Unit Industri Besar Menengah Jakarta UIBMJ Intercept Unit Industri Besar Menengah Bogor UIBMB Unit Industri Besar Menengah Tangerang UIBMT Unit Industri Besar Menengah Bekasi UIBMK

124 7.1.4. Aktivitas Sektor Industri 7.1.4.1. Persamaan Unit Industri Besar-Menengah UIBM Pada Tabel 7.7 disajikan hasil estimasi terhadap persamaan unit industri besar-menengah wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Secara statistik hasil estimasi tersebut baik. Nilai koefis ien determinasi, R 2 masing-masing persamaan cukup tinggi berkisar antara 0.6418 hingga 0.9717 dan probabilitas F yang mencapai alfa 99 persen. Ini menunjukkan variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam setiap persamaan baik secara individu maupun bersama- sama dapat menjelaskan perilaku unit industri besar-menengah wilayah masing- masing. Tabel 7.7. Hasil Estimasi Unit Industri Besar-Menengah Variabel Parameter Prob. T Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Unit Industri Besar Menengah Jakarta UIBMJ Intercept

2900.594 IJTLJ = Jalan tol Jakarta 0.000236 0.1251 0.42 - TBTK = Total jalan Botabek -0.000235 0.0108 -0.75 - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.7300; Adj R-SQ = 0.6884; DW = 1.392

2. Unit Industri Besar Menengah Bogor UIBMB

Intercept 92.5435 TNRB = Jalan non-rel Bogor 0.000382 0.0025 0.71 - TJJ = Total jalan Jakarta 0.000171 0.0010 1.58 - TNRTK = Jalan non-rel Tangerang, Bekasi -0.000321 0.0019 -1.36 - QINDB = Produksi sektor industri Bogor -0.000506 0.0029 -2.42 - PDRBB = PDRB Bogor 0.000249 0.0091 2.40 - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9717; Adj R-SQ = 0.9576; DW = 1.882

3. Unit Industri Besar Menengah Tangerang UIBMT

Intercept 1606.9689 TJT = Total jalan Tangerang -0.000242 0.0324 -0.51 - TJBK = Total jalan Jakarta, Bogor, Bekasi 0.0000352 0.0947 0.32 - RQINDT = Rasio produksi sek.industri Tang. 0.1062 0.4994 0.00 - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.6418; Adj R-SQ = 0.5523; DW = 0.720

4. Unit Industri Besar Menengah Bekasi UIBMK

Intercept -35.4637 TJBT = Total jalan Jakarta, Bogor, Tangerang 0.0000979 0.0001 1.40 - GINDK = Peng.Pemda utk sek.industri Bekasi 0.0810 0.2425 - - TKINDK = Tenagakerja sek.industri Bekasi 0.0016 0.0001 0.28 - QINDK = Produksi sektor industri Bekasi -0.000069 0.0001 -0.65 - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.8108; Adj R-SQ = 0.7420; DW = 1.349 125 Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 7.7 variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap unit industri besar-menengah berturut-turut : 1 Wilayah Jakarta UIBMJ adalah jalan tol Jakarta IJTLJ dan total jalan wilayah tetangga yaitu Bogor-Tangerang-Bekasi TBTK; 2 Wilayah Bogor UIBMB : total jalan non-rel Bogor TNRB, total jalan Jakarta TJJ, total jalan non-rel Tangerang-Bekasi TNRTK, produksi sektor industri Bogor QINDB dan besaran PDRB Bogor PDRBB; 3 Wilayah Tangerang UIBMT : total jalan Tangerang TJT dan total jalan Jakarta-Bogor-Bekasi TJBK; dan 4 Wilayah Bekasi UIBMK : total jalan Jakarta-Bogor-Tangerang TJBT, jumlah tenaga kerja sektor industri Bekasi TKINDK dan produksi sektor industri wilayah Bekasi QINDK. Variabel-variabel pengaruh pada persamaan unit industri besar-menengah yang berhubungan secara negatif berturut-turut pada : 1 wilayah Jakarta adalah total jalan Bogor-Tangerang-Bekasi; 2 wilayah Bogor : total jalan non-rel Tangerang-Bekasi dan produksi sektor industri Bogor; 3 wilayah Tangerang : total jalan Tangerang; dan 4 wilayah Bekasi : produksi sektor industri wilayah Bekasi. Semua variabel pengaruh lainnya berhubungan secara positif yakni makin tinggi nilai variabel tersebut makin mendorong tumbuhnya jumlah unit industri besar-menengah. Perluasan infrastruktur jalan di Jakarta dalam hal ini jalan tol tidak cukup kuat mendorong pertumbuhan unit-unit industri besar-menengah di wilayah ini elastisitas 0.42. Dalam hal keterkitan dengan wilayah lain, perluasan total infrastruktur jalan wilayah Bogor-Tangerang-Bekasi tidak cukup kuat memberikan efek mengurangi elastisitas -0.75 pertumbuhan unit-unit industri besar- menengah di Jakarta. Hasil ini menunjukkan bahwa di wilayah Jakarta potensi 126 bertumbuhnya unit-unit industri besar-menengah baru makin kecil dan peluang berkurang jumlah industri besar-menengah di wilayah itu makin besar. Di wilayah Bogor, perluasan infrastruktur jalan di wilayah itu sendiri jalan non-rel tidak cukup kuat sebagai pemicu tumbuhnya unit-unit industri besar- menengah baru elastisitas 0.71. Sebaliknya perluasan infrastruktur wilayah tetangga khususnya Jakarta dan juga makin tingginya PDRB Bogor keduanya berpotensi kuat elastisitas 1.58 dan 2.40 menumbuhkan unit-unit industri besar- menengah di wilayah itu. Perluasan infrastruktur jalan sesama wilayah tetangga pinggiran Jakarta yaitu jalan non-rel Tangerang-Bekasi bersifat kompetisi terhadap tumbuhnya unit-unit industri besar-menengah baru di Bogor elastisitas -1.36. Pada wilayah Tangerang, tidak ada variabel yang memiliki efek kuat terhadap pertumbuhan unit-unit industri besar-menengah baru. Sedangkan di Bekasi, perluasan infrastruktur wilayah tetangga yaitu total jalan Jakarta-Bogor- Tangerang memiliki potensi kuat elastisitas 1.40 mendorong pertumbuhan unit- unit industri besar-menengah baru di wilayah tersebut.

