Analisis Spasial Pemanfaatan Lahan Pulau Batam

• Rumus sedimentasi: Terdapat 2 rumus yang dapat dipakai untuk menghitung sedimentasi, yaitu: Rumus untuk menghitung besarnya sedimentasi total SDT total dengan mempergunakan parameter cuaca, vegetasi, angin dan curah hujan, yaitu Weischmeier dan Smith,1978: SDT totalSedimentasi total = SDTt + SDTv + SDTa + SDTc. SDT : Sedimentasi. t : Faktor Cuaca. v : Faktor Vegetasi. a : Faktor Angin. c : Faktor Curah Hujan. Rumus untuk menghitung laju sedimentasi terkait dengan kondisi Hidrologi atau kondisi fisik sungai Weischmeier dan Smith,1978. Rs = 0.0864.Cm.Qs Rs = laju sedimentasi ton hari. Cm =Konsentrasi sedimentasimgl. Qs =Debit sungai m3 detik. 2 Menganalisa limbah buangan dari kegiatan yang sudah beroperasi. 3 Menganalisis kebutuhan hijau dan ruang terbuka. 4 Menganalisis rencana perbaikan sarana dan prasarana serta perbaikan lingkungan.

3.4.5 Analisis Spasial Pemanfaatan Lahan Pulau Batam

Setiap kegiatan pembangunan memerlukan ruang, namun ruanglahan untuk kegiatan ini semakin terbatas mengingat intensitas dari laju pertumbuhan dalam penggunaan ruang semakin tinggi. Dalam upaya mengatasi konflik pemanfaatan lahan, perlu dilakukan perencanaan penataan ruang yang lebih mengutamakan daya dukung lahan. Hal ini tentunya bisa ditunjang oleh ketersediaan data kondisi fisik dan sosial ekonomi dari sumberdaya alam yang ada. Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat dilakukan secara lebih seksama dengan didukung oleh analisis pemanfaatan lahan yang komprehensif dengan menggunakan SIG Sistem Informasi Geografi. Selanjutnya masukan data untuk analisis SIG ini dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti RTRW, RUTR maupun RDTR, untuk kemudian disajikan dalam format peta dan basis data digital. Peta-peta ini merupakan tema-tema tertentu misalnya penggunaan tanah, batas administrasi, penyebaran penduduk, kemiringan lahan dan lainnya. Tema-tema tersebut dalam SIG selanjutnya disajikan di dalam lapis layer informasi yang berbeda. Metode selanjutnya dilakukan dengan cara memberikan pembobotan terhadap data lapangan, sehingga diperoleh hasil analisis data yang diinginkan. Hasilnya dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dengan melakukan optimasi interpretasi daerah potensial yang dapat dikembangkan untuk penggunaaan lahan industri, pariwisata, perumahan, jasa dan pertanian yang sesuai dengan daya dukung lahan tersebut. Prinsip-prinsip pemanfaatan ruang wilayah pesisir untuk berbagai kegiatan pada dasarnya harus dilakukan dengan pertimbangan antara kepentingan sosial ekonomi dan secara ruang sehingga kawasan yang diperuntukan bagi kawasan konservasi ataupun budidaya industri, pariwisata, jasa, perumahan dan pertanian sesuai dengan kondisi biofisik wilayah tersebut agar ekosistemnya tetap terjamin. Analisis pemanfaatan lahan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis pemanfaatan lahan untuk kawasan industri, jasa, perumahan, pariwisata dan perumahan. Secara umum terdapat 6 enam tahapan analisis yang dilakukan yaitu : 1 Menganalisis master plan di Pulau Batam; 2 Menganalisis distribusi dan pengalokasian lahan di wilayah Pulau Batam; 3 Menganalisis pengalokasian lahan dibandingkan dengan master plan yang ada; 4 Menganalisis lahan yang dialokasikan dengan pelaksanaan pembangunan di lapangan; 5 Menganalisis Sarana dan Prasarana yang direncanakan dibanding dengan kondisi akhir di lapangan 1998; dan 6 Menganalisis perletakan sarana dan prasarana. Pemanfaatan lahan sekarang mengacu pada bagaimana kenyataanya suatu kawasan digunakan. Penentuan katagori pemanfaatan lahan didasarkan pada jenis penggunaan yang dominan pada kawasan tersebut. Jenis-jenis kegiatan yang memiliki kesamaan karakteristik, digolongkan kedalam satu katagori dan diperhitungkan sebagai satu jenis dalam penentuan dominasinya hingga didapatkan kesimpulan kesesuaian pengembangan kawasan, baik untuk kawasan industri, jasa, pariwisata, perumahan dan pertanian. Untuk mempertajam kriteria, maka penyusunan kriteria pemanfaatan lahan disesuaikan dengan kebijakan pengembangan Pulau Batam dan produk tata ruang yang ada seperti RTRW, RUTR maupun RDTR. Output keluaran dari hasil analisis adalah konsistensi pemanfaatan ruang untuk kawasan yang terbangun maupun kawasan yang tidak terbangun, yang selanjutnya menjadi input masukan bagi analisis pemodelan optimalisasi pemanfaatan lahan. 