Harga Beras Tingkat Pengecer

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERBERASAN TERHADAP TUJUAN KEBIJAKAN DAN KESEJAHTERAAN

7.1 Validasi Model

Simulasi kebijakan bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan dengan cara merubah nilai peubah kebijakan. Sebelum model disimulasi terlebih dahulu dilakukan validasi model untuk melihat apakah nilai dugaan sesuai dengan nilai aktual masing-masing peubah endogen Pindyck dan Rubinfeld. 1991. Indikator validasi statistik yang digunakan yaitu Root Mean Square Percent Errror RMSPE untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya selama periode pengamatan atau dengan kata lain seberapa jauh penyimpangannya dalam ukuran persen. Tabel 56 menunjukkan delapan persamaan dalam model mempunyai nilai RMSPE lebih kecil dari 10 persen. yaitu produktifitas, persediaan akhir beras pemerintah, harga gabah kering panen, penerimaan petani, kadar air gabah kering panen, harga pupuk NPK, penerimaan petani, index harga dibayar petani, harga beras di pengecer, dan harga beras pembelian pemerintah dari Bulog. Persamaan persediaan beras Bulog dan jumlah permintaan beras mempunyai RMSPE lebih kecil dari 20 persen, sedangkan persamaan luas areal panen, jumlah produksi padi, produksi beras, jumlah beras untuk benih dan susut, persediaan beras masyarakat, persediaan beras domestik dan persediaan akhir beras Bulog mempunyai nilai RMSPE antara 20-100 persen. Enam persamaan lainnya seperti surplus beras, penyaluran beras Bulog, penyaluran beras pemerintah, penyaluran Raskin, nilai tukar petani padi dan indeks diterima petani padi mempunyai RMSPE lebih besar dari 100 persen. Berdasarkan kriteria nilai U-Theil’s terdapat 23 persamaan 93 persen mempunyai nilai U lebih kecil dari 0.30. dan tiga persamaan mempunyai nilai U lebih besar dari 0.30. Nilai U yang lebih besar dari 0.30 dijumpai pada persamaan pengadaan beras Bulog, penyaluran beras pemerintah, dan jumlah beras impor dengan nilai U masing-masing 0.3671, 0.5491 dan 0.5649. Nilai U-Theil’s pada persamaan pengadaan beras Bulog, penyaluran beras pemerintah, dan jumlah beras impor tidak terjadi bias sistematik sebab nilai U M mendekati nol, 0.00, 0.04 dan 0.09. Informasi dari Tabel 56: 1 proporsi bias U M menunjukkan kesalahan sistematis karena mengukur tingkat penyimpangan nilai rata-rata dugaan dengan nilai rata-rata pengamatan semua nya mendekati nol kecuali persamaan harga beras pengecer, dan harga beras pembelian pemerintah dari Bulog, masing-masing 0.66 dan 0.44, 2 bias kemiringan regresi U R yang menunjukkan perbedaan sudut regresi dari pengamatan dugaan dimana semakin kecil U R semakin baik. Semua nilai U R mendekati nol, kecuali penerimaan petani, jumlah beras impor, dan harga beras pengecer, masing-masing 0.14, 0.12 dan 0.11, dan 3 nilai U D diharapkan memiliki nilai semakin besar mendekati 1.00 kecuali harga beras pengecer dan harga beras pembelian pemerintah dari Bulog, masing-masing 0.22 dan 0.56. Namun demikian, jika dilihat secara keseluruhan. model ini cukup baik digunakan sebagai model pendugaan. Dengan demikian. model struktural kebijakan perberasan dapat digunakan untuk melakukan analisis simulasi kebijakan. Menurut Pindyck dan Rubinfeld 1991, horison waktu simulasi terdiri dari backcasting. ex-post simulation or historical simulation. ex-post forecast dan ex-ante forecast. Tabel 56. Hasil Pengujian Daya Prediksi Model Analisis Kebijakan Perberasan Periode Bulan Maret 2005-September 2009 No Peubah Variabel RMS PE U M U R U D U 1 LAPT Luas Areal Panen 86.0442 0.00 0.00 1.00 0.2462 2 YPIT Produktifitas 1..6997 0.09 0.00 0.91 0.0083 3 QPIT Produksi Padi 87.9375 0.00 0.00 1.00 0.2466 4 QBIT Produksi Beras 87.9375 0.00 0.00 1.00 0.2466 5 QBLD Beras BenihSusut 87.9375 0.00 0.00 1.00 0.2466 6 QCBD Persediaan Beras Masyarakat 87.9375 0.00 0.00 1.00 0.2466 7 QMBT Jumlah Beras Impor . 