6. Kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga pembelian pemerintah
terhadap gabah kering panen realisasi penyaluran pupuk NPK bersubsidi masing-masing 10 persen.
7. Kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga pembelian pemerintah
terhadap gabah kering panen, harga beras pembelian Bulog, harga eceran tertinggi pupuk NPK, realisasi penyaluran pupuk NPK dan jumlah rumah
tangga penerima Raskin masing-masing 10 persen. 8.
Kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering panen 15 persen sedangkan harga beras pembelian
Bulog, harga eceran tertinggi pupuk NPK, realisasi penyaluran pupuk NPK dan jumlah rumah tangga penerima Raskin masing-masing 10 persen.
4.9 Surplus Konsumen dan Produsen
Dalam studi ini, alternatif kebijakan untuk menghitung dan menganalisis kesejahteraan produsen dan konsumen diukur dengan surplus produsen dan
konsumen pada periode yang diciptakan, sehingga dampak kesejahteraan masyarakat merupakan indikator kebijakan terhadap penentuan arah kebijakan
akan dilakukan. Kesejahteraan bersih diperoleh dari selisih surplus produsen dengan surplus konsumen.
Dengan memperoleh surplus produsen dan konsumen akan diperoleh informasi apakah kebijakan perberasan bias kepada produsen atau konsumen.
Melalui persamaan 137 akan diperoleh surplus produsen padi, dan dengan membagi luas panen padi akan diperoleh surplus produsen padi per ha.
Dampak alternatif kebijakan perberasan terhadap perubahan kesejahteraan produsen dan konsumen dihitung berdasarkan rumus berikut Sinaga, 1989 dalam
Mulyana, 1998: 1.
Perubahan dalam Surplus Produsen Beras: QPITd HGKPs-HGKPd + 12 QPITs-QPITdHGKPs-HGKPd 135
2. Perubahan dalam Surplus Konsumen Beras:
QDBTdHBRTd-HBRTs+12QDBTs-QDBTdHBRTd-HBRTs 136 Dimana:
QPIT : Produksi Padi 000 Ton
QDBT : Jumlah Permintaan Beras 000 Ton
HGKP : Harga Gabah Kering Panen RpKg
HBRT : Harga Beras di Pengecer RpKg
d : Notasi pada nilai simulasi dasar
s : Notasi pada simulasi kebijakan
V. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERBERASAN 5.1 Implementasi Kebijakan Perberasan di Tingkat Petani: Kinerja dan
Perspektif Ke Depan
5.1.1 Karateristik Petani Padi Kecamatan Sei Rampah Tabel 19 menunjukkan karateristik petani berdasarkan luas lahan sawah
diusahai dari penjumlahan lahan sawah dimiliki dan disewa. Jumlah petani yang mengusahakan lahan sawah lebih besar dari satu hektar sekitar 43.33 persen dari
responden. Kenaikan umur diikuti dengan pengalaman petani dalam berusahatani. Petani pemilik lahan darat di desa Silau Rakyat dan Sungai Parit mengusahai
kebun kelapa sawit. Rata-rata luas lahan sawah disewa signifikan dengan lahan sawah dimiliki dan jumlah tanggungan keluarga, tetapi tidak signifikan dengan
tingkat pendidikan petani. Tabel 19. Karakteristik Kontak Tani di Kecamatan Sei Rampah Tahun 2009
No Karateristik Petani
Strata Luas Pengusaan Lahan Sawah Ha
Rataan 0.01-
0.50 0.51-
1.00 1.01-
1.50 1.51-
2.00 2.00
1 Umur Tahun
42.75 45.17 50.00 42.00 50.00 45.34
2 Pengalaman
Bertani Tahun
20.50 19.50 23.33 19.80 29.67 21.33 3
Lahan Sawah Dimiliki Ha 0.38
0.56 0.69
1.52 2.33
1.13 4
Lahan Padi Sawah Diusahai Ha 0.40
0.81 1.21
1.92 2.63
1.40 5
Lahan Sawah Disewa Ha 0.02
0.25 0.52
0.40 0.29
0.30 5
Lahan Darat Ha 0.20
0.21 0.16
0.12 1.05
0.18 6
Jumlah Tanggungan Orang 5.00
3.00 5.00
5.00 6.00
5.00 7
Tingkat Pendidikan Orang 7.1 TSD
7.2 SD 7.3 SMP
7.4 SMA 7.5STM
1 3
5 2
5 1
2 3
2 1
1 1
1 2
10 7
12 1
Jumlah Sampel
4 12 6 5 3 30
Sumber: Petani Diolah
Luas lahan sawah dimiliki signifikan dengan lahan disewa, artinya kenaikan lahan sawah dimiliki diikuti dengan kenaikan lahan sawah disewa.