Kebijakan Menaikkan Harga Pembelian Pemerintah terhadap Gabah Kering Panen 10 Persen

persen, yaitu 2.533 persen sehingga indeks dibayar petani padi naik 0.197 persen. Kenaikan indeks dibayar petani yang lebih besar dari indeks diterima petani padi menyebabkan nilai tukar petani turun, sebesar 0.054 persen. Kenaikan harga pupuk NPK menyebabkan produktifitas turun sebesar 0.200 persen, selanjutnya produksi padi juga turun. Dampak kebijakan pemerintah dengan meningkatkan harga eceran tertinggi pupuk NPK menjadi 15 persen S4 menghasilkan tanda yang sama tetapi besaran berbeda dibandingkan dengan kenaikan HET NPK 10 persen. Dampak kenaikan HET NPK 15 persen menghasilkan persentase perubahan yang lebih besar dibandingkan dengan dengan kenaikan HET NPK 10 persen S3.

7.4 Kebijakan Menaikkan Realisasi Penyaluran Pupuk NPK 10 Persen

Kebijakan meningkatkan realisasi penyaluran pupuk NPK sebesar 10 persen akan meningkatkan luas areal sebesar 0.235 persen. Kebijakan ini akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.385 persen, diikuti dengan peningkatan produksi beras 0.383 persen. Peningkatan produksi beras akan meningkatkan kebutuhan benih dan susut sebesar 0.374 persen. Peningkatan produksi beras menyebabkan persediaan beras masyarakat meningkat sebesar 0.384 persen. Peningkatan persediaan beras masyarakat akan meningkatkan persediaan beras domestik 0.234 persen sehingga surplus beras naik 0.435 persen. Kenaikan surplus beras menyebabkan jumlah beras impor turun 0.849 persen. Penurunan jumlah impor beras menyebabkan persediaan beras Bulog naik sebesar 0.070 persen, diikuti dengan kenaikan persediaan akhir beras Bulog sebesar 0.079 persen. Kenaikan persediaan akhir beras Bulog menyebabkan penurunan jumlah beras disalurkan Bulog tetap. Kebijakan meningkatkan realisasi penyaluran pupuk NPK 10 persen menyebabkan harga gabah kering panen turun sebesar 0.044 persen, tetapi penerimaan petani naik 0.097 persen. Kenaikan penerimaan petani tersebut karena kenaikan produktifitas 0.140 persen lebih besar dengan penurunan harga gabah kering panen sebesar 0.044 persen. Kenaikan penerimaan petani mengakibatkan penyaluran beras Raskin tidak berubah sehingga jumlah beras disalurkan oleh Bulog juga tidak berubah. Meskipun penyaluran beras Raskin tidak berubah tetapi jumlah permintaan beras oleh konsumen naik sebesar 0.037 persen. Kebijakan meningkatkan realisasi penyaluran pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan harga gabah kering panen turun sebesar 0.044 persen, sehingga jumlah pengadaan beras oleh Bulog naik 0.981 persen. Kenaikan jumlah pengadaan beras oleh Bulog tidak diikuti dengan perubahan penyaluran Raskin. Kenaikan jumlah pengadaan beras Bulog sebesar 0.961 persen menyebabkan persediaan beras Bulog naik 0.070 persen. Penurunan harga beras di pengecer menyebabkan : 1 jumlah beras disalurkan oleh Bulog turun 0.049 persen, 2 jumlah beras impor turun 0.849 persen, 3 jumlah permintaan beras naik sebesar 0.037 persen, 4 penyaluran beras pemerintah turun 1.219 persen, dan 5 harga beras pembelian pemerintah dari Bulog turun sebesar 0.038 persen. Penurunan jumlah beras yang disalurkan pemerintah menyebabkan persediaan akhir beras pemerintah naik 0.025 persen. Kebijakan meningkatkan realisasi penyaluran pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan indeks diterima petani padi turun sebesar 0.068 persen, namun nilai tukar petani padi naik sebesar 0.022 persen, karena penurunan indeks diterima petani padi lebih kecil dari penurunan indeks dibayar petani padi. Kenaikan nilai tukar petani padi menyebabkan luas areal panen naik 0.235, sehingga produksi padi naik. Kebijakan pemerintah menaikkan realisasi penyaluran pupuk NPK 10 persen menyebabkan harga pupuk NPK turun 1.785 persen, sehingga produktifitas naik 0.140 persen sehingga produksi padi juga mengalami kenaikan. Disisi lain, penurunan harga pupuk NPK menyebabkan indeks dibayar petani padi juga menurun sebesar 0.099 persen. Mengingat nilai tukar petani padi merupakan rasio indeks diterima petani padi dengan indeks dibayar petani padi, sehingga penurunan indeks diterima petani sebesar 0.068 persen, diikuti dengan penurunan indeks dibayar petani padi juga turun 0.099 sehingga nilai tukar petani padi tidak berubah. Perubahan penurunan indeks diterima petani padi lebih kecil dari indeks dibayar petani