3.4.6 Analisis Pemodelan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan 3.4.6.1 Pendekatan Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pengertian lahan adalah luasan tertentu dari sebidang tanah yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pembangunan atau aktifitas yang letak, luasan dan peruntukkannya telah ditentukan oleh Master Plan. Sedang Investasi, seperti dijelaskan oleh J.F. Peterman dan S.W Barnet. 2004, filosofi dari investasi,terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Alokasi Asset, 2 Manajemen Asset, dan 3 Manajemen Resiko 1. Alokasi Asset : Asset dalam bentuk dana akan dialokasikan pada investasi jangka panjang. Alokasi dana akan mengikuti prinsif-prinsif dasar antara lain : o Jumlah dana dianggap cukup untuk menghasilkan pendapatan menutup biaya operasional dan mengatasi masalah-masalah keuangan yang mendesak. o Diversifikasi Investasi dilaksanakan untuk membantu meminimalkan keseluruhan risiko investasi dan memaksimalkan tingkat pengembalian investasi. o Melakukan strategi Investasi: Kinerja dari investasikan ditentukan oleh rencana strategis untuk alokasi dana dalam jangka waktu yang panjang dengan cara yang konsisten dan disiplin dengan penekanan pada sarana investasi yang pasif seperti pasar modal. 2. Manajemen Asset . Dasar dari manajemen asset adalah pengembalian keseluruhan dari asset yang diinvestasikan. Kebijakan yang dipakai adalah mengamankan modal, namun dapat juga diasumsikan bahwa untuk berinvestasi dengan resiko tinggi dapat diterima, karena kompensasi dari resiko tinggi akan mendapatkan pengembalian investasi yang lebih besar. 3. Manajemen Risiko . Program investasi harus mencari langkah-langkah untuk meminimalkan resiko operasional dan mencari komponsasi yang tepat atau resiko investasi terkait dengan dana yang diinvestasikan. Dari pengertian di atas, investasi adalah sejumlah dana yang ditanamkan guna tujuan tertentu, dengan telah memperhitungkan strategi dan resikonya dengan mengharapkan dana akan kembali dengan jumlah yang lebih besar dalam kurun waktu tertentu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian investasi yang selama ini berjalan dan telah berlangsung di Pulau batam, untuk memudahkan investasi ini dikelompokan sebagai investasi positif. Yang secara umum merupakan bagian dari Positive Externalities Wikipedia. 2007. Penanaman modal untuk perbaikan lingkungan dan pihak yang menanamkan modal tidak mendapatkan secara langsung pengembalian modal dan keuntungannya, bahkan hanya mengeluarkan dana, dapat disimpulkan inivestasi tersebut hanya merupakan pengeluaran negatif, maka penanaman modal ini disebut investasi negatif atau investasi negatif adalah investasi yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proses pembangunan oleh pengusaha, masyarakat atau pemerintah dengan direncanakan secara matang dan diketahui tujuan dan resikonya bahwa investasi tersebut tidak akan dapat kembali secara langsung. Keuntungan didapat oleh banyak pihak masyarakat. Nilai keuntungan yang dirasakan bisa lebih besar atau lebih kecil dari investasi yang ditanamakan. Dalam hal ini investasi negatif secara umum merupakan bagian dari negatif externalities Wikipedia. 2007. Dalam Disertasi ini yang dimasukan kedalam investasi negatif adalah pengolahan limbah, pencemaran, perbaikan lahan kritis dan penghijauan, penghutanan kembali, erosi dan abrasi, termasuk penertiban perumahan liar. Investasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah seperti sarana prasarana dan infrastruktur dikelompokan dalam investasi netral. Dalam kondisi tertentu pembangunan infrastruktur bisa menjadi investasi positif apabila dibangun oleh swasta dan dapat mengembalikan modal serta mendapatkan keuntungan contoh: jalan tol, pelabuhan, dll Pada penelitian ini pengertian pemanfaatan lahan yang optimal adalah pemanfaatan lahan guna mendapatkan investasi yang optimal dari lahan yang telah diperuntukkan dalam master plan Pulau Batam. Investasi optimal didapatkan dari selisih investasiditanamkan oleh pihak pengusaha dalam rangka penanaman modal usaha disetiap sektor dikurangi dengan investasi lain guna memperbaiki kerusakan