Pembelajaran di Kelas Eksperimen

umum. Siswa yang tidak presentasi, diberi kesempatan untuk memberikan sanggahan atau pertanyaaan terkait dengan penjelasan yang disampaikan oleh kelompok yang presentasi. Selain penggunaan LDK, LKS, dan alat peraga juga dilakukan observasi untuk mengetahui kinerja guru yang bersangkutan apakah guru mengajar sesuai dengan yang sudah direncanakan atau tidak.

4.1.3.1 Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Pembelajaran pada kelas eksperimen, diberi perlakuan menggunakan strategi pembelajaran TTW yaitu strategi yang terdiri atas aktivitas Think siswa berpikir, Talk siswa berbicara dan Write siswa menulis. Strategi ini efektif dilakukan untuk mengetahui kemampuan komunikasi siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sugandi 2011: 48 yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis siswa. Kegiatan siswa yaitu membaca, bercerita, dan menulis adalah hal-hal yang dimiliki oleh model pembelajaran dengan strategi TTW untuk memfasilitasi berkembangnya kemampuan komunikasi pada diri siswa karena kegiatan-kegiatan tersebut merupakan indikator-indikator dari kemampuan komunikasi dan penalaran matematis. Selain penggunaan strategi pembelajaran yang berbeda dari biasanya, juga digunakan alat peraga mandiri yaitu alat peraga yang dibuat dan digunakan sendiri oleh siswa. Sebelum alat peraga mandiri dibuat, terlebih dahulu guru memberikan lembar petunjuk penggunaan alat peraga. Pada saat pembelajaran berlangsung, digunakan juga LKS dan LDS untuk mengetahui sejauh mana penyerapan materi pada siswa dan dilakukan juga presentasi kelas. Pada awalnya siswa sulit untuk dikondisikan, namun pada pertemuan berikutnya siswa sudah mulai dapat dikondisikan dengan baik. Pada pelaksanaannya, peneliti mengawali pembelajaran dengan memberikan apersepsi. Dengan mengunakan model tanya jawab, siswa diarahkan untuk mengingat kembali materi yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru memberikan Lembar Kegiatan Siswa LKS sebagai bahan untuk membangun konsep tentang jajargenjang dan belahketupat. Untuk membantu siswa menyelesaikan LKS, guru membimbing siswa bagaimana cara menggunakan alat peraga mandiri yang telah dibut. Ketika cara menggunakan alat peraga digunakan dalam pembelajaran, perhatian siswa mulai tertuju pada guru yang sedang mengajar. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS dengan menggunakan bantuan alat peraga mandiri, kemudian guru meminta siswa berkelompok sebanyak 4 orang tiap kelompok. Guru memberikan LDK sebagai bahan diskusi siswa. Proses mengerjakan LDK siswa diarahkan unuk mengerjakan secara individu terlebih dahulu hal ini sesuai dengan penerapan strategi TTW yaitu Think. Siswa diarahkan untuk berpikir dengan cara mereka sendiri, kemudian setelah mereka mengerjakan LDK secara mandiri, guru mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok. Dimana setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Setelah mereka berkumpul dalam kelompoknya masing-masing, mereka kemudian mendiskusikan LDK yang sudah mereka kerjakan sebelumnya. Apakah cara dan jawaban mereka sama, kalau berbeda diantara satu sama lain, maka tugas mereka adalah mencari jawaban yang paling benar. Setelah itu guru mempersilakan salah satu kelompok untuk maju mempresentasikan jawaban yang sudah mereka kerjakan. Pada saat salah satu kelompok itu maju presentasi, maka tugas kelompok lain adalah menanggapi atau menyanggah. Setelah presentasi dilakukan, selanjutnya adalah siswa diarahkan untuk menulis kembali hasil diskusi mereka pada buku catatan mereka masing-masing. Di akhir pembelajaran, siswa secara bersama-sama diarahkan untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Setelah itu, untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa selama proses pembelajaran, guru memberikan tugas rumah. Meskipun pembelajaran berusaha dilaksanakan dengan sebaik-baiknya namun masih ada beberapa kekurangan yang terjadi selama penelitian. Diantaranya sebagai berikut. 1. Pada tahap think, siswa yang kesulitan mengerjakan soal berpotensi untuk menganggu siswa yang sedang mengerjakan, sehingga peran guru sangat diperlukan. 2. Pada tahap talk, dapat terjadi kegaduhan jika guru tidak memantau jalannya diskusi dengan baik. 3. Pada tahap write, tidak semua siswa mau untuk menuliskan kembali hasil diskusi padahal ini adalah tahapan yang sangat penting. Beberapa upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi beberapa kekurangan itu adalah sebagi berikut. 1. Pada tahap think, guru berperan aktif dalam mengondisikan siswa misalnya dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang kesulitan mengerjakan untuk bertanya sehingga siswa tersebut tidak mengganggu siswa lain yang sedang fokus mengerjakan. 2. Pada tahap talk, setiap jalannya diskusi, guru berkeliling untuk membimbing kelompok dan menghindari kagaduhan di dalam kelas. 3. Pada tahap write, guru rajin mengecek catatan siswa dan catatan dijadikan sebagai salah satu poin penilaian sehingga siswa mau untuk menulis. Jika hal ini dibiasakan maka siswa akan terbiasa menulis di setiap kali pembelajaran berlangsung. Selain kekurangan, peneliti juga menemukan beberapa kelebihan dari penerapan strategi TTW berbantuan alat peraga mandiri yaitu sebagai berikut. 1. Tahap think, siswa yang dibiasakan berpikir akan terlatih dalam mengerjakan soal-soal dan bisa digunakan untuk melatih percaya diri siswa terhadap pembelajaran matematika 2. Tahap talk, siswa dapat belajar untuk berani mengkomunikasikan ide, bertukar pendapat, dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama dengan teman-teman dalam satu kelompok. 3. Tahap write, siswa dapat belajar mengingat melalui tulisan. Selain itu, tulisan merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung.

4.1.3.2 Pembelajaran di Kelas Kontrol