Persaingan dengan Wilayah Lain

Wilayah lain yang juga dikembangkan khusus adalah P. Natuna dan P. Bintan. Untuk P. Natuna, ditangani oleh Badan Pengelola Pengembangan P. Natuna BP3 Natuna yang bertanggung jawab kepada presiden. Direncanakan pulau ini dikembangkan dengan konsep yang sangat mirip dan mendekati konsep pembangunan P. Batam. Penggerak ekonomi utama yang diharapkan adalah sumberdaya alam natural gas dari ladang D. Alpha yang mengandung gas sebanyak + 210 trilon cubic feet, termasuk cadangan CO 2 sebesar 71. Nama Natuna sangat meledak dan menjadi primadona karena merupakan megaproyek sebagai proyek terbesar di dunia. Permasalahan dengan kandungan 71 kandungan CO 2 menyebabkan biaya penambangan dan pengolahan menjadi sangat tinggi sehingga eiestimasi harga jual gas yang dihasilkan kurang dapat bersaing dengan harga gas dipasaran. Akibatnya proyek ini kurang diminati investor dan berjalan ditempat. Sebagai lanjutannya pengembangan P. Natuna juga terkendala dan berkembang sangat lambat hingga saat ini. Di Pulau Bintan yang dikembangkan khusus adalah Lagoi, yang terletak di wilayah utara P. Bintan. Wilayah ini berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan dan mempunyai potensi pariwisata dengan pantainya yang sangat indah. Pasar potensial adalah Singapura. Secara geografi Lagoi terletak tidak jauh dari Singapura dan tidak sulit dijangkau melalui laut dari pelabuhan Tanah Merah Singapura. Filosofi pengembangan Lagoi adalah Singapura sebagai Engine of Growth dan Indonesia sebagai daerah yang akan dipengaruhi. Sebagai Engine of Growth, Singapura memiliki karakteristik: 1 Bagian global infrastrukture; 2 Pengalaman luas dalam MNCs Multi National Corporations; 3 Hi tech industries; 4 Mengerahkan modal swasta Indonesia dan Singapura; 4 Training Centre untuk High Skilled; 5 Wisatawan hingga 5 jutatahun dengan tingkat pertumbuhan 5 pertahun; 6 Income per kapita US 10.000 per tahun. Sedangkan Indonesia, sebagai daerah yang dipengaruhi memiliki karakteristik: 1 Sumberdaya alam, lahan dan air serta keindahan alam; 2 Sumber tenaga kerja; 3 Kebudayaan; 4 Pengalaman membangun; dan 5 Memiliki stabilitas keamanan yang cukup baik. Pengembangan Lagoi ditangani oleh Tim Koordinasi Pembangunan Provinsi Riau TKPPR yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 211990 dan terakhir dengan Keppres No. 491993. Tim ini mengkoordinasi dalam hal kebijakan, program dan pelaksanaan pembangunan di luar Otorita Batam. Selain itu, tim tersebut juga melakukan koordinasi dengan instansi pusat, daerah dan juga melakukan pembicaraan dan perundingan bilateral. Negara yang menjadi mitra utama untuk kerjasama ini adalah Singapura. Dalam kerjasama ini, masing-masing mengambil manfaat sebagai berikut: 1 Indonesia, mendapatkan manfaat: Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dipercepat. Kesempatan kerja secara langsung sekitar 150.000 tenaga kerja dan secara tidak langsung sekitar 750.000 tenaga kerja. Pendapatan devisa sekitar US 1-2 milyar pertahun. Mengembangkan tenaga terampil untuk sektor industri dan jasa. 2 Malaysia, mendapatkan manfaat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sustainable economic growth. Untuk memacu kerjasama ini dalam waktu 3 tahun telah diterbitkan 19 sembilan belas produk hukum yang pada intinya memberikan insentif dan kemudahan bagi mitra kerja sama dalam melaksanakan rencananya. Dari pihak Indonesia, operasional di lapangan diwakili oleh Tim Pelaksana yang berkedudukan di P. Bintan. Berbeda dengan di P. Batam, pelaksanaan kerjasama di P. BintanLagoni sangat didominasi oleh Pihak Singapura, bahkan sangat besar perbedaanya antara wilayah yang dikerjasamakan dengan wilayah perbatasan sekitarnya. Hal ini menimbulkan persepsi yang negatif dan anggapan bahwa masyarakat lokal menjadi tamu di negeri sendiri, yang disebabkan oleh ketatnya peraturan dan penjagaan termasuk akses penduduk lokal yang ingin masuk ke dalam kawasan.

4.3.4 Kerjasama SIJORI

Pulau Batam terletak di pusat antara Asia Selatan dan Asia Tenggara, muncul sebagai pusat pertumbuhan baru dengan tenaga kerja san sumberdaya lainnya tersedia dengan harga yang murah. Kawasan ini juga muncul sebagai pasar yang baru karena pertumbuhan ekonominya di kawasan ini berlangsung sangat cepat. Pada tahun 1980-an yaitu ketika negara-negara Afrika dan Amerika Latin sedang menderita gangguan pendapatan 4,7 pertahun selama tahun 1987-1992 ADB, 1993; PRC, 1998 sampai tahun 1994 negara-negara ini jelas memantapkan posisinya sebagai negara pengekspor utama, khususnya untuk produk-produk manufaktur Gareffi and Fond, 1992; PRC, 1998. Singapura merupakan pengecualian, karena pendapatan perkapitanya tertinggi, demikian pula tingkat pendidikan dan kesejahteraan rakyatnya, industri dan ekonominya yang telah mengalami diversifikasi membuatnya keluar dari katagori ”negara berkembang”. Seiring dengan berlangsungnya libelarisasi perdagangan, secara global ada kecenderungan untuk membentuk blok-blok perekonomian regional baik terbuka maupun tertutup. Blok tertutup adalah kesepakatan-kesepakatan ekonomi dimana negara-negara anggotanya menghilangkan hambatan- hambatan dalam perdagangan tetapi secara kolektif melakukan proteksi terhadap kekuasaan-kekuasaan eksternal. Tatanan semacam ini hanya mengalihkan proteksi nasional menjadi proteksi supranasional, contohnya adalah Uni Eropa. Sedang regionalisme terbuka bertujuan untuk liberalisme perdagangan internasional tetapi menerima peranan bentuk proteksionisme perekonomian regional – supranasional dengan perdagangan bebas sebagai suatu tahap antara Asosiasi Perdagangan Bebas Asia Tenggara AFTA merupakan salah satu contoh regionalisme terbuka Helet dan Bragam, 1994, PRC, 1998. Perdagangan bebas sekarang terbuka bagi segala macam perekonomian secara merata, sehingga lokasi hampir tidak berarti sekali. Namun teori perdagangan modern masih menganggap bahwa geografis merupakan faktor yang penting Sari, 1997; PRC, 1998. Kerjasama SIJORI adalah salah satu kerjasama yang terjadi yang disebabkan karena posisi geografis yang sangat