3 Pengembangan sektor jasa dan pariwisata akan sangat berdampak pada pengembangan Pulau Batam sebagai Kota Transit ke Singapura Jasa
dan Pariwisata. 4 Penyediaan komoditi pertanian yang murah yang dapat disediakan oleh
pulau-pulau lain di sekitar Pulau Batam.
5.1.4. Ancaman
1 Timbulnya erosi dan abrasi yang disebabkan oleh pembukaan lahan dan penimbunan laut di pesisir dan gangguan terhadap ekosistem alami dan
estetika Industri. 2 Hampir semua garis pantai sudah dibuka dan habitat aslinya hilang
seperti mangrove dan terumbu karang di wilayah tersebut Industri. 3 Pemilik lahan sektor industri dan pada umumnya bukan investor yang
sesungguhnya, tetapi hanya spekulan lahan Industri dan perumahan. 4 Kemungkinan perubahan alokasi pemanfaatan lahan dari sektor pertanian
dan hijau melebihi ketetapan sesuai dengan master plan Jasa. 5 Minimnya produk hasil pertanian dari Pulau Batam, sehingga pulau ini
sangat tergantung pasokan dari luar Pulau Batam Pertanian. 6 Pengembangan pariwisata akan bersaing ketat dengan Singapura
Pariwisata.
5.2 Penyusunan Strategi Pengelolaan dalam Optimalisasi Pemanfaatan Lahan berdasarkan Hasil Analisis SWOT
Untuk menentukan kebijakan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan lahan Pulau Batam yang didasarkan atas kondisi faktual dilapangan, maka teknik
yang digunakan adalah mencari strategi silang dari ke-empat faktor tersebut, yaitu :
1. Kebijakan SO, yaitu kebijakan yang disusun untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dan mengoptimalkan peluang yang ada;
2. Kebijakan ST, yaitu kebijakan yang disusun untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dalam menanggulangi ancaman yang ada;
3. Kebijakan WO, yaitu kebijakan memanfaatkan peluang secara optimal untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki; dan
4. Kebijakan WT, yaitu kebijakan yang disusun untuk mengatasi kelemahan dan mengeliminasi ancaman yang mungkin timbul.
Tabel 28 memperlihatkan penyusunan strategi silang dalam optimalisasi
pemanfaatan lahan di Pulau Batam.
Tabel 28.
Formulasi Kebijakan Pengelolaan untuk Optimalisasi Pemanfaatan Lahan di Pulau Batam
PELUANG O
1. Peningkatan PAD Pemda
dari sektor industri karena tingginya harga sewa lahan
Industri.
2. Pengembangan perumahan
sesuai dengan komposisi 1:3:6 sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya perubahan alokasi lahan
untuk perumahan yang berdampak pada mahalnya
harga rumah murah untuk kelompok masyarakat yang
berpenghasilan rendah Perumahan.
3. Pengembangan sektor jasa
dan pariwisata akan sangat berdampak pada
pengembangan Pulau Batam sebagai Kota Transit ke
Singapura Jasa dan Pariwisata
. 4.
Penyediaan komoditi pertanian yang murah yang
dapat disediakan oleh pulau- pulau lain di sekitar Pulau
Batam.
ANCAMAN T
1. Timbulnya erosi dan abrasi
yang disebabkan oleh pembukaan lahan dan
penimbunan laut di pesisir dan gangguan terhadap ekosistem
alami dan estetika Industri.
2. Hampir semua garis pantai
sudah dibuka dan habitat aslinya hilang seperti
mangrove dan terumbu karang di wilayah tersebut Industri.
3. Pemilik lahan sektor industri
dan pada umumnya bukan investor yang sesungguhnya,
tetapi hanya spekulan lahan Industri dan perumahan.
4. Kemungkinan perubahan
alokasi pemanfaatan lahan dari sektor pertanian dan hijau
melebihi ketetapan sesuai dengan master plan Jasa.
5. Minimnya produk hasil
pertanian dari Pulau Batam, sehingga pulau ini sangat
tergantung pasokan dari luar Pulau Batam Pertanian.
6. Pengembangan pariwisata
akan bersaing ketat dengan Singapura Pariwisata.
KEKUATAN S
1. Investasi sektor industri dapat
menarik investasi positif tertinggi dibandingkan dengan sektor
lainnya Industri.
