Analisis Deskriptif Sosial dan Budaya Analisis Beban Limbah Aktivitas Pembangunan

3.4.3 Analisis Deskriptif Sosial dan Budaya

Analisis sosial-budaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah aspek- aspek yang berkaitan dengan sistem nilai, kepercayaan, agama, etnik dan sebagainya dan pengaruhnya terhadap pola hidup dan tingkah laku masyarakat pesisir di Pulau Batam terutama yang berkaitan dengan permasalahan sosial dan timbulnya perumahan liar, migrasi dan ketimpangan pendapatan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat asli serta permasalahan pendidikan dan kesehatan. Analisis kependudukan adalah analisis yang bersifat demografis mencakup : 1. Analisis penduduk yakni jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk dan penyebaran penduduk; 2. Analisis ketenagakerjaan yang mencakup komposisi tenaga kerja, tingkat pengangguran dan kesempatan kerja; 3. Kebutuhan perumahan dan lahan.

3.4.4 Analisis Beban Limbah Aktivitas Pembangunan

Dalam melakukan analisis beban limbah, dilakukan beberapa analisis, antara lain: i Analisis erosi dan endapan yang ditimbulkan akibat pembukaan lahan; ii Analisis limbah buangan dari kegiatan yang sudah beroperasi; iii Analisis kebutuhan hijau dan ruang terbuka; serta iv Analisis rencana perbaikan dan prasarana perbaikan lingkungan. 1 Menganalisa erosi dan endapan yang ditimbulkan. • Rumus untuk menghitung besar erosi: Untuk menghitung besarnya erosi digunakan persamaan unsur kehilangan tanah yang dibuat oleh USLE Universal Soil Loss Equitation Weischmeier dan Smith,1978, yang juga disebut sebagai Rumus Universal Tanah Yang Hilang, sebagai berikut : A = R. K. L. S. C. P. A : Perkiraan besarnya tanah yang tererosi dalam satuan Ton Ha tahun. R : Faktor erosivitas hujan MJ.cmha jam pertahun, yaitu daya erosi hujan pada suatu tempat tertentu. K : Faktor erodibilitas tanah ton ha jamha MJ.cm yaitu faktor kepekatan suatu jenis tanah terhadap erosivitas hujan. LS : Faktor Topografi , yang terdiri dari: L : Faktor panjang lereng, yaitu rasio tanah yang tererosi pada suatu panjang lereng tertentu terhadap tanah yang tererosi pada panjang lereng 22.1 m untuk kondisi permukaan lahan yang sama. S : Faktor kemiringan lereng, yaitu rasio tanah yang tererosi pada suatu ke miringan lereng tertentu terhadap tanah yang tererosi pada kemiringan lahan 9 untuk kondisi permukaan lahan yang sama. C = Faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup lahan. Faktor ini tidak mempunyai satuan. P = Faktor teknik konservasi tidak mempunyai satuan. Apabila tidak ada konservasi, maka faktor teknik konservasi atau faktor tindakan konservasi tanah P dianggap 1 oleh karena tidak ada tindakan konservasi. • Rumus untuk menghitung laju erosi A Weischmeier dan Smith,1978: A = 4 + 1.266 10D – K – 2 A : Laju erosi yang diperkenankan satuan: tonhath D : Kedalaman tanah satuan : meter . K : Erodibilitas tanah satuan : tonjoule Dihitung dengan mempergunakan nomografi prakiraan nilai erodibilitas. • Kondisi Lahan Tingkat Kekritisan berdasarkan Nilai Laju Erosi A pada lahan yang bersangkutan: Tingkat Kekritisan Nilai Laju Erosi Tidak Kritis A’ A Ringan A A’ 1.1 A Sedang 1.1 A A’ 1.3 A Berat A’ 1.3 A • Rumus sedimentasi: Terdapat 2 rumus yang dapat dipakai untuk menghitung sedimentasi, yaitu: Rumus untuk menghitung besarnya sedimentasi total SDT total dengan mempergunakan parameter cuaca, vegetasi, angin dan curah hujan, yaitu Weischmeier dan Smith,1978: SDT totalSedimentasi total = SDTt + SDTv + SDTa + SDTc. SDT : Sedimentasi. t : Faktor Cuaca. v : Faktor Vegetasi. a : Faktor Angin. c : Faktor Curah Hujan. Rumus untuk menghitung laju sedimentasi terkait dengan kondisi Hidrologi atau kondisi fisik sungai Weischmeier dan Smith,1978. Rs = 0.0864.Cm.Qs Rs = laju sedimentasi ton hari. Cm =Konsentrasi sedimentasimgl. Qs =Debit sungai m3 detik. 2 Menganalisa limbah buangan dari kegiatan yang sudah beroperasi. 3 Menganalisis kebutuhan hijau dan ruang terbuka. 4 Menganalisis rencana perbaikan sarana dan prasarana serta perbaikan lingkungan.

3.4.5 Analisis Spasial Pemanfaatan Lahan Pulau Batam