Jumlah Beras Impor HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMETRIKA 6.1 Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model Ekonometrika

keempat variabel penjelas yang ada. Uji F statistiknya adalah 1.41 tidak berbeda nyata dengan nol pada pada α satu persen, berarti peubah penjelas dari persamaan jumlah permintaan beras secara bersama-sama kurang menjelaskan dengan baik jumlah permintaan beras, tetapi secara partial, ketiga peubah penjelas berbeda nyata dengan nol.. Harga beras pengecer berhubungan negatif dengan jumlah permintaan beras dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Hasil ini serupa dengan sesuai dengan hasil penelitian Kako et al. 1997, Shikha dan Srinivasan 2002 yang menggunakan model kebijakan stabilisasi harga di India. Jumlah permintaan beras tidak responsif terhadap harga beras pengecer dengan elastisitas jangka pendek -0.411, seperti ditunjukkan pada Tabel 45. Artinya kenaikan harga beras pengecer satu persen menyebabkan jumlah permintaan beras turun 0.411. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Hutauruk, 1996; Mulyana, 1998; Shikha dan Srinivasan, 2002; Brennan, 2003 dan Kusumaningrum, 2005, yang menemukan respon permintaan beras terhadap harga beras pengecer adalah inelastis dalam jangka pendek. Hasil penelitian Alderman dan Timmer 1980 dengan menggunakan data cross section, diperoleh hasil berbeda, dimana elastisitas harga beras mencapai -1.105. Alderman dan Timmer menyadari bahwa hasil tersebut jauh lebih besar dari elastisitas harga yang terdapat dalam buku teks, lalu memberikan jastifikasi bahwa elastisitas tersebut merujuk respon yang diharapkan dalam jangka panjang setelah bebera tahun penyesuaian terhadap pendapatan baru atau tingkat harga tertentu. Penyaluran beras raskin berhubungan negatif dengan jumlah permintaan beras dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol Hasil penelitian Suparmin 2005 menunjukkan bahwa pada rezim pasar Terbuka terkendali 2000-2003 bahwa musim berpengaruh nyata terhadap penyaluran beras kepada masyarakat miskin Raskin, dimana jumlah penyaluran beras raskin disebagian besar bulan panen raya tersebut berpengaruh nyata, kecuali pada bulan Juni dan September. Kenaikan satu persen penyaluran raskin menyebabkan jumlah permintaan beras turun 0.086 persen. Tabel 45. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Jumlah Permintaan Beras PersamaanPeubah Variabel Koefisien Nilai t ESR ELR Intercept 1872.813 4.64 Harga Beras di Pengecer HBRTR -0.15422 - 1.45C -0.411 - Penyaluran Raskin RAST -0.82516 - 1.67C -0.086 - Tingkat Pendapatan per Kapita Real INCRR 0.197749 2.01B 0.486 - Keterangan : B nyata pada α= 5; C nyata pada α= 10;Nilai Dw =3.293 Tingkat pendapatan per kapita berhubungan positif dengan jumlah permintaan beras dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Hasil ini serupa dengan sesuai dengan hasil penelitian Mulyana, 1998; Shikha dan Srinivasan 2002. Hasil yang berbeda ditunjukkan Kako et al. 1997 dimana tingkat pendapatan berpengaruh negatif terhadap permintaan beras untuk konsumsi, dan secara statistik parameter dugaan berbeda nyata dengan nol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beras merupakan komoditi inferior di Jepang. Respon permintaan beras terhadap tingkat pendapatan per kapita adalah inelastis dalam jangka pendek, dengan elastisitas 0.486 dimana nilai elastisitas yang ditemukan Shikha dan Srinivasan 2002 sama dengan hasil penelitian yaitu 0.48, sedangkan temuan Mulyana 1998 sebesar 0.204. Alderman dan Timmer 1980 menemukan elastisitas pendapatan untuk beras di pedesaan dan perkotaan yaitu 0.952 dan 0.527. Hasil pembahasan sebelum model persamaan jumlah permintaan beras direspesifikasi menunjukkan harga jagung produsen berhubungan positif dengan jumlah permintaan beras tetapi secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jagung merupakan komoditi subtitusi terhadap beras, sedangkan komoditi subtitusi beras di Jepang dari hasil penelitian Kako et al. 1997 adalah daging. Respon jumlah permintaan beras terhadap harga jagung adalah inelastis dalam jangka pendek. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Mulyana, 1998; Ritonga, 2004; dan Kusumaningrum, 2005.

6.13 Surplus Beras

Surplus atau defisit beras merupakan persamaan identitas dari cadangan beras domestik dikurangi dengan jumlah permintaan beras: SDBI = QCBN - QDBT - QMBT Beberapa alternatif yang memungkinkan surplus beras: 1 cadangan beras domestik pada periode tertentu tidak berubah sedangkan permintaan beras tidak naik, 2 kenaikan cadangan beras domestik lebih besar dari kenaikan permintaan beras, dan 3 penurunan cadangan beras domestik lebih kecil dari penurunan permintaan beras.

6.14 Penyaluran Beras Bulog

Koefisien determinasi R 2 sebesar 0.89377, berarti hanya 10.623 persen keragaman dalam variabel penyaluran beras Bulog yang tidak mampu dijelaskan oleh ketiga variabel penjelas yang ada. Uji F statistiknya adalah 140.22 berbeda nyata dengan nol pada α satu persen, berarti peubah penjelas dari persamaan penyaluran beras Bulog secara bersama-sama dapat menjelaskan dengan baik penyaluran beras Bulog. Penyaluran beras Raskin berhubungan positip dengan penyaluran beras Bulog dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Penyaluran beras Bulog tidak responsif dengan penyaluran beras Raskin dalam jangka pendek dengan elastisitas jangka pendek 0.845, seperti ditunjukkan pada Tabel 46. Artinya kenaikan penyaluran beras Raskin satu persen menyebabkan penyaluran beras Bulog naik 0.845 persen dalam jangka pendek. Jadi peningkatan penyaluran beras Raskin oleh Bulog berdampak besar elastisitas mendekati satu terhadap perubahan penyaluran beras Bulog. Tabel 46. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyaluran Beras Bulog PersamaanPeubah Variabel Koefisien Nilai t ESR ELR Intercept -68.3515 -1.27 Penyaluran Beras Raskin RAST 0.927915 17.50A 0.845 - Harga Beras Pengecer HBRTR 0.023564 2.16B 0.547 - Persediaan Akhir Beras Bulog STBF -0.01027 -1.11D - 0.070 - Keterangan : A nyata pada α= 1; B nyata pada α= 5n; D: nyata pada α = 15 ; Nilai Dw =1.412 Harga beras pengecer berhubungan positip dengan penyaluran beras Bulog, dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol. Penyaluran beras Bulog tidak responsif dengan cadangan beras Bulog dalam jangka pendek dengan elastisitas 0.547, artinya kenaikan harga beras pengecer satu persen menyebabkan kenaikan penyaluran beras Bulog 0.547 persen dalam jangka pendek. Jadi peningkatan harga beras pengecer berdampak kecil terhadap perubahan penyaluran beras Bulog