Harga Beras Pembelian Pemerintah dari Bulog

analisis kebijakan yang mempelajari bagaimana peubah endogen akan bereaksi dengan adanya perubahan pada peubah kebijakan sebagai peubah eksogen. Simulasi historis dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian ketiga. Pengukuran dampak setiap simulasi meliputi perubahan persentase peubah-peubah endogen dalam model dan perubahan nilai kesejahteraan pelaku ekonomi. Analisis dampak kebijakan perberasan terhadap tujuan kebijakan perberasan dan kesejahteraan terdiri dari tiga bagian. Pertama, menganalisis dampak kebijakan harga output dan kebijakan pupuk bersubsidi terhadap tujuan kebijakan perberasan. Skenario simulasi yaitu menganalisis dampak kebijakan tunggal terhadap tujuan kebijakan perberasan. Kebijakan tunggal diwakili kebijakan harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering panen dan kebijakan pupuk bersubsidi, yang terdiri dari kebijakan Harga Eceran Tertinggi pupuk NPK dan realisasi penyaluran pupuk NPK. Kedua, menganalisis dampak kombinasi kebijakan harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering panen, Harga Eceran Tertinggi pupuk NPK, realisasi penyaluran pupuk NPK, harga beras pembelian pemerintah dari Bulog dan jumlah rumah tangga penerima Raskin terhadap tujuan kebijakan perberasan. Ketiga, menganalisis dampak kebijakan tunggal dan kombinasi kebijakan terhadap kesejahteraan. Kebijakan tunggal yaitu harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering panen, Harga Eceran Tertinggi pupuk NPK dan realisasi penyaluran pupuk NPK. Kombinasi kebijakan terdiri dari. Kebijakan tunggal dengan harga beras pembelian pemerintah dari Bulog dan jumlah rumah tangga penerima Raskin terhadap kesejahteraan. Nilai kesejahteraan yang dihitung yaitu surplus produsen padi dan surplus konsumen beras.

