Menetapkan Target Kinerja Mengidentifikasi Akar Penyebab dari Masalah

Kestabilan nilai tersebut diimbangi dengan perolehan level sigma yang hampir sama untuk setiap bulannya yaitu sebesar 4,53 sigma seperti yang ditampilkan pada Gambar 10. Hal ini menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas produksi adalah relatif stabil untuk setiap bulannya. Kestabilan ini juga disebabkan oleh kekonsistensian manajemen dalam memperoleh target kinerja bersamaan dengan perbaikan kualitas yang terus menerus dilakukan perusahaan. Pada bulan April 2004 perolehan level sigma adalah yang tertinggi yaitu 4,54 sigma, hal ini diikuti dengan perolehan DPMO yang terendah. Ini berarti kinerja kapabilitas fish fillet sudah cukup baik, namun tidak berbeda jauh dengan kinerja pada bulan lainnya.

5.9 Tahap Analisis Analyze

5.9.1 Menetapkan Target Kinerja

Pada Tabel 11 telah diketahui beberapa titik kritis permasalahan dari tiap proses produksi fish fillet, sehingga nantinya dapat dilakukan beberapa perbaikan mengenai hal tersebut. Sebelum melakukan beberapa perbaikan, terlebih dahulu perlu ditentukan target kinerja yang dapat dilakukan sehingga proses perbaikan dapat dilakukan secara bertahap dan hasilnya dapat sesuai dengan yang diharapkan. Target kinerja dibuat berdasarkan CTQ yang ada pada proses pembuatan fish fillet dan dituangkan pada tabel target kinerja untuk mempermudah skema pembahasan.

5.9.2 Mengidentifikasi Akar Penyebab dari Masalah

Sebelum mengatasi permasalahan yang terjadi, sebaiknya terlebih dahulu mencari dan mengetahui akar penyebab dari permasalahan tersebut. Untuk mengidentifikasi berbagai sumber penyebab, maka digunakan diagram sebab akibat dari tujuh belas titik kritis permasalahan yang ada. Hal ini seperti yang ditampilkan pada Gambar 11. . Suhu -5ºC Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2004 – Juni 2005 Gambar 11. Diagram Sebab Akibat Fishbone Diagram pada Pembuatan Fish Fillet PT DSFI Tbk. Tekstur dan atau warna daging fillet menyebabkan bau menusuk Suhu pusat produk meningkat Chilling Layering Freezing Final checking Packing and labelling Metal detecting Storaging Wrapping Washing Receiving and sorting Scalling Filleting Trimming Checking Weighing Sizing Tidak lulus uji organo- leptik Kekurangan es curai Material yang masih melekat Kekurangan es Spesies dan jenis potongan tidak sesuai Penentuan penyusunan fillet Mis sizing Short weight Volume klorin Daging sisa terlalu banyak Kulit lecet Salah pemotongan Keterse- diaan es curai Duri tertinggal Masih terdapat belly Kotoran dan lendir masih melekat Sisik masih menempel Kontami -nasi dan dehidrasi produk Tidak rapi Penyusunan dalam pan discoloration Pembekuan lambat Pemberian label Brownish and Greenish meat Waktu beku 15 jam Pelabelan Standar mutu perusahaan Logam Pemberian warna crayon Pengeluaran barang Suhu cold storage Kekurangan es curai Bahan baku terdekomposisi 84 Setelah diketahui akar penyebab dari masalah melalui fishbone diagram, maka dapat ditentukan titik kritis permasalahan dari produksi fish fillet. CTQ tersebut ialah bahan baku utama, penunjang bahan baku utama, peralatan dan petugas. 1. Bahan baku utama Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan segar dari berbagai jenis spesies dan ukuran. Kualitas mutu ikan harus senantiasa dijaga kesegarannya mulai dari penangkapan, pengangkutan dari kapal sampai dengan pendistribusian bahan baku ke perusahaan. Masalah yang sering terjadi di lapangan adalah para petugas pengangkut ikan atau para anak buah kapal memindahkan ikan dengan cara melempar ikan dari kapal ke tempat pendaratan atau bak-bak penampung ikan. Proses penanganan di kapal pun terjadi sangat cepat. Begitu juga pada proses pengolahan fish fillet, ikan dipindahkan dari satu meja kerja ke meja kerja yang lain yang terlebih dahulu ditampung di bak penampung ikan. Oleh karena sifat ikan yang tidak tahan lama maka dibutuhkan proses penanganan yang cepat. Namun bila tidak didukung unsur kehati-hatian maka akan menyebabkan daging ikan menjadi memar, sehingga akan mengurangi nilai jual dari ikan tersebut. Penanganan yang tidak tepat pun dapat menumbuhkembangkan bakteri sehingga menyebabkan daging ikan berwarna kecoklatan atau kehijauan. 2. Penunjang bahan baku utama Bahan baku tambahan yang sama pentingnya adalah air, es dan klorin. Air digunakan untuk keperluan perendaman dan pencucian bahan baku serta peralatan produksi. Air yang digunakan dalam proses produksi adalah air yang layak minum Es juga merupakan unsur yang sangat vital dalam menjaga kesegaran dan suhu ikan. Kesalahan yang terjadi pada proses poduksi adalah kurangnya ketersediaan air dan atau es pada bak-bak penampung sehingga dapat meningkatkan suhu daging ikan. Es dan air dibutuhkan hampir pada setiap proses pembuatan fish fillet , sehingga suhu ikan dapat tetap terjaga rendah yaitu dibawah -5ºC. Klorin merupakan disenfektan yang digunakan untuk menginaktifkan organisme bakteri dan virus patogenik yang dapat dipindahkan melalui air. Kandungan klorin yang berlebihan dapat mengurangi rasa khas fillet ikan. Hal ini tidak terlepas dari pengawasan petugas yang mengontrol ketersediaan air, es dan kandungan klorin. 3. Peralatan Peralatan merupakan suatu media yang digunakan untuk mencapai tujuan atau berfungsi sebagai fasilitator dalam memproduksi fish fillet. Oleh karena itu, peralatan produksi memegang peran yang sangat penting bagi kesuksesan kinerja divisi produksi bagian fish fillet sehingga sanitasi dan kehigienisannya perlu untuk dipelihara. Yang menjadi permasalahan adalah terkadang peralatan digunakan melebihi batas waktu layak pakainya. 4. Petugas Petugas memiliki peran dalam mempengaruhi produktivitas dan kualitas fish fillet . Hasil akhir produk yang sesuai dengan standar mutu perusahaan dihasilkan dari proses-proses yang tepat dan cermat yang dikerjakan oleh petugas- petugas pada bagian dan fungsinya masing-masing. Masalah yang sering terjadi pada proses produksi adalah petugas kecerobohan petugas dalam menggunakan peralatan dan perlakuan terhadap bahan baku sehingga dapat mempengaruhi kualitas fish fillet. Petugas dapat saja lalai dari tugas dan tanggung jawabnya seperti pengecekan terhadap ketersediaan es, perlakuan terhadap ikan yang dipindahkan dari meja kerja ke bak penampung, kesalahan dalam pemotongan fillet, penentuan penyusunan fillet, pemberian warna crayon pada master carton, pengeluaran barang dari cold storage dan beberapa kesalahan lain yang bersifat teknis dan human error. Ini berarti petugas dapat menjadi vektor dari berbagai kerusakan dan atau keberhasilan yang terjadi.

5.10 Tahap Perbaikan Improve