Identifikasi dan Perumusan Masalah

pertumbuhan ekonomi di Pulau Batam pun mencapai angka pertumbuhan tertinggi di Indonesia. Sebelum krisis moneter, selama periode 1993 -1996 pertumbuhan ekonomi mencapai 17,4 pertahun, bahkan pada saat krisis tahun 1997 pertumbuhan ekonomi masih positif sebesar 12,5. Gambaran yang menggembirakan tersebut, ternyata juga diikuti oleh dampak-dampak negatif, khususnya dampak lingkungan yang muncul di wilayah pesisir pantai P. Batam. Hal ini diduga terkait dengan keberadaan kegiatan industri khususnya sektor konstruksi dan galangan kapal yang terkonsentrasi di beberapa wilayah pesisir. Hal lain yang perlu menjadi catatan adalah bahwa pada kenyataannya pembangunan yang ada dan terjadi pada saat ini sudah menyimpang atau tidak sesuai lagi dengan peruntukkan yang ditentukan dalam master plan. Perubahan lahan dari daerah hijau menjadi industri dan peruntukkan lainnya terutama untuk industri mengakibatkan timbulnya dampak- dampak negatif seperti peningkatan jumlah limbah akibat kegiatan industri yang muncul serta kecenderungan terjadinya peningkatan erosi dan sedimentasi yang dikhawatirkan akan berdampak lebih lanjut pada ekosistem pesisir dan laut di P. Batam. Penelitian yang berjudul “Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Batam” ini bertujuan untuk melakukan analisis yang mendalam terhadap pemanfaatan lahan di Pulau Batam sehingga dihasilkan sistem pemanfaatan yang optimal dan berkelanjutan sesuai dengan kaidah utama sustainable development yaitu keberlanjutan dari segi ekonomi, ekologi dan keberlanjutan dari segi sosial serta penerapan konsep ICM. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi model pembangunan yang berkelanjutan pada umumnya dan penerapan ICM pada khususnya terutama untuk pengembangan dan pembangunan pulau-pulau kecil yang dapat direplikasikan untuk pembangunan pulau-pulau kecil lainnya di Indonesia.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Orientasi pembangunan di Indonesia selama ini adalah orientasi pembangunan ke arah darat, yakni suatu orientasi yang memandang halaman depan rumah adalah daratan. Berbeda dengan orientasi pembangunan ke laut, yakni suatu orientasi yang memandang wilayah laut sebagai halaman depan rumah. Wilayah pesisir dan laut adalah wilayah yang selama ini lebih dianggap sebagai tempat buangan limbah karena merupakan halaman belakang rumah, dibanding sebagai tempat yang indah dan perlu mendapatkan perhatian karena merupakan halaman depan rumah. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan archipelagic state yang wilayah lautnya mencapai 23 dibandingkan wilayah daratan, sehingga kerusakan di wilayah pesisir dan laut akibat kegiatan di daratan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang ada. Seiring dengan berkembangnya konsep sustainable development dan ICM untuk perencanaan dan pengembangan wilayah pesisir, maka dikembangkanlah konsep penataan ruang wilayah pesisir dan laut sehingga wilayah tersebut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Terkait dengan pendalaman konsep tersebut, maka titik berat pada penelitian yang dilakukan dalam disertasi ini, selain kajian rencana tata ruang yang telah ada dibandingkan dengan implementasinya di lapangan untuk mengetahui berbagai kesesuaian atau penyimpangan alokasi penggunaan lahan yang telah dilakukan sehingga dampak ekologi, ekonomi dan sosial dapat diprediksi dengan baik, juga untuk melakukan langkah antisipasi pengelolaan ke depan sehingga Pulau Batam dapat dikelola sesuai dengan kaidah-kaidah keberlanjutan sustainable development dan penerapan konsep ICM yang baik. