudah dibuatnya. Siswa diarahkan untuk belajar mengamati benda nyata terlebih dahulu untuk mengkonstruk pengetahuan, kemudian menggunakan diagram atau gambar, dan yang terakhir menggunakan dalam bentuk simbol supaya siswa memperoleh pengetahuan. Konsep abstrak pada matematika menjadi alasan mengapa penggunaan alat peraga matematika perlu dilakukan. Selain konsepnya yang abstrak, juga karena sebagian orang mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, sehingga diperlukan inovasi pembelajaran yang bisa membangkitkan semangat dan rasa ingin tahu siswa yaitu dengan bermain menggunakan alat peraga.

2.1.2.4 Teorema Van Hiele