Pergerakan harga gabah antar musim terganggu lagi, pada 2002 dan 2003, karena adanya serbuan impor masing-masing sebesar 42 persen dan 11 persen.
Impor beras ternyata banyak masuk dalam bulan-bulan di mana masih panen yaitu di MPG, padahal pada periode itu suplai beras dalam negeri masih tinggi.
Hal ini menyebabkan bertambahnya suplai dan stok berlebih, sehingga telah mendorong harga tertekan di MP. Kasus kejatuhan harga gabah juga meluas
dalam periode itu. Pada waktu itu, kejatuhan harga di MP masing-masing 13 persen dan 42 persen.
Tabel 9 menunjukkan jumlah variabel penjelas yang mempengaruhi impor beras terdapat 14 variabel, tetapi hanya ada satu yang mewakili instrumen
kebijakan yaitu stok beras. Inpres No 9 tahun 2001 merupakan Inpres yang secara exsplist menyebutkan kebijakan perberasan. Sejak dikeluarkannya kebijakan
tersebut per 31 Desember 2001, diktum keempat menyebutkan kebijakan impor beras dalam rangka memberikan perlindungan kepada petani dan konsumen.
2.11. Stok Beras
Inpres No 2 tahun 2005 secara eksplisit menyebutkan perlunya pengadaan untuk cadangan beras pemerintah dengan mengutamakan pengadaan beras yang
berasal dari gabah petani dalam negeri. Diktum keenam tersebut mengindikasikan pentingnya stok beras. Peubah penjelas seperti harga beras domestik dan jumlah
impor merupakan peubah penjelas utama dalam menjelaskan keragaman stok beras. Dari sembilan studi terdahulu, Maulana 1998 menggunakan marjin
pemasaran beras sebagai peubah penjelas sedangkan Kusumaningrum 2008, menggunakan peubah penjelas pelepasanpenyaluran beras dalam menjelaskan
peubah endogen.
Cadangan beras pemerintah digunakan untuk penyediaan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan. Tabel 10
menunjukkan variabel penjelas yang mewakili instrumen kebijakan perberasan yaitu impor beras, jumlah pelepasanpenyaluran beras, dan operasi pasar Bulog.
Tabel 10.Variabel Penjelas yang Mempengaruhi Stok Beras Pada Persamaan Simultan
No Variabel Penjelas
P
1
P
2
P
3
P
4
P
7
P
8
P
9
1 Harga Beras Domestik
Rpkg Rpkg
Rpkg Rpkg
Rpkg Rpkg Rpkg 2
Jumlah Impor 000 ton
000 ton 000 ton
000 ton 000 ton
000 ton Kg
3 Jumlah Pengadaan
GabahBeras 000 ton
000 ton 4
PelepasanPenyaluran Beras
000 ton 000 ton
Kg 5
Produksi Beras 000 ton
000 ton 000 ton
000 ton 6
Trend Perubahan Stock Ts
Ts Ts
7 Tingkat Bunga
Pinjaman Bulog 8
Operasi Pasar Bulog Kg
9 Marjin Pemasaran
Beras Rpkg
10 Lag Stok Beras
000 ton 000 ton
000 ton 000 ton
000 ton 000 ton
Kg Jumlah
variabel 5 7 6
4 5 4 5
Keterangan : P
1
= Hutauruk 1996; P
2
= Mulyana 1998; P
3
= Sitepu 2002; P
4
= Hutauruk dan Sembiring 2002; P
5
= Ritonga 2004; P
6
= Sugiyono 2005; P
7
= Sembiring 2007; P
8
= Sembiring et al 2008 dan P
9
= Kusumaningrum 2008.
2.12 Permintaan Beras
Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah variabel penjelas yang mempengaruhi permintaan beras terdapat 13 variabel. Variabel penjelas yang
mempengaruhi permintaan beras yaitu harga beras, harga subtitusi, penduduk, pendapatan per kapita, pendapatan penduduk, rata-rata pengeluaran per kapita
untuk makanan, trend waktu, indeks harga konsumen, penawaran agregat dan lag permintaan beras. Tabel 8 menunjukkan bahwa meskipun ditemukan variabel
penjelas yang sama tetapi satuan harga yang digunakan berbeda. Perbedaan tersebut dijumpai pada studi yang dilakukan Hutauruk 1996 menggunakan harga
beras kualitas medium; Mulyana 1998 menggunakan harga beras tingkat konsumen domestik dan Sugiyono 2005 menggunakan harga beras di tingkat
pedagang besar. Timmer dan Alderman 1979 juga melakukan pendugaan elastisitas
pendapatan dan harga dengan menggunakan model log dengan variabel boneka propinsi, putaran, pedesaan-kota, dan interaksi antar variabel tertentu. Bentuk
linier maupun kuadratik telah digunakan dengan memanfaatkan data Susenas 1976 dengan tiga kali putarannya.