2. Meningkatnya kebutuhan lahan
untuk perumahan yang akan menampung pekerja-pekerja di
kawasan industri dan fasilitas umum yang melayani kegiatan-
kegiatan yang berkembang pesat terutama kegiatan industri dan
pariwisata Perumahan.
3. Setiap KK mendapatkan
rumahlahan perumahan dengan komposisi 1:3:6 sesuai SKB antara
Menpera dan Otorita Batam
Kebijakan SO
1. Lahan-lahan yang tidak
sesuai dengan fungsi pembangunan P. Batam dan
lahan pada sektor lain yang memungkinkan untuk
dikonversikan menjadi lahan industri, dengan
memperhatikan zoning di dalam Master Plan diusulkan
segera dikonversikan terutama ke sektor industri
Industri.
2. Perlu penataan hunian
zoning perumahan berdasarkan lokasi kerja
Perumahan.
Kebijakan ST
1. Apabila konversi lahan disetujui
maka sebaiknya langsung diberikan kepada investor agar
mempercepat laju pertumbuhan investasi positif
Industri.
2. Perlu memperbaiki Rencana
Tata Ruang khususnya untuk perencanaan perumahan
dikawasan padat perkotaan, antara lain kebijakan kebijakan
pengetatan ijin KDB dan KLB Perumahan.
3. Dikeluarkan kebijakan memberi
peringatan keras untuk segera membangun atau dilakukan
Tabel 28. Lanjutan ...
1. sehingga memungkinkan timbulnya pemerataan Perumahan.
2. Besarnya minat investor untuk menanamkan investasinya di
sektor jasa maka direkomendasikan
mengkonversikan sebagian sektor pertanian dan hijau menjadi sektor
jasa Jasa.
3. Pertanian merupakan kawasan transisi dan bersifat sementara,
peruntukan ini diusulkan dikonversi menjadi peruntukan yang lebih
dapat menarik investasi positip antara lain sektor Jasa, Industri dan
Perumahan Pertanian.
4.
Pariwisata termasuk sektor yang diminati oleh para investor.
Bahkan dapat menarik investasi positif yang cukup besar dan
bersaing dengan sektor jasa Pariwisata
5. Menata Tata Ruang
Kawasan Jasa seperti di Batu Ampar Nagoya dan
Batam Senter Jasa.
6. Dengan melihat
keterbatasan sumberdaya air, karakteristik kesuburan
lahan yang kurang dan rendahnya minat investor
maka direkomendasikan untuk mengkonversi lahan
pertanian kepada sektor- sektor lain yang lebih
menguntungkan Pertanian.
7. Mengubah citra pariwisata di
P. Batam menjadi lebih positif Pariwisata.
4. penarikan kembali lahan-lahan jasa yang telah dialokasikan
tetapi belum dibangun Jasa. 5. Membuat kebijakan peraturan
tata ruang seperti KLB dan KDB Jasa.
6.
Meningkatkan standar pariwisata dengan standar
internasional karena Batam berbatasan langsung dengan
negara tetangga dan salah satu pintu gerbang terbesar
masuknya turis mancanegara setelah Bali Pariwisata.
KELEMAHAN W
1. Lahan industri yang telah
dialokasikan sebagian besar tidak melaksanakan pembangunan dan
ada kecenderungan terjadi spekulasi untuk mendapatkan
keuntungan dari harga lahan Industri.
2. Limbah dari industri di Pulau
Batam sebagian besar tidak dilakukan pengolahan Industri.
3. Munculnya perumahan liar RULI
dengan merambah daerah hijau menjadi perumahan yang
dilakukan oleh pendatang yang bertujuan mencari kerja, dan
diantara mereka banyak yang status sosialnya adalah kelas
bawah Perumahan.
4. Hampir seluruh lahan jasa di
perkotaan sudah dialokasikan dan sebagian besar sudah terbangun
sehingga kemungkinan akan menyulitkan pengembangan sektor
jasa Jasa.
5. Lahan Pertanian, bukan
merupakan peruntukan yang telah ditetapkan untuk Pulau Batam
Pertanian.
6. Sektor pariwisata yang telah
dikembangkan di P. Batam sebagian besar adalah perhotelan
dan wisata pantai, belum memadukan unsur-unsur budaya
dan daya tarik wisata lainnya Pariwisata.
Kebijakan WO
1 Perlu segera diterapkan
kebijakan penarikan lahan- lahan yang tidak segera
dibangun melalui tahapan peringatan atau tindakan
keras agar segera membangun Industri.
