Nilai parameter peubah bedakala jumlah pengadaan beras oleh Bulog 0.085698 dan berbeda nyata dengan nol artinya nilai koefisien penyesuaiannya
mendekati nol. Hal ini menunjukkan terdapat tenggang waktu yang lebih cepat untuk menyesuaikan diri bagi pengadaan beras oleh Bulog dalam merespon
perubahan-perubahan yang terjadi karena kebijakan perberasan.
6.10 Persediaan Beras Bulog
Persediaan beras Bulog merupakan persamaan identitas dari persediaan awal beras di Bulog ditambah pengadaan beras oleh Bulog dan jumlah beras
impor oleh Bulog, yaitu: QCBB = STBW + QBBT + QMBT
Kebijakan pemerintah melalui Bulog untuk membeli gabahberas dari produksi dalam negeri dan melakukan impor beras akan meningkatkan persediaan
beras Bulog.
6.11 Persediaan Beras Domestik
Persediaan beras domestik merupakan persamaan identitas dari persediaan beras masyarakat ditambah persediaan beras Bulog dikurangi dengan jumlah
pengadaan beras oleh Bulog, yaitu: QCBN = QCBD + QCBB - QBBT
Persediaan beras domestik meningkat dengan kenaikan persediaan beras domestik dan persediaan beras Bulog. Persediaan beras domestik ditentukan oleh
persediaan beras masyarakat.
6.12 Jumlah Permintaan Beras
Koefisien determinasi R
2
sebesar 0.07813, berarti hanya 92.187 persen keragaman dalam variabel tingkat inflasi yang tidak mampu dijelaskan oleh
keempat variabel penjelas yang ada. Uji F statistiknya adalah 1.41 tidak berbeda nyata dengan nol pada pada
α satu persen, berarti peubah penjelas dari persamaan jumlah permintaan beras secara bersama-sama kurang menjelaskan dengan baik
jumlah permintaan beras, tetapi secara partial, ketiga peubah penjelas berbeda nyata dengan nol..
Harga beras pengecer berhubungan negatif dengan jumlah permintaan beras dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol.
Hasil ini serupa dengan sesuai dengan hasil penelitian Kako et al. 1997, Shikha dan Srinivasan 2002 yang menggunakan model kebijakan stabilisasi harga di
India. Jumlah permintaan beras tidak responsif terhadap harga beras pengecer dengan elastisitas jangka pendek -0.411, seperti ditunjukkan pada Tabel 45.
Artinya kenaikan harga beras pengecer satu persen menyebabkan jumlah permintaan beras turun 0.411.
Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Hutauruk, 1996; Mulyana, 1998; Shikha dan Srinivasan, 2002; Brennan, 2003 dan Kusumaningrum, 2005, yang
menemukan respon permintaan beras terhadap harga beras pengecer adalah inelastis dalam jangka pendek. Hasil penelitian Alderman dan Timmer 1980
dengan menggunakan data cross section, diperoleh hasil berbeda, dimana elastisitas harga beras mencapai -1.105. Alderman dan Timmer menyadari bahwa
hasil tersebut jauh lebih besar dari elastisitas harga yang terdapat dalam buku teks, lalu memberikan jastifikasi bahwa elastisitas tersebut merujuk respon yang
diharapkan dalam jangka panjang setelah bebera tahun penyesuaian terhadap pendapatan baru atau tingkat harga tertentu.