Tabel 11.Variabel Penjelas yang Mempengaruhi Permintaan Beras Pada Persamaan Simultan
No Variabel Penjelas
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5
P
6
P
7
P
8
P
9
1 Harga Beras
Eceran Rpkg
Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rp
kg Rp
kg Rp
kg 2 Harga
Jagung Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rpkg Rp
kg 3
Harga Ubi Kayu
Rpkg 4
Persentase Penduduk
Kota 5
Rasio Penduduk
Kota dan Desa orang
orang 6
Pendapatan Per Kapita
Rp kapita
Rp kapita
Rp kapita
7 Pendapatan
Penduduk Rp
8 Jumlah
Penduduk 000
orang Juta
orang Juta
orang orang 000
orang 000
orang Jiwa
9 Pengeluaran
Kapita untuk Makanan
Rp kapita
10 Trend
Waktu T T
11 Indeks Harga
Konsumen IHK
IHK 12 Penawaran
Agregat Rp
13 Lag Permintaan
Beras √
√ √
√ √
√ √
√ √
Jumlah variabel
6 7 7 4 6 4 5 5
6
Keterangan : P
1
= Hutauruk 1996; P
2
= Mulyana 1998; P
3
= Sitepu 2002; P
4
= Hutauruk dan Sembiring 2002; P
5
= Ritonga 2004; P
6
= Sugiyono 2005; P
7
= Sembiring 2007; P
8
= Sembiring et al 2008 dan P
9
= Kusumaningrum 2008
Studi pada Tabel 11 menunjukkan bahwa variabel penjelas utama yang mempengaruhi permintaan beras yaitu harga beras eceran, harga jagung, jumlah
penduduk, dan lag permintaan beras. Variabel penjelas yang berbeda diantara studi terhadap permintaan beras yaitu harga subtitusi beras, harga ubi kayu
Hutauruk dan Sembiring, 2002, rata-rata pengeluaran per kapita untuk makanan Ritonga, 2004, penawaran agregat Sugiyono, 2005 dan pendapatan penduduk
Indonesia Kusumaningrum 2008. Model empirik Timmer dan Alderman 1979, yaitu log konsumsi per
kapita dalam kg per minggu untuk tiap kelas pendapatan, propinsi dan perkotaan atau pedesaan dipengaruhi oleh perpotongan spesifik kelas pendapatan, log rata –
rata pengeluaran total untuk tiap sel pengamatan, log harga sendiri dari komoditi untuk pengamatan, log harga silang, dan variabel boneka nol.
Apabila studi Mears et al 1981 dalam Sastrohoetomo 1984 variabel harga tidak tercakup, maka pada studi Squire 1981 dalam Sastrohoetomo 1984
variabel ini tercakup. Dengan menggunakan variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga, Squire 1981 telah menggunakan Produk Domestik Bruto PDB
sebagai proxy dari pendapatan. Model Squire 1981 yaitu log konsumsipersediaan beras per kapita dipengaruhi oleh log PDB per kapita yang
dideflasi dengan Indeks Harga Barang Bukan Makanan, log harga bahan makanan ke-i, dimana bahan makanan yang dimasukkan adalah beras, ubi kayu, ubi jalar,
jagung dan terigu log konsumsi per kapita, dan lag konsumsi beras tahun sebelumnya.
Model pendugaan Sastrohoetomo 1984 untuk permintaan beras dipengaruhi harga beras rata-rata bulanan dalam musim yang bersangkutan
dideflasi dengan Indeks Harga Konsumen IHK dalam rupiah per kg, pendapatanpengeluaran per kapita sebulan, kwadrat dari pendapatanpengeluaran
per kapita sebulan untuk bisa menangkap efek Engel. Dalam studi tersebut didefinisikan 1 konsumsi per kapita sebulan musiman adalah produksi bersih
satu musim ditambah beras impor yang tersalur dalam musim tersebut dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun dalam kg per kapita per bulan, 2 harga
dasar digunakan sebagai proxy harga musim kemarau pasar panen dan harga atap untuk musim hujan paceklik, dan 3 pendapatanpengeluaran per kapita
sebulan yaitu pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan PDB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun dan dibagi lagi dengan duabelas.
2.13 Stabilisasi Harga