2 Lahan yang telah ditarik,
segera diproses untuk berikan kepada investor
yang bersungguh-sungguh dengan biaya sewa lahan
yang lebih tinggi tetapi dengan pelayanan dan
penyiapan infrastruktur yang lebih baik. Bila proses
tersebut dilaksanakan maka
investor akan segera membangun dan investasi
positif dengan cepat akan meningkat Industri.
3 Perlu dipikirkan subsidi bagi
penduduk asli yang berpenghasilan
rendahmiskin dalam bentuk keringanan atau pemberian
kavling atau pemberian perumahan Perumahan.
4 Perlu memperhatikan
segmentasi harga lahan untuk perumahan agar
didapat subsidi silang bagi masyarakat berpenghasilan
rendahmiskin Perumahan.
Kebijakan WT
1. Kebijakan pengelolaan sumber dampak negatif Industri
2. Mengingat lahan di Pulau Batam hampir seluruhnya
merupakan pesisir, maka perlu direvisi kembali Rencana Tata
Ruang di kawasan tersebut, minimal memperbaiki kawasan
pantai dan menyediakan lahan- lahan untuk pengolahan limbah
secara terpadu Industri.
3. Perlu perencanaan kawasan perumahan sesuai dengan
standar kenyamanan 4. perumahan yang aman, nyaman
dan mudah dijangkau dengan fasos dan fasum yang
memadai. Hal ini perlu dilakukan untuk kenyamanan
dan kelestarian lingkungan Perumahan.
5. Penataan lingkungan jasa perkotaan dan menambah
dengan menambah ruang hijau dan taman kota Jasa.
6. Perlu dipikirkan untuk memenuhi kebutuhan komoditi
pertanian untuk masyarakat Batam dengan harga yang
relatif terjangkau Pertanian.
Tabel 28. Lanjutan ...
7. Pariwisata belum digarap secara optimal. Ini terlihat dari masa
tinggal dan uang yang dibelanjakan di sektor pariwisata. Rata-rata
masa tinggal wisatawan adalah sekitar 2 hari Pariwisata.
8. Konversi lahan dari peruntukkan lain sangat kecil diharapkan karena
lahan pariwisata dibutuhkan kondisi yang spesifik Pariwisata.
9. Membuat kebijakan
standarisasi bangunan jasa di perkotaan dengan
meningkatkan kualitas bangunan dan pelayanan
termasuk sarana dan prasarana umum Jasa.
10. Meningkatkan kualitas pelayanan dan ragam wisata
Pariwisata. 7. Direkomendasikan
menempatkan sektor pertanian di pulau-pulau lain Barelang
yang secara alamiah lebih memungkinkan dan mudah
dijangkau dari P. Batam, misalnya P. Galang Pertanian.
8. Meningkatkan nilai investasi positif per-m
2
dengan memadukan unsur kualitas
pelayanan dan ragam wisata, citra pariwisata dengan standar
internasional pariwisata
5.3 Pembobotan
Untuk menentukan prioritas dari kebijakan di atas, maka perlu
memberikan bobot pada unusr SWOT yang ada pada Tabel 28. Pemberian
bobot berkisar antara 1 – 3 didasarkan pada derajat kepentingan dari unsur tersebut. Artinya unsur yang paling penting akan mendapatkan nilai paling tinggi,
dan sebaliknya unsur yang tidak penting akan mendapatkan nilai paling rendah.
Pada Tabel 29 dapat dilihat pemberian bobot untuk setiap unsur kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam proses mendapatkan prioritas kebijakan optimalisasi pemanfaatan lahan Pulau Batam.
Tabel 29.
Pemberian Bobot untuk Setiap Unsur dari Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Kekuatan Bobot
Kelemahan Bobot
Peluang Bobot
Ancaman Bobot
S1 3
W1 2
O1 3
T1 3
S2 2
W2 2
O2 2
T2 2
S3 1
W3 3
O3 3
T3 2
S4 3
W4 2
O4 1
T4 2
S5 1 W5 1 T5 2
S6 3
W6 3
T6 3
W7 2
W8 2
Keterangan: KEKUATAN S
S1. Investasi sektor industri dapat menarik investasi positif tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya Industri. S2. Meningkatnya kebutuhan lahan untuk perumahan yang akan menampung pekerja-pekerja di kawasan industri dan
fasilitas umum yang melayani kegiatan-kegiatan yang berkembang pesat terutama kegiatan industri dan pariwisata Perumahan.