lingkungan akibat dari kegiatan yang dilakukan dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan, sedang investasi pemerintah dianggap investasi netral. Mengingat investasi biasanya dinilai dalam mata uang Rp. sedang lahan dinilai dalam satuan luas m 2 ha, maka untuk optimalisasi pemanfaatan lahan adalah menilai satuan luas lahan dalam nilai mata uang atau memberi nilai Rupiah untuk setiap m 2 luasan lahan dalam satuan peruntukan sehingga akan didapatkan nilai luasan lahan yang dapat menghasilkan nilai investasi optimum dalam Rupiah atau Dolar. Sedang wilayah yang menjadi obyek kajian adalah keseluruhan wilayah Pulau Batam. Untuk mendapatkan nilai lahan, dicari dari hal-hal yang dianggap mempunyai pengaruh besar dalam pemanfaatan lahan. Dari data yang ada, investasi yang ditanamkan oleh investor yang bertujuan melaksanakan pembangunan dan melakukan proses produksi mempunyai nilai yang sangat dominan. Berdasarkan hal tersebut maka nilai investasi diambil sebagai acuan dalam mencari nilai lahan. Bila diuraikan lebih lanjut maka investasi yang dilakukan oleh pihak swasta pengusaha dapat dibagi atas sektor-sektor antara lain: − Sektor Industri − Sektor Jasa − Sektor Perumahan − Sektor Pariwisata − Sektor Pertanian Kelima sektor diatas akan menyumbang Investasi dari 3 komponen yaitu: − sewa lahan − pembangunan fisik − operasional produksi Ketiga komponen ini bisa saja dicari nilainya masing-masing, namun dalam kesempatan ini yang akan diambil adalah nilai investasi yang diajukan didalam pengajuan investasipenanaman modal jumlah investasi yang diajukan kepada Otorita Batam oleh pengusaha ditiap-tiap sektor. Investasi disetiap sektor ternyata tidak selalu mendatangkan nilai positif. Dampak yang ditimbulkan sejak proses pembukaan lahan sampai beroperasinya usaha, membawa dampak negatif antara lain: − penimbunan lahan di laut. − pembukaan lahan yang tidak terkendali oleh pengusaha, perambah yang mengakibatkan hilangnya nilai sumberdaya alam dan timbulnya erosi. − buangan limbah dari tiap-tiap sektor berupa limbah padat dan domestik, limbah cair dan limbah beracun B3. Hal-hal yang mempengaruhi investasi di setiap sektor antara lain pertumbuhan penduduk dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Otorita Batam, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan beberapa kebijakan yang dibuat oleh negara Singapura. Seperti diuraikan sebelumnya, 5 lima sektor yang berperan besar terhadap investasi yaitu Sektor Industri, Sektor Jasa, Sektor Perumahan, Sektor Pariwisata dan Sektor Pertanian. Namun dari data yang ada, lahan dengan peruntukan hijau hutan lindung, daerah tangkapan air untuk waduk dan hijau kota ternyata juga mempunyai pengaruh yang cukup besar, misalnya adanya perubahan peruntukan investasi positif ataupun penyerobotan lahanpengerusakan lingkungan investasi negatif. Oleh sebab itu daerah hijau akan diperhitungkan dengan diasumsikan sebagai Sektor Hijau. Optimalisasi pemanfaatan lahan berdasarkan dari nilai investasi dapat didetailkan melalui peninjauan keenam 6 sektor di atas 5 sektor + 1 sektor hijau. Pendekatannya secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : − Setiap sektor akan menghasilkan investasi dari nilai lahan yang dimanfaatkan oleh investor perusahaan, hal ini diasumsikan sebagai investasi positif, namun demikian secara pemanfaatan lahan pemanfaatan lahan proses operasi juga membawa masalah seperti limbah yang dihasilkan, erosi dan kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan, dan lain-lain. Untuk mengolah dan memperbaiki kerusakan juga diperlukan dana. Hal ini diasumsikan sebagai investasi negatip. Untuk mendapatkan nilai lahan yang maksimal, maka nilai investasi positip harus lebih besar dari investasi negatif. Semakin besar nilai investasi positif dan semakin kecilnya investasi negatif maka nilai lahan semakin baik. Pada pemanfaatan lahan dengan kombinasi tertentu akan dicapai selisih nilai investasi positif terbesar, apabila kondisi ini tetap memperhatikan lingkungan maka kondisi ini dianggap sebagai kondisi optimum dan pemanfaatan lahan mencapai optimal. − Konsekuensi dari upaya mengembangkan suatu wilayah adalah harus menyiapkan infrastruktur sarana dan prasarana agar dapat menarik investor pengusaha menanamkan modalnya di wilayah