7.2 Kebijakan Menaikkan Harga Pembelian Pemerintah terhadap Gabah Kering Panen 10 Persen

Skenario kebijakan tunggal Singel Policy terdiri kebijakan harga pembelian pemerintah terhadap Gabah Kering Panen 10 persen S1 dan 15 persen S2, kebijakan harga eceran tertinggi pupuk NPK 10 persen S3 dan 15 persen S4 dan realisasi penyaluran pupuk NPK 10 persen S5. Tabel 57 menunjukkan perubahan yang terjadi karena dampak kebijakan tunggal yang terdiri dari S1, S2, S3 dan S4. Dampak kebijakan realisasi penyaluran pupuk NPK S5 ditunjukkan pada Tabel 58. Dampak S1 dan S2 menghasilkan besarnya perubahan pada variabel endogen yang berbeda tetapi tanda yang sama. Tanda yang dimaksud yaitu tanda negatif atau positif di depan angka. Tanda positif berarti adanya kenaikan pada variabel endogen, sebaliknya tanda negatif menunjukkan adanya penurunan pada variabel endogen. Mengingat dampak S1 dan S2 menghasilkan arah yang sama, maka pembahasan hasil penelitian cukup diwakili oleh satu skenario kebijakan. Dampak kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap Gabah Kering Panen sebesar 10 persen akan meningkatkan luas areal sebesar lebih besar dari 10 persen yaitu 11.616 persen. Kebijakan ini akan meningkatkan produksi padi sebesar 11.902 persen, diikuti dengan peningkatan produksi beras 11.904 persen. Peningkatan produksi beras akan meningkatkan kebutuhan benih dan susut sebesar 11.900 persen. Peningkatan produksi beras menyebabkan persediaan beras masyarakat meningkat sebesar 11.904 persen. Peningkatan persediaan beras masyarakat akan meningkatkan persediaan beras domestik 7.232 persen sehingga surplus beras naik 13.154 persen. Kenaikan surplus beras menyebabkan jumlah beras impor turun 25.532 persen. Penurunan jumlah impor beras menyebabkan persediaan beras Bulog turun sebesar 1.618 persen, diikuti dengan penurunan persediaan akhir beras Bulog sebesar 1.118 persen. Penurunan persediaan akhir beras Bulog menyebabkan penurunan jumlah beras disalurkan Bulog 5.302 persen. Tabel 57. Dampak Beberapa Alternatif Kebijakan Tunggal pada Periode Bulan Maret 2005-September 2009 Variabel Nama Variabel Satuan Nilai Dasar S-1 S-2 S-3 S-4 LAPT Luas Areal Panen 000 Ha 1 063.2 11.616 17.457 -0.329 -0.461 YPIT Produktifitas TonHa 4.7909 0.223 0.334 -0.200 -0.288 QPIT Produksi Padi 000 Ton 5 095.1 11.902 17.907 -0.526 -0.750 QBIT Produksi Beras 000 Ton 3 209.9 11.904 17.907 -0.526 -0.751 QBLD Beras BenihSusut 000 Ton 321 11.900 17.913 -0.530 -0.748 QCBD Persediaan Beras Masyarakat 000 Ton 2 888.9 11.904 17.910 -0.526 -0.751 QMBT Jumlah Beras Impor 000 Ton 99.633 -25.532 -38.440 1.331 1.933 QBBT Jumlah Pengadaan Beras Bulog 000 Ton 203.9 -1.128 -1.569 -1.324 -1.913 QCBB Persediaan Beras Bulog 000 Ton 1 717.7 -1.618 -2.416 -0.082 -0.116 QCBN Persediaan Beras Domestik 000 Ton 4 402.7 7.232 10.880 -0.316 -0.450 QDBT Jumlah Permintaan Beras 000 Ton 1 891.6 1.406 2.115 -0.053 -0.079 SDBI Surplus Beras 000 Ton 2 411.4 13.154 19.793 -0.589 -0.838 STOB Penyaluran Beras Bulog 000 Ton 205.6 -5.302 -7.928 0.097 0.146 STBF Persediaan Akhir Beras Bulog 000 Ton 1 512.1 -1.118 -1.667 -0.106 -0.152 DCBP Penyaluran Beras Pemerintah 000 Ton 5.5931 -37.403 -56.318 2.008 2.864 STGF Pers ediaan Akhir Beras Pemerintah 000 Ton 407.9 0.515 0.785 -0.025 -0.025 RAST Penyaluran Beras Raskin 000 Ton 193.2 -4.503 -6.781 0.000 0.000 HGKPR Harga Gabah Kering Panen RpKg 2 285.7 7.534 11.296 0.066 0.092 TRFT Penerimaan Petani Rp000ha 1 0974.6 7.792 11.693 -0.139 -0.201 KAGP Kadar Air Gabah Kering Panen 19.0516 0.410 0.615 0.003 0.005 HPNPR Harga Pupuk NPK RpKg 3809 -2.783 -4.177 2.533 3.633 NTPP Nilai Tukar Petani Padi 0.9249 11.612 17.429 -0.054 -0.076 IT Indeks Diterima Petani Padi 93.6093 11.527 17.189 0.098 0.140 IB Indeks Dibayar Petani Padi 101.3 -0.197 -0.296 0.197 0.197 HBRTR Harga Beras Pengecer RpKg 4 679.1 -2.693 -4.054 0.145 0.207 HPGBR Harga Beras Pembelian Pemerintah dari Bulog RpKg 4 478.1 -1.170 -1.762 0.065 0.092 Kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP sebesar 10 persen menyebabkan kenaikan harga gabah kering panen sebesar 7.534 persen, diikuti dengan kenaikan penerimaan petani 7.792 persen. Kenaikan penerimaan petani mengakibatkan penyaluran beras Raskin turun sebesar 4.503 persen. Penurunan beras Raskin yang disalurkan menyebabkan: 1 harga beras di pengecer turun sebesar 2.693 persen, dan 2 jumlah beras disalurkan oleh Bulog turun sebesar 5.302 persen. Target kebijakan Raskin yaitu rumah tangga miskin. sehingga program Raskin bersifat targeted subsidy. Beras Raskin dijual kepada rumah tangga miskin dengan harga jual dari Rp 1 000 naik menjadi Rp 1 500 per kg lebih rendah dari harga beras di pasar. Oleh karena itu, menurunnya penyaluran beras Raskin sebesar 4.503 berarti jumlah permintaan beras oleh konsumen naik 1.406 persen. Kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP sebesar 10 persen menyebabkan kenaikan harga gabah kering panen sebesar 7.534 persen, sehingga jumlah pengadaan beras oleh Bulog turun 1.128 persen. Penurunan jumlah pengadaan beras oleh Bulog menyebabkan penyaluran beras Raskin turun sebesar 4.503 persen. Penurunan jumlah pengadaan beras Bulog sebesar 1.128 persen menyebabkan persediaan beras Bulog turun 1.618 persen. Meskipun persediaan beras Bulog turun 1.618 persen, persediaan beras domestik tetap naik sebesar 7.232 persen, karena kenaikan persediaan beras masyarakat 11.194 persen jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan persediaan beras Bulog sebesar 1.618 persen. Dengan kata lain, persediaan beras domestik disuplai dari persediaan beras masyarakat. Penurunan harga beras di pengecer menyebabkan : 1 jumlah beras disalurkan oleh Bulog turun 5.302 persen, 2 jumlah beras impor turun 25.532 persen, 3 jumlah permintaan beras naik sebesar 1.406 persen, 4 penyaluran beras pemerintah turun 37.403 persen, dan 5 harga beras pembelian pemerintah