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa dalam master plan Pulau Batam, pulau ini diperuntukan sebagai daerah industri, perdagangan dan jasa. Hingga tahun 1998, wilayah P. Batam sangat diminati dan telah dikuasai oleh investor-investor yang bergerak dibidang industri - industri elektronik, perkapalan, jasa dan pariwisata. Beberapa kegiatan tersebut telah melakukan pembangunan, pembukaan lahan dan pengurukan ke laut reklamasi. Pembukaan lahan pada areal yang cukup luas dan ditambah dengan operasionalisasi berbagai jenis industri telah mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan terutama air laut. Aliran air permukaan pada saat hujan menggerus tanah-tanah yang terbuka dan membawa partikel-partikelnya. Partikel-partikel tanah tersebut mengakibatkan timbulnya sedimen disepanjang pantai dan kekeruhan air laut, dan secara fisik terlihat bahwa kekeruhan air laut diperairan sekitar Pulau Batam lebih tinggi dibandingkan dengan perairan sekitar pulau Rempang dan Galang. Disamping itu, sumber pencemaran lainnya adalah limbah yang dihasilkan dari industri baik berbentuk padat atau cair, khususnya minyak dan metal logam yang masuk dan terbawa keberbagai tempat karena pergerakan air laut. PRC 1996 menyatakan bahwa perairan pantai di sekeliling P. Batam telah tercemar akibat masuknya air buangan yang tidak diolah, kegiatan perkapalan lepas pantai dan juga kemungkinan polutan kimiawi dari pembuangan industri masuk ke dalam lingkungan laut. Polusi minyak teralokasi di luar Bendungan Duriangkang dan di Water Front City. Pemanfaatan ruang di P. Batam, walaupun memperlihatkan nilai positif dari sudut pendapatan dan pertumbuhan ekonominya, ternyata masih kurang peduli dalam penanganan lingkungan, terbukti dari dampak-dampak yang ditimbulkan seperti telah dijelaskan di atas. Beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya dampak negatif : 1. Hampir semua lahan teralokasi diserahkan kepada investor. 2. Seluruh muka lahan dibuka dan dimanfaatkan seluas-luasnya. 3. Tidak tersedia lahan konservasidaerah-daerah yang harus dilindungi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. 4. Pembukaan lahan cut and fill kurang memperhatikan muka lahan yang ada. 5. Penimbunan ke laut dilakukan dengan konvensional, dimana tanah diambil dari lokasi yang terdekat tanpa memperhatikan pengamanan dan dampak yang ditimbulkan. 6. Penyediaan lahan untuk hijau lingkungan kurang diperhatikan dan lahan hanya digunakan untuk pembangunan dan infrastruktur. 7. Kondisi alam asli yang harus dipertahankan di luar kavling turut dirusak. 8. Tidak ada koordinasi atau kerjasama yang positif antar pemilik lahan. 9. Belum tersedia sarana umum pengolahan limbah buangan dari seluruh aktivitas yang ada. 10. Belum dilaksanakan cara-cara yang berwawasan lingkungan dalam melakukan penimbunan dan pencegahan erosi. Permasalahan lain yang dihadapi wilayah pesisir P. Batam adalah meningkatnya jumlah pendatang dari luar pulau untuk mencari nafkah. Kedatangan arus dari luar sangat besar dan sebagian besar tidak mempunyai kemampuankeahlian, sehingga tidak mendapatkan pekerjaan formal ataupun rumah tinggal yang memadai. Akibatnya mereka mencari pekerjaan yang non formal, dan merambah lahan-lahan kosong yang sebagian besar adalah hutan lindung atau ruang terbuka hijau RTH kota yang tidak boleh dibangun untuk tempat tinggal. Permasalahan ini semakin tahun semakin besar dan ini terjadi di seluruh wilayah P. Batam. Dampak yang ditimbulkan adalah rusaknya keseimbangan lingkungan, cadangan air waduk terganggu, munculnya lahan kritis dan tanah longsor. Perbaikan masih sangat memungkinkan, tetapi yang paling penting adalah memanfaatkan kawasan P. Batam secara optimal, yang berarti meninjau kembali rencana tata ruang yang ada dan memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari pembangunan yang telah dilaksanakan. Pada dasarnya setiap peruntukan lahan di kawasan P. Batam mempunyai nilai ekonomi yang berbeda-beda. Setiap meter persegi lahan dapat berarti investasi yang dapat memacu pertumbuhan dan pendapatan untuk lokasi tersebut. Disisi lain peruntukan dapat juga berarti biaya yang harus ditanggung atau dikeluarkan, seperti biaya untuk penyiapan infrastruktur, atau kerugian yang harus ditanggung karena kurangnya sumberdaya, ataupun dampak yang ditimbulkan karena rusaknya lahan tersebut. Dari berbagai kondisi sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1 Bagaimana alokasi lahannya dan sejauh mana terjadi penyimpangan pengalokasian lahan terhadap master plan? 2 Bagaimana manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari setiap pengalokasian lahan, terutama pengalokasian lahan untuk kegiatan industri, pariwisata, jasa, perumahan dan pertanian? 3 Bagaimana mendapatkan nilai investasi yang optimal dengan dampak negatif yang minimal dari pemanfaatan lahan di P. Batam?

1.3 Tujuan Penelitian