S3. Setiap KK mendapatkan rumahlahan perumahan dengan komposisi 1:3:6 sesuai SKB antara Menpera dan Otorita Batam sehingga memungkinkan timbulnya pemerataan Perumahan.
S4. Besarnya minat investor untuk menanamkan investasinya di sektor jasa maka direkomendasikan mengkonversikan sebagian sektor pertanian dan hijau menjadi sektor jasa Jasa.
S5. Pertanian merupakan kawasan transisi dan bersifat sementara, peruntukan ini diusulkan dikonversi menjadi peruntukan yang lebih dapat menarik investasi positip antara lain sektor Jasa, Industri dan Perumahan Pertanian.
S6. Pariwisata termasuk sektor yang diminati oleh para investor. Bahkan dapat menarik investasi positif yang cukup besar dan bersaing dengan sektor jasa Pariwisata
KELEMAHAN W
W1. Lahan industri yang telah dialokasikan sebagian besar tidak melaksanakan pembangunan dan ada kecenderungan terjadi spekulasi untuk mendapatkan keuntungan dari harga lahan Industri.
W2. Limbah dari industri di Pulau Batam sebagian besar tidak dilakukan pengolahan Industri. W3. Munculnya perumahan liar RULI dengan merambah daerah hijau menjadi perumahan yang dilakukan oleh
pendatang yang bertujuan mencari kerja, dan diantara mereka banyak yang status sosialnya adalah kelas bawah Perumahan.
W4. Hampir seluruh lahan jasa di perkotaan sudah dialokasikan dan sebagian besar sudah terbangun sehingga kemungkinan akan menyulitkan pengembangan sektor jasa Jasa.
W5. Lahan Pertanian, bukan merupakan peruntukan yang telah ditetapkan untuk Pulau Batam Pertanian. W6. Sektor pariwisata yang telah dikembangkan di P. Batam sebagian besar adalah perhotelan dan wisata pantai,
belum memadukan unsur-unsur budaya dan daya tarik wisata lainnya Pariwisata. W7. Pariwisata belum digarap secara optimal. Ini terlihat dari masa tinggal dan uang yang dibelanjakan di sektor
pariwisata. Rata-rata masa tinggal wisatawan adalah sekitar 2 hari Pariwisata. W8. Konversi lahan dari peruntukkan lain sangat kecil diharapkan karena lahan pariwisata dibutuhkan kondisi yang
spesifik Pariwisata.
PELUANG O
O1. Peningkatan PAD Pemda dari sektor industri karena tingginya harga sewa lahan Industri. 02. Pengembangan perumahan sesuai dengan komposisi 1:3:6 sehingga mengurangi kemungkinan munculnya
perubahan alokasi lahan untuk perumahan yang berdampak pada mahalnya harga rumah murah untuk kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah Perumahan.
O3. Pengembangan sektor jasa dan pariwisata akan sangat berdampak pada pengembangan Pulau Batam sebagai Kota Transit ke Singapura Jasa dan Pariwisata.
O4. Penyediaan komoditi pertanian yang murah yang dapat disediakan oleh pulau-pulau lain di sekitar Pulau Batam.
ANCAMAN T
T1. Timbulnya erosi dan abrasi yang disebabkan oleh pembukaan lahan dan penimbunan laut di pesisir dan gangguan terhadap ekosistem alami dan estetika Industri.
T2. Hampir semua garis pantai sudah dibuka dan habitat aslinya hilang seperti mangrove dan terumbu karang di wilayah tersebut Industri.
T3. Pemilik lahan sektor industri dan pada umumnya bukan investor yang sesungguhnya, tetapi hanya spekulan lahan Industri dan perumahan.
T4. Kemungkinan perubahan alokasi pemanfaatan lahan dari sektor pertanian dan hijau melebihi ketetapan sesuai dengan master plan Jasa.
T5. Minimnya produk hasil pertanian dari Pulau Batam, sehingga pulau ini sangat tergantung pasokan dari luar Pulau Batam Pertanian.
T6. Pengembangan pariwisata akan bersaing ketat dengan Singapura Pariwisata.
5.4 Penentuan Prioritas Kebijakan Berdasarkan pembobotan yang telah dilakukan pada Tabel 29. maka
bobot dari kedelapan kebijakan yang telah diformulasikan dijumlahkan.