114
7.1.2. Aktivitas Sektor Perangkutan 7.1.2.1.
Persamaan Unit Angkutan Penumpang UTP
Hasil estimasi terhadap persamaan jumlah unit angkutan transportasi penumpang wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi secara statistik hasil
estimasi tersebut baik. Koefisien determinasi, R
2
masing-masing persamaan cukup tinggi berkisar antara 0.7142 hingga 0.9952 dan probabilitas F yang
mencapai alfa 99 persen. Berarti variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam setiap persamaan baik secara individu maupun bersama-sama dapat
menjelaskan perilaku unit angkutan transportasi. Selengkapnya Tabel 7.4. Tabel 7.4. Hasil Estimasi Unit Angkutan Penumpang
Variabel Parameter
Prob. T Elastisitas
Jangka Pendek
Jangka Panjang
1. Unit Angkutan Penumpang Jakarta UTPJ
Intercept -3274230
TNRJ = Total jalan non-rel Jakarta 1.0097
0.0013 3.28
- TBTK = Total jalan Botabek
-0.2120 0.0603
-0.76 -
GANGJ = Peng. Pemerintah angkutan Jakarta 1.3728
0.2399 -
- QANGJ = Produksi sektor angkutan Jakarta
0.0582 0.1403
0.11 -
Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9371; Adj R-SQ = 0.9143; DW = 1.403 2. Unit Angkutan Penumpang Bogor UTPB
Intercept 8133.2474
IJNGB = Jalan Negara Bogor 0.0772
0.0117 0.19
- TNRJTK = Total jalan non-rel Jak. Tang. Bek.
0.000092 0.4037
- -
TUDAGB = Total unit aktivitas perdag. Bogor 0.5203
0.0001 0.48
- RPDRBB = Rasio PDRB Bogor
452.0017 0.3242
- -
Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9952; Adj R -SQ = 0.9935; DW = 0.555 3. Unit Angkutan Penumpang Tangerang UTPT
Intercept -184803
TNRT = Total jalan non-rel Tangerang 0.06504 0.0295
1.61 -
TJJ = Total jalan Jakarta 0.00199
0.4352 -
- TBK = Total jalan Bogor, Bekasi
0.0032 0.3802
- -
GANGT = Peng.Pemda utk sek. angkutan Tang. 0.6585 0.0245
0.21 -
RPDRBT = Rasio PDRB Tangerang 61048 0.0564
0.64 -
Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9819; Adj R-SQ = 0.9729; DW = 1.534 4. Unit Angkutan Penumpang Bekasi UTPK
Intercept -86986
TNRK = Total jalan non-rel Bekasi -0.0277
0.2278 -0.54
- TJBT = Total jalan Jakarta, Bogor, Tangerang
0.0126 0.0221
2.82 -
RQANGK = Rasio produksi sek.perangk.Bek. 10776
0.2763 -
- Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.7142; Adj R -SQ = 0.6427; DW = 1.490
115
Estimasi pada Tabel 7.4 menunjukkan variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap unit transportasi penumpang berturut-turut: 1 Wilayah
Jakarta UTPJ adalah total jalan non-rel Jakarta TNRJ, total jalan di luar Jakarta yaitu Bogor-Tangerang-Bekasi TBTK dan jumlah produksi sektor
angkutan Jakarta QANGJ; 2 Wilayah Bogor UTPB : jalan negara Bogor IJNGB dan total unit aktivitas sektor perdagangan Bogor TUDAGB; 3
Wilayah Tangerang UTPT : total jalan non-rel Tangerang TNRT, pengeluaran Pemda Tangerang untuk sektor angkutan GANGT dan rasio PDRB Tangerang
RPDRBT; dan 4 Wilayah Bekasi UTPK : total jalan Jakarta-Bogor-Tangerang TJBT.
Beberapa variabel pengaruh di dalam masing-masing persamaan memiliki hubungan yang negatif diantaranya variabel total jalan Bogor-Tangerang-Bekasi
di persamaan unit angkutan penumpang Jakarta dan variabel total jalan non-rel Bekasi di persamaan unit angkutan penumpang Bekasi. Sedangkan variabel-
variabel lainnya berhubungan secara positif, yang berarti makin tinggi nilai variabel tersebut makin mendorong tumbuhnya jumlah unit angkutan penumpang
di wilayah masing-masing. Pada wilayah Jakarta, variabel yang memiliki efek kuat mendorong
pertumbuhan cepat jumlah unit angkutan penumpang adalah total jalan non-rel elastisitas 3.28. Perluasan infrastruktur jaringan jalan non-rel jalan kabupaten,
negara dan tol sebesar 10 persen saja di wilayah ini dapat mendorong bertambahnya jumlah angkutan penumpang sebesar 32.8 persen. Sebaliknya
kemungkinan pengurangan jumlah angkutan penumpang Jakarta sebagai akibat diperluasnya infrastruktur jalan wilayah tentangga yaitu Bogor-Tangerang-Bekasi
116
sebesar 10 persen hanyalah sebesar 7.6 persen. Ini menunjukkan bahwa potensi peningkatan jumlah angkutan penumpang di Jakarta relatif tinggi.
