Kebijakan Impor Beras Implementasi Kebijakan Perberasan Tingkat Nasional .1 Kebijakan Perbenihan

dari HPGG, dan 3 slope kurva HBRT dan HPPB positip, sedangkan HBRT lebih tinggi dari HPPB, baik pada MR, MG dan MP. Sumber: Perum Bulog dan Badan Pusat Statistik, Maret 2005-September 2009 Gambar 52. Perkembangan Pengadaan dan Penyaluran Beras Harga Gabah Kering Panen HGKP pada Musim Panen Raya MR lebih rendah dibandingkan dengan HGKP pada Musim Panen Gadu MPG dan MP. Harga GKP pada MR5 Rp 1 407.55 per kg lebih rendah dari harga GKP MG5 Rp 1 542.45 per kg dan MP5 Rp 1 864.83 per kg. Kondisi yang sama juga terjadi pada HGKG, dimana HGKG pada MP lebih tinggi dari MG dan MR. Sebagai contoh, HGKG pada MP8 Rp 2 988.52 per kg lebih tinggi dari MG8 Rp 2 887.87 per kg dan MR8 sebesar Rp 2 711.72 per kg. Slope kurva HGKP dan HGKG yang positif mengindikasikan bahwa harga gabah pada MP lebih tinggi dari MG dan MR, demikian juga pada HBRT. Slope kurva HPGP, HPGG dan HPPB juga positif karena kebijakan pemerintah melalui Inpres tentang Kebijakan perberasan yang menetapkan kenaikan HPP. Sumber: Badan Pusat Statistik, Maret 2005-September 2009 Gambar 53. Perkembangan Sumbangan Inflasi Beras Kenaikan harga beras mendorong terjadinya kenaikan harga-harga umum, yang ditunjukkan dengan adanya sumbangan beras terhadap inflasi kurva INFB. Slope kurva INFB sangat fluktuatif mengindikasikan bahwa besarnya sumbangan beras terhadap inflasi pada setiap musim tanam sangat bervariasi, kecuali pada MG8, seperti ditunjukkan pada Gambar 53. Dalam kurun waktu lima tahun, kenaikan harga beras tidak hanya mendorong terjadinya inflasi tetapi juga deflasi, seperti yang ditunjukkan pada tiga Musim Panen Raya, yaitu MR5, MR7 dan MR8. Pola pergerakan kurva INFB tidak terlepas dari perubahan musim panen, dengan kata lain, INFB MP lebih tinggi dari INFB MG dan MR. Gejala tersebut karena pada MP terjadi kenaikan harga gabah diikuti dengan kenaikan harga beras di tingkat pedagang pengecer yang mendorong kenaikan harga-harga umum atau inflasi. Sumber: Perum Bulog Maret 2005-September 2009 Gambar 54. Perkembangan Pengadaan dan Penyaluran Beras Slope kurva pengadaan beras oleh Bulog QBBT lebih fluktuatif dari kurva penyaluran beras pemerintah DCBP, penyaluran beras untuk masyarakat miskin RAST dan penyaluran bers oleh Bulog STOB. Slope kurva QBBT yang fluktuatif mengindikasikan jumlah pembeliaan gabahberas oleh Bulog sangat bervariasi pada setiap musim tanam, seperti ditunjukkan pada Gambar 54. Informasi perkembangan dan penyaluran beras dari Gambar 54: 1 jumlah pembelian gabahberas tertinggi pada MR9, 2 jumlah penyaluran beras pemerintah terbesar pada MR7, dan 3 jumlah penyaluran beras Bulog dan raskin tertinggi pada MG9. Informasi tersebut mengindikasikan bahwa ada hubungan penyaluran beras dengan jumlah pengadaan beras oleh Bulog.

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMETRIKA 6.1 Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model Ekonometrika

Lampiran 10 menunjukkan persamaan struktural yang memiliki nilai F statistik antara 1.41 – 10.00 yaitu jumlah permintaan beras, jumlah impor beras, kadar air gabah kering panen, dan luas areal panen, masing-masing 1.41, 3.01, 3.52, dan 4.76. Meskipun nilai F dari persamaan struktural jumlah permintaan beras impor lebih rendah dibandingkan dengan persamaan struktutral lainnya, tetapi ketiga peubah penjelas berbeda nyata dengan nol. Enam persamaan struktural yang memiliki nilai F antara 10 dan lebih kecil dari 100, yaitu penyaluran beras pemerintah, penyaluran beras Rakin, harga beras pembelian pemerintah dari Bulog, jumlah pengadan beras oleh Bulog, indeks diterima petani padi dan harga gabah kering panen masing-masing 12.51, 20.07, 25.81, 31.63, 33.62 dan 65.97. Sedangkan nilai F persamaan struktural lainnya yaitu persamaan struktural produktifitas, penyaluran beras Bulog, harga pupuk NPK, harga beras di pengecer, dan indeks dibayar petani padi, masing-masing 139.66, 140.22, 153.57, 178.32, dan 5872.14 Persamaan struktural yang memiliki nilai koefisien determinan dibawah 0.500 yaitu luas areal panen, kadar air gabah kering panen, penyaluran beras oleh Bulog, jumlah permintaan beras, jumlah beras impor dan penyaluran beras pemerintah, sedangkan sepuluh persamaan struktural lainnya memiliki koefisien determinan diatas 0.500 yaitu produktifitas padi, indeks diterima petani padi,indeks dibayar petani padi, harga pupuk NPK, harga gabah kering panen, harga beras pengecer, penyaluran beras Bulog, penyaluran beras Raskin, jumlah pengadaan beras oleh Bulog dan harga beras pembelian pemerintah dari Bulog.