Bahan Baku Bahan pengemas

sebesar 2,39 di tahun 2004 untuk kembali menurun pada tahun 2005 menjadi 9.754 ton atau 11,21 dari permintaan tahun sebelumnya. Berfluktuatifnya perkembangan permintaan produk olahan ini disebabkan oleh selera dan preferensi konsumen yang berbeda-beda. Kakap Merah merupakan salah satu dari beberapa jenis ikan yang termasuk dalam komoditi fish fillet. Selain Kakap Merah dengan jumlah pasokan suplai paling banyak, beberapa jenis ikan lainnya pun banyak dipasok untuk produksi fish fillet sehingga fish fillet menjadi komoditi dengan total pemasukan raw material tertinggi. Pada Tabel 6 total pemasukkan raw material selama periode Januari 2003 sampai dengan Juli 2005 terdapat 31.782,46 ton diantaranya suplai raw material untuk komoditi fish fillet atau sebanyak 69,98 dari 45.415,80 ton. Tabel 6. Total Pemasukkan Raw Material dalam ton di PT DSFI Tbk Tahun 2003 - Juli 2005 Konsolidasi 2003 2004 Juli 2005 Jumlah Fish fillet 10.080,31 13.566,53 8.135,62 31.782,46 69,98 Tuna 1.227,50 995,89 879,02 3.102,41 6,83 Lobster 99,03 54,57 16,88 170,48 0,38 Cuttle Fish 646,45 602,88 278,43 1.527,76 3,36 Swimming Crab 425,95 527,95 148,76 1.102,66 2,43 Cakalang 1.954,39 1.183,06 - 3.137,45 6,91 Octopus 1.589,45 1.974,09 696,84 4.260,38 9,38 Udang 248,26 49,28 34,66 332,20 0,73 Total 16.271,34 18.954,25 10.190,21 45.415,80 100,00 Sumber : Laporan Divisi Keuangan Tahun 2003 – Juli 2005

5.6.3 Bahan Baku

Bahan baku utama yang diterima berasal dari tempat-tempat pendaratan ikan pelabuhan di sepanjang Pulau Jawa seperti Jakarta, Cirebon, Jepara, Juwana, Lamongan, Gresik, Surabaya, dan lain-lain. Sistem yang digunakan dalam penerimaan bahan baku adalah sistem pemasok. Syarat utama pembelian perusahaan untuk dapat menghasilkan produk fillet dengan mutu baik dan sesuai dengan permintaan pihak pembeli buyer adalah ikan yang diterima harus dalam keadaan segar dan utuh. Artinya suhu bahan baku harus dipertahankan agar tetap rendah di bawah 5ºC. Selain dari pemasok, perusahaan juga mendatangkan bahan baku dari cabang perusahaan yang berada di Kendari. Pengangkutan bahan baku dari pemasok ke perusahaan menggunakan kendaraan dengan mesin pendingin mini thermoking yang berfungsi mempertahankan suhu bahan baku agar tetap rendah. Adapun pemasok yang menggunakan armada sendiri seperti truck dan pick up. Para pemasok menempatkan bahan baku dalam wadah-wadah yang memiliki daya insulasi tinggi seperti box fiber, sterofoam dan lain-lain. Bahan baku dikemas dengan menggunakan media pendingin berupa es curai. Ada juga pemasok yang hanya menggunakan terpal plastik untuk mengirim bahan baku, dimana ikan dan es disusun berlapis dalam bak mobil lalu ditutup dengan terpal palstik. Metode pengepakan seperti ini biasanya dilakukan oleh para pemasok yang jarak tempuhnya sampai ke perusahaan tidak terlalu lama kurang dari 1 jam. Ruang penerimaan dan sortasi bahan baku tidak berhubungan langsung dengan tempat pembongkaran ikan. Dinding penerimaan dan sortasi bahan baku dilengkapi jendela tempat memasukkan bahan baku. Jendela tersebut dilengkapi tirai plastik untuk meminimalkan kontaminasi dari lingkungan luar. Bahan baku disortasi di atas meja sortasi. Bahan baku yang diterima, disortasi secara organoleptik lalu dipisahkan berdasarkan kriteria ukuran berat dan mutu. Ikan yang tidak memenuhi persyaratan, baik mutu ataupun ukuran akan ditolak dan dikembalikan pada pemasok. Adapun kriteria bahan baku untuk pembuatan fillet yang ditetapkan perusahaan berdasarkan ukuran berat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kriteria Ukuran Bahan Baku pada PT DSFI Tbk Tahun 2004 – Juni 2005 Ukuran Size Berat Weight Al Large As Small B C D BS Bellow Standar 2,50 Kg – Up 1,50 Kg – 2,49 Kg 1,00 Kg – 1,49 Kg 0,50 Kg – 0,99 Kg 0,35 Kg – 0,49 Kg Tidak ditentukan Sumber : Laporan Divisi Produksi 2005 Sortasi dilakukan oleh pegawai yang telah berpengalaman secara teliti. Apabila dalam sortasi bahan baku diperoleh ikan yang dianggap ragu-ragu antara diterima ataupun ditolak, karena walaupun terlihat seperti mutu BS tetapi masih memiliki beberapa ciri mutu baik, maka ikan disayat mulai dari belakang kepala menuju ekor, sejajar tulang belakang sepanjang sirip punggung dorsal. Perlakuan ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah terdapat bercak putih seperti panu milky white spot pada daging, daging yang berwarna kehijauan greenish meet ataupun bau yang menusuk. Apabila diperoleh salah satu dari hal di atas maka ikan dinyatakan BS dan dikembalikan kepada pemasok, sedangkan jika tidak diperoleh ketiga hal seperti di atas, maka ikan diterima untuk diproses lebih lanjut. Tabel 8. Kriteria Mutu Organoleptik Bahan Baku Tingkatan Mutu Ciri Mutu Baik • Mata jernih dan masih menonjol • Sisik melekat kuat • Warna tubuh tidak pucat cemerlang • Warna insang merah • Bau khas ikan segar • Daging kenyal elastis bila ditekan dengan jari akan kembali pada keadaan semula • Lendir sedikit dan rupa lendir cemerlang • Tidak ada kerusakan fisik BS Below Standar • Mata redup dan masuk ke dalam • Sisik mudah lepas • Insang berwarna coklat hingga kekuningan • Bau busuk yang menusuk • Daging lunak • Terdapat bercak putih seperti panu milky white spot pada daging • Daging yang berwarna kehijauan greenish meat • Warna tubuh pucat dan tidak menarik • Terdapat kerusakan cacat fisik Sumber : Laporan Divisi Produksi 2005

5.6.4 Bahan Pembantu