Potensi kenaikan jumlah unit angkutan penumpang di wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi tidak sebesar di Jakarta. Di Bogor, potensi kenaikan
angkutan dimaksud akibat perluasan infrastruktur jaringan jalan jalan negara wilayah itu sebesar 10 persen, hanyalah naik 1.9 persen. Di Tangerang, potensi
kenaikan unit angkutan penumpang naik drastis yaitu sebesar 16.1 persen ketika dilakukan perluasan infrastruktur jaringan jalan non-rel sebesar 10 persen. Di
Bekasi, potensi kenaikan unit angkutan tersebut juga drastis yaitu sebesar 28.2 persen tetapi bukan disebabkan karena dilakukan perluasan infrastruktur jalan di
wilayah itu sendiri, melainkan jika perluasan infrastruktur jalan wilayah tetangga total jalan Jakarta-Bogor-Tangerang sebesar 10 persen. Ini menunjukkan bahwa
perkembangan unit aktivitas tersebut angkutan penumpang terkait erat dengan pengembangan infrastruktur wilayah Jabodetabek sebagai sebuah networking
yang kompak.
7.1.2.2. Persamaan Unit Transportasi Barang UTRK
Penilaian hasil estimasi persamaan unit transportasi barang wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi Tabel 7.5 secara statistik adalah baik.
Nilai koefisien determinasi, R
2
masing-masing persamaan cukup tinggi berkisar antara 0.6156 hingga 0.9656 dan probabilitas F yang mencapai alfa 99 persen
yang menunjukkan variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam setiap persamaan dapat menjelaskan perilaku unit aktivitas ini.
Variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap unit transportasi barang berturut-turut : 1 Wilayah Jakarta UTRKJ adalah total jalan non-rel
Jakarta TNRJ, total jalan non-rel wilayah tetangga yaitu Bogor-Tangerang-
117
Bekasi TNRBTK dan jumlah produksi sektor industri Jakarta QINDJ; 2 Wilayah Bogor UTRKB : jalan negara Bogor IJNGB, total jalan non-rel Jakarta-
Tangerang-Bekasi TNRJTK dan total unit aktivitas sektor perdagangan Bogor TUDAGB; 3 Wilayah Tangerang UTRKT : total jalan non-rel Tangerang
TNRT dan total jalan Bogor-Bekasi TBK; dan 4 Wilayah Bekasi UTRKK : unit industri besar-menengah Bekasi UIBMK, pengeluaran Pemda Bekasi untuk
sektor industri GINDK dan rasio PDRB wilayah Jabodetabek RPDRBW. Variabel-variabel pengaruh yang berhubungan secara negatif adalah
variabel jalan non-rel Bogor-Tangerang-Bekasi di persamaan unit angkutan barang Jakarta dan variabel total jalan Bogor-Bekasi di persamaan unit angkutan
barang wilayah Tangerang. Sedangkan semua variabel lainnya berhubungan secara positif yakni makin tinggi nilai variabel tersebut makin mendorong
tumbuhnya jumlah unit angkutan barang di wilayah masing-masing. Perilaku unit angkutan barang pada wilayah Jakarta relatif mirip dengan
angkutan penumpang. Variabel yang memiliki efek kuat mendorong pertumbuhan cepat jumlah unit angkutan barang adalah total jalan non-rel dengan elastisitas
sebesar 2.48, yaitu jika dilakukan perluasan infrastruktur jaringan jalan non-rel jalan kabupaten, negara dan tol sebesar 10 persen, akan menumbuhkan jumlah
angkutan barang sebesar 24.8 persen. Sebaliknya pengurangan jumlah angkutan barang wilayah Jakarta akibat dilakukan perluasan infrastruktur jalan wilayah
tentangga yaitu Bogor-Tangerang-Bekasi sebesar 10 persen, hanyalah sebesar 8.3 persen. Hasil ini menunjukkan potensi pertumbuhan jumlah unit angkutan
barang di Jakarta juga tinggi. Dengan demikian baik unit angkutan barang maupun penumpang di wilayah Jakarta berpotensi bertumbuh dengan cepat.
118
Tabel 7.5. Hasil Estimasi Unit Angkutan Barang
Variabel Parameter
Prob. T Elastisitas
Jangka Pendek
Jangka Panjang
1. Unit Angkutan Barang Jakarta UTRKJ