7.1.4.2. Persamaan Unit Industri Kecil UIKC

Estimasi terhadap persamaan unit industri kecil wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi disajikan pada Tabel 7.8. Secara statistik hasil estimasi tersebut baik. Nilai-nilai koefisien determinasi, R 2 pada masing-masing persamaan berkisar antara 0.4825 hingga 0.9175 dan probabilitas F berkisar antara alfa 90 sampai 99 persen. Ini menunjukkan variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam setiap persamaan baik secara individu maupun bersama- sama dapat menjelaskan perilaku unit industri besar-menengah wilayah masing- masing. 127 Hasil estimasi pada Tabel 7.8 menunjukkan variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap unit industri kecil berturut-turut : 1 Wilayah Jakarta UIKCJ adalah total jalan Bogpr-Tangerang-Bekasi TBTK dan besaran PDRB Jakarta PDRBJ; 2 Wilayah Bogor UIKCB : total jalan Bogor TJB, total jalan Jakarta-Tangerang-Bekasi TJTK, produksi sektor industri Bogor QINDB dan besaran PDRB Bogor PDRBB; 3 Wilayah Tangerang UIKCT : total unit aktivitas sektor perdagangan Tangerang TUDAGT, jumlah unit industri besar-menengah Tangerang dan total kredit sektor industri KRIND; dan 4 Wilayah Bekasi UIKCK : total jalan Jakarta-Bogor-Tangerang TJBT dan besaran PDRB Bekasi PDRBK. Variabel-variabel pengaruh pada persamaan unit industri kecil yang berhubungan secara negatif berturut-turut pada : 1 wilayah Jakarta adalah total jalan Bogor-Tangerang-Bekasi; 2 wilayah Bogor : total jalan Jakarta-Tangerang- Bekasi dan produksi sektor industri Bogor; 3 wilayah Bekasi : total Jakarta- Bogor-Tangerang. Semua variabel pengaruh lainnya berhubungan secara positif yakni makin tinggi nilai variabel tersebut makin mendorong tumbuhnya jumlah unit industri kecil di wilayah masing-masing. Pertumbuhan unit-unit industri kecil di Jakarta tidak dipicu oleh perluasan infrastruktur jalan. Peningkatan PDRB wilayah ini dapat mendorong kenaikan jumlah unit industri kecil, akan tetapi kekuatan efeknya tidak sebesar elastisitas 0.43. di wilayah Bogor, perkembangan PDRB yang makin meningkat potensial mendorong bertumbuhnya unit-unit industri kecil elastisitas 1.37 dan 1.61 pada jangka pendek dan jangka panjang. Sementara itu perluasan total infrastruktur jalan di wilayah itu tidak memiliki potensi mendorong pertumbuhan jumlah inidustri kecil elastisitas 0.43 dan 0.50 baik dalam jangka pendek maupun 128 jangka panjang. Begitu berluasan infrastruktur jalan wilayah tentangga Jakarta- Tangerang-Bekasi tidak berpotensi mengurangi jumlah industri kecil secara elastis di wilayah Bogor elastisitas -0.64 dan -0.75. Ini menunjukkan bahwa potensi pengurangan jumlah industri kecil di wilayah Bogor lebih besar di banding potensi pertambahannya. Di wilayah Tangerang, potensi bertumbuhannya jumlah industri kecil bukan dipicu oleh perluasan infrastruktur jalan tetapi oleh perkembangan jumlah industri besar-menengah. Makin banyak dibangun unit-unit industri besar- menengah, makin tumbuh unit-unit industri kecil pendukung di wilayah itu. Efek penarik dari tumbuhnya industri besar-menengah ini sangat kuat elastisitas 2.64. Efek ini menunjukkan bilamana dilakukan atau terjadi peningkatan jumlah industri besar-menengah sebesar 10 persen menyebabkan industri kecil bertumbuhan sebesar 26.4 persen. Di wilayah Bekasi, faktor penarik utama tumbuhnya industri kecil di wilayah itu adalah makin besarnya PDRB, dengan potensi daya tarik yang lemah elastisitas 0.86 dalam jangka panjang. Sebaliknya perluasan jaringan infrastruktur wilayah Jakarta-Bogor-Tangerang dapat memberikan alternatif migrasi unit industri kecil tersebut ke wilayah Tentangga sehingga jumlah industri kecil di wilayah Bekasi dapat berkurang. Sesuai elastisitasnya, potensi pengurangan ini besar yaitu dapat mencapai 44.5 persen dalam jangka panjang jika perluasan jaringan infrastruktur jalan ketiga wilayah itu naik hingga 10 persen