padi sehingga nilai tukar petani padi naik. Kenaikan harga gabah kering panen menyebabkan kadar air gabah kering panen turun dalam persentase yang sangat kecil sebesar 0.003 persen, diikuti dengan tetapi tidak menyebabkan harga gabah kering panen naik, sebaliknya turun sebesar 0.044 persen, dengan kata lain penurunan kadar air gabah kering panen harga GKP tidak berpengaruh terhadap kenaikan harga gabah kering panen. Pemerintah melalui Inpres tentang Kebijakan Perberasan menentukan persyaratan kualitas terhadap gabah kering panen yaitu 25 persen. Dalam kurun waktu Maret 2005-September 2009, penurunan kadar air gabah kering panen tidak diikuti dengan naiknya harga gabah kering panen. Pada tingkat petani, penentuan harga gabah kering panen oleh pedagang padi tidak selalu mengikuti ketentuan kadar air yang ditetapkan dalam Inpres tentang kebijakan perberasan. Apabila skenario simulasi terhadap harga output dan harga input ditingkatkan menjadi 15 persen, namun untuk realisasi penyaluran pupuk NPK tidak dilakukan mengingat realisasi penyaluran pupuk NPK pada periode bulan Maret 2005-September 2009 telah mencapai angka 93 persen. 7.5 Kebijakan Menaikkan Harga Pembelian Pemerintah terhadap Gabah Kering Panen dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk NPK Masing-masing 10 Persen Kombinasi kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP dan HET pupuk NPK sebesar 10 persen akan meningkatkan luas areal sebesar 11.211 persen. Kebijakan ini akan meningkatkan produksi padi sebesar 11.244 persen, diikuti dengan peningkatan produksi beras 11.246 persen. Peningkatan produksi beras akan meningkatkan kebutuhan benih dan susut sebesar 11.246 persen. Peningkatan produksi beras menyebabkan persediaan beras masyarakat meningkat sebesar 11.246 persen. Peningkatan persediaan beras masyarakat akan meningkatkan persediaan beras domestik 6.839 persen sehingga surplus beras naik 12.420 persen. Kenaikan surplus beras menyebabkan jumlah beras impor turun 23.858 persen. Penurunan jumlah impor beras menyebabkan persediaan beras Bulog turun sebesar 1.723 persen, diikuti dengan penurunan persediaan akhir beras Bulog sebesar 1.250 persen. Penurunan persediaan akhir beras Bulog menyebabkan penurunan jumlah beras disalurkan Bulog 5.204 persen. Kombinasi kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP dan HET pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan kenaikan harga gabah kering panen sebesar 7.617 persen, diikuti dengan kenaikan penerimaan petani 7.630 persen. Kenaikan penerimaan petani mengakibatkan penyaluran beras Raskin turun sebesar 4.555 persen. Penurunan beras Raskin yang disalurkan menyebabkan 1 harga beras di pengecer turun sebesar 2.509 persen, 2 jumlah beras disalurkan oleh Bulog turun sebesar 5.204 persen, dan 3 jumlah permintaan beras naik sebesar 1.377 persen. Kombinasi kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP dan HET pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan kenaikan harga gabah kering panen sebesar 7.617 persen, sehingga jumlah pengadan beras oleh Bulog turun 2.845 persen. Penurunan jumlah pengadan beras oleh Bulog menyebabkan penyaluran beras Raskin turun sebesar 4.555 persen. Penurunan jumlah pengadaan beras Bulog sebesar 2.845 persen menyebabkan persediaan beras Bulog turun 1.723 persen. Meskipun persediaan beras Bulog turun 1.723 persen, persediaan beras domestik tetap naik sebesar 6.839 persen, karena perubahan kenaikan persediaan beras masyarakat yang 11.246 persen jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan persediaan beras Bulog sebesar 1.723 persen. Dengan kata lain, persediaan beras domestik disuplai dari persediaan beras masyarakat. Penurunan harga beras di pengecer menyebabkan : 1 jumlah beras disalurkan oleh Bulog turun 5.204 persen, 2 jumlah beras impor turun 23.858 persen, 3 jumlah permintaan beras naik sebesar 1.337 persen, 4 penyaluran beras pemerintah turun 34.882 persen, dan 5 harga beras pembelian pemerintah dari Bulog turun sebesar 1.092 persen. Penurunan jumlah beras yang disalurkan pemerintah menyebabkan persediaan akhir beras pemerintah naik 0.490 persen, diikuti dengan penurunan harga beras pengecer turun sebesar 2.509 persen. Kombinasi kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP dan HET pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan indeks diterima