0.09 0.12 0.79 0.5649 8 QBBT Pengadaan Beras Bulog . 0.00 0.09 0.91 0.3671 9 QCBB Persediaan Beras Bulog 16.2775 0.05 0.00 0.95 0.0674 10 QCBN Persediaan Beras Domestik 47.0645 0.00 0.00 0.99 0.1691 11 QDBT Jumlah Permintaan Beras 11.8951 0.04 0.00 0.96 0.0539 12 SDBI Surplus Beras 1 011.5 0.00 0.00 1.00 0.2845 13 STOB Penyaluran Beras Bulog 182.9 0.01 0.00 0.98 0.1324 14 STBF Persediaan Akhir Beras Bulog 20.1165 0.07 0.02 0.91 0.0735 15 DCBP Penyaluran Beras Pemerintah 1 356.0 0.04 0.00 0.96 0.5491 16 STGF Persediaan Akhir Beras Pemerintah 6.7846 0.04 0.01 0.95 0.0260 17 RAST Penyaluran Raskin 423.0 0.00 0.01 0.99 0.1255 18 HGKPR Harga Gabah Kering Panen 6.5223 0.00 0.10 0.90 0.0355 19 TRFT Penerimaan Petani 6.0677 0.01 0.14 0.85 0.0319 20 KAGP Kadar Air Gabah Kering Panen 3.2173 0.00 0.00 1.00 0.0160 21 HPNPR Harga Pupuk NPK 6.3382 0.00 0.01 0.99 0.0303 22 NTPP Nilai Tukar Petani Padi 147.9 0.00 0.02 0.98 0.0642 23 IT Indeks Diterima Petani Padi 146.2 0.00 0.03 0.97 0.0581 24 IB Indeks Dibayar Petani padi 2.0969 0.03 0.09 0.88 0.0101 25 HBRTR Harga Beras Pengecer 6.1703 0.66 0.11 0.22 0.0329 26 HPGBR Harga Beras Pembelian Pemerintah dari Bulog 4.6094 0.44 0.00 0.56 0.0234 Simulasi yang dilakukan yaitu ex-post simulation or historical simulation. dimana periode T 1 dan T 2 merupakan batas waktu dari model yang dihitung dengan data yang ada. Nilai historical series yang dimulai tahun T 1 merupakan kondisi awal peubah endogen. dan berakhir pada tahun T 2 digunakan untuk peubah eksogen. Ex-post simulation or historical simulation digunakan untuk analisis kebijakan yang mempelajari bagaimana peubah endogen akan bereaksi dengan adanya perubahan pada peubah kebijakan sebagai peubah eksogen. Simulasi historis dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian ketiga. Pengukuran dampak setiap simulasi meliputi perubahan persentase peubah-peubah endogen dalam model dan perubahan nilai kesejahteraan pelaku ekonomi. Analisis dampak kebijakan perberasan terhadap tujuan kebijakan perberasan dan kesejahteraan terdiri dari tiga bagian. Pertama, menganalisis dampak kebijakan harga output dan kebijakan pupuk bersubsidi terhadap tujuan kebijakan perberasan. Skenario simulasi yaitu menganalisis dampak kebijakan tunggal terhadap tujuan kebijakan perberasan. Kebijakan tunggal diwakili kebijakan harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering panen dan kebijakan pupuk bersubsidi, yang terdiri dari kebijakan Harga Eceran Tertinggi pupuk NPK dan realisasi penyaluran pupuk NPK. Kedua, menganalisis dampak kombinasi kebijakan harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering panen, Harga Eceran Tertinggi pupuk NPK, realisasi penyaluran pupuk NPK, harga beras pembelian pemerintah dari Bulog dan jumlah rumah tangga penerima Raskin terhadap tujuan kebijakan perberasan. Ketiga, menganalisis dampak kebijakan tunggal dan kombinasi kebijakan terhadap kesejahteraan. Kebijakan tunggal yaitu harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering panen, Harga Eceran Tertinggi pupuk NPK dan realisasi penyaluran pupuk NPK. Kombinasi kebijakan terdiri dari. Kebijakan tunggal dengan harga beras pembelian pemerintah dari Bulog dan jumlah rumah tangga penerima Raskin terhadap kesejahteraan. Nilai kesejahteraan yang dihitung yaitu surplus produsen padi dan surplus konsumen beras.