Jumlah Permintaan Beras HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMETRIKA 6.1 Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model Ekonometrika

dengan nol. Penyaluran beras oleh pemerintah merupakan penjumlahan beras untuk kegiatan Operasi Pasar Murni OPM dan bantuan beras untuk bencana alam dan kondisi gawat darurat. Hasil yang serupa ditunjukkan oleh penelitian Suparmin 2005 yang menemukan bahwa paa rezim Orde Baru 1975-1988 terdapat pengaruh yang nyata antara harga beras terhadap jumlah beras untuk operasi pasar murni. Hal ini mengindikasikan bahwa Bulog melakukan Operasi Pasar Murni bila ada sinyal kenaikan harga beras di konsumen. Tabel 47. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyaluran Beras Pemerintah PersamaanPeubah Variabel Koefisien Nilai t ESR ELR Intercept -48.6021 -1.19 Harga Beras di Pengecer HBRTR 0.009737 1.16D 4.835 8.447 Dummy Variabel D 15.92033 2.78A 0.623 1.088 Lag Penyaluran Beras Pemerintah LDCBP 0.427531 3.59A Keterangan : A nyata pada α= 1; D nyata pada α= 15; Nilai h = 2.088 Jumlah penyaluran beras pemerintah responsif dengan harga beras di pengecer baik jangka pendek dan jangka panjang, dengan elastisitas jangka pendek 4.835 dan 8.447 dalam jangka panjang, ditunjukkan pada Tabel 47. Artinya kenaikan harga beras di pengecer satu persen menyebabkan jumlah penyaluran beras pemerintah naik 4.835 persen dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang naik 8.447 persen. Jadi peningkatan harga beras di pengecer berdampak besar terhadap penyaluran beras pemerintah dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dummy variabel berhubungan positif dengan jumlah penyaluran beras pemerintah tetapi secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Jumlah penyaluran beras pemerintah tidak responsif dengan dummy variabel dengan elastisitas jangka pendek 0.623 tetapi responsif dalam jangka panjang dengan elastisitas jangka panjangnya 1.088, seperti ditunjukkan pada Tabel 55. Artinya kenaikan dummy variabel satu persen menyebabkan jumlah penyaluran beras pemerintah naik 0.623 persen dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang 1.088 persen. Jadi peningkatan dummy variabel berdampak kecil terhadap perubahan jumlah penyaluran beras pemerintah dalam jangka pendek tetapi berdampak besar dalam jangka panjang. Nilai parameter peubah bedakala DCBP 0.427531 dan berbeda nyata dengan nol artinya nilai koefisien penyesuaiannya mendekati nol, artinya. Hal ini menunjukkan terdapat tenggang waktu yang lebih cepat untuk menyesuaikan diri bagi DCBP di wilayah penelitian dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada kebijakan perberasan.

6.17 Persediaan Akhir Beras Pemrintah

Persediaan akhir beras pemerintah merupakan persamaan identitas: STGF = QCBG - DCBP Persediaan akhir beras pemerintah naik, yaitu: 1 cadangan beras pemerintah pada periode tertentu tidak berubah sedangkan penyaluran beras pemerintah tidak naik, karena harga beras pengecer stabil, 2 kenaikan cadangan beras pemerintah lebih besar dari kenaikan penyaluran beras pemerintah, dan 3 penurunan cadangan beras pemerintah lebih kecil dari penurunan penyaluran beras pemerintah.

6.18 Penyaluran Beras Raskin

Koefisien determinasi R 2 sebesar 0.71927, berarti hanya 28.073 persen keragaman dalam variabel jumlah penyaluran beras Raskin yang tidak mampu dijelaskan oleh keenam variabel penjelas yang ada. Uji F statistiknya adalah 20.07 berbeda nyata dengan nol pada pada α satu persen, berarti peubah penjelas dari persamaan penyaluran Raskin secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik penyaluran beras raskin. Jumlah rumah tangga penerima raskin berhubungan positip dengan penyaluran beras Raskin dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Sebelum harga dirilkan, penyaluran beras raskin tidak responsif dengan jumlah rumah tangga penerima raskin baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dengan elastisitas jangka pendek 0.103 dan jangka panjangnya 0.121. Setelah harga dirilkan, penyaluran beras raskin tidak responsif dengan jumlah rumah tangga penerima raskin baik dalam jangka pendek tetapi responsif dalam jangka panjang dengan elastisitas jangka pendek 0.819 dan jangka panjang 1.045, artinya kenaikan jumlah rumah tangga penerima raskin satu persen menyebabkan kenaikan penyaluran beras raskin 0.819 dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang naik 1.045 persen. Jadi jumlah rumah tangga penerima raskin berdampak besar terhadap perubahan penyaluran beras raskin baik dalam jangka pendek elastisitas mendekati satu maupun jangka panjang. Jumlah penduduk miskin Indonesia berhubungan negatif dengan penyaluran beras Raskin, dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Penyaluran beras raskin responsif dengan jumlah penduduk miskin baik jangka pendek maupun jangka panjang, dengan elastisitas jangka pendek -1.084 dan jangka panjangnya -2.302, artinya kenaikan jumlah penduduk miskin satu persen menyebabkan penurunan penyaluran beras raskin 1.084 persen dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang 2.302 persen, dengan asumsi jumlah penyaluran beras Raskin yang sudah ditetapkan oleh pemerintah tetap setiap bulannya. Jadi peningkatan jumlah penduduk miskin berdampak besar terhadap perubahan penyaluran beras raskin baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 48. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyaluran Beras Untuk Masyarakat Miskin PersamaanPeubah Variabel Koefisien Nilai t ESR ELR Intercept 414.7339 2.16 Jumlah RT Penerima Raskin RTRA 0.011146 5.07A 0.819 1.045 Jumlah Penduduk Miskin Indonesia JPMT -9.61143 - 1.93B -1.804 - 2.302 Tingkat Inflasi INFT 5.774570 1.01E 0.022 0.028 Pengadaan Beras oleh Bulog QBBT 0.049108 1.28D 0.052 0.066 Penerimaan Petani TRFT -0.00790 -1.06D -0.446 - 0.569 Lag Penyaluran Raskin LRAST 0.216435 2.01B Keterangan : A nyata pada α= 1; B nyata pada α = 5; D nyata pada α = 15 ; persen; E nyata pada α = 20; Nilai h = 2.711 Tingkat inflasi berhubungan positip dengan penyaluran beras Raskin dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Penyaluran raskin tidak responsif dengan tingkat inflasi dengan elastisitas jangka pendek 0.022 dan jangka panjangnya 0.028, artinya kenaikan tingkat inflasi satu persen menyebabkan penyaluran raskin naik 0.022 persen dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang 0.028 persen. Jadi peningkatan tingkat inflasi berdampak kecil terhadap perubahan penyaluran beras raskin Pengadaan beras Bulog berhubungan positip dengan penyaluran beras Raskin dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Penyaluran beras raskin tidak responsif dengan pengadaan beras Bulog dengan elastisitas jangka pendek 0.052 dan jangka panjangnya 0.066. Artinya