tersebut. Semakin lengkap infrastruktur yang disiapkan maka semakin besar daya tarik wilayah tersebut dalam memikat investor. Investasi untuk penyiapan infrastruktur tidak mungkin disiapkan oleh investor pihak swasta. Selain nilainya besar, infrastruktur dibangun justru untuk menarik investor. Maka yang memungkinkan dan paling berkepentingan investasi ini dibebankan kepada pemerintah. Artinya semakin besar investasi yang ditanamkan oleh pemerintah memungkinkan semakin besar pula minat investor menanamkan modalnya di wilayah tersebut. − Investasi untuk menyiapkan infrastruktur dalam penelitian ini diasumsikan sebagai investasi netral. Ini didasarkan investasi yang ditanamkan merupakan pengeluaran dari pemerintah bukan pemasukan. Disisi lain dengan adanya investasi ini nilai investasinya tidak bisa dibandingkan dengan luas lahan yang diperlukan. Masing- masing infrastruktur membutuhkan luas lahan yang berbeda dan memerlukan dana yang berbeda-beda pula. Dari kebutuhan pemanfaatan lahan, luasan yang diperlukan untuk infrastruktur sudah diperhitungkan melalui standard yang ada, sebagian tidak bisa dioptimalkan lagi contoh standar kebutuhan untuk Jalan, Bandara, Pelabuhan dan lain-lain. Gambar 13. memperlihatkan alur palaksanaan penelitian. Gambar 13. Pendekatan Model Optimalisasi Pemanfaatan Lahan 3.4.6.2 Input analisis model optimalisasi pemanfatan lahan Sebagai alat bantu untuk menganalisis dan memprediksi alur proses dari pemanfaatan lahan akan menggunakan perangkat lunak STELA4. Sedang dalam tahapan perhitungan digunakan input analisis yang didapatkan dari hasil analisis sebelumnya. Untuk mendapat gambaran nilai total investasi dari pemanfaatan lahan tahap pertama, harus mengisi seluruh rumus khususnya koefisien LAHAN DI PULAU BATAM DIALOKASIKAN Tidak Dialokasikan DIBANGUN DIBUKA INV. SWASTA POSITIF DAMPAK SARPRAS FASOSFASUM INV. PEMERINTAH NILAI LAHAN PER M 2 NILAI DAMPAK PER M 2 NILAI DAMPAK PER M 2 NILAI ASLI LAHAN TOTAL NILAI ASLI LAHAN TOTAL INV.NETRAL TOTAL INV.POSITIF TOTAL INV.NEGATIF MENCARI INVESTASI POSITIF TERBESAR TOTAL INV.POS – TOTAL INV.NEG NILAI TOTAL ASLI LAHAN INV.TOTAL = INV. POS + INV NETRAL – INV.NEG PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT PULAU BATAM : EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL pertumbuhan KF. Apabila seluruh rumus telah diisi dan dimasukkan dalam perangkat lunak, hasilnya total investasi dari pemanfaatan lahan dapat terlihat dengan me-RUN perangkat lunak tersebut. Rumus perhitungan nilai lahan tiap sektor sebagai bahan untuk input analisis dapat dilihat pada uraian di bawah, sedangkan detail formula dapat dilihat pada Lampiran 2. dan penjelasannya pada Lampiran 3. Daftar istilah. 1 Investasi Sektor Industri dan Lima Sektor Lainnya a. Investasi Positif Sektor Industri Untuk menghitung investasi positip di sektor industri berkait dengan pemanfaatan lahan, adalah mencari investasi yang ditanamkan pada lahan industri dalam satuan rupiah dan m 2 dan dikalikan dengan nilai interest rate nilai investasi yang muncul akibat proses perbankan, dengan nilai rata-rata sekitar 9th. Untuk itu dicari terlebih dahulu nilai lahan industri per m 2 . Dengan diketahui nilai lahan industri per m 2 maka nilai investasi di bidang industri dapat dicari dengan cara mengalikan luas lahan investasi dikalikan nilai lahan industri per m 2 . Urutan perhitungan untuk pembuatan model adalah sebagai berikut : 1. Menghitungmencari lahan industri yang telah dialokasikan kepada investor yang dibangun maupun dengan melalui data pengalokasian lahan tahun 1998. 2. Menghitung laju pengalokasian lahan industri yang dibangun pertahun, yaitu dengan menghitung rata-rata kenaikan pengalokasian lahan pertahun dalam persentase. 3. Mencari nilai investasi industri per m 2 dengan cara membagi total investasi yang ditanamkan pada sektor industri pada tahun 1998, dibagi dengan luas lahan sektor industri yang telah dialokasikan. 4. Menghitung laju pertumbuhan positif investasi industri, yaitu dengan menghitung kenaikan penanaman investasi sektor industri pertahun dalam persentase. 5. Menghitung investasi positif sektor industri dengan cara mengalikan lahan sektor industri yang telah dibangun dengan nilai investasi industri per m 2 .

b. Investasi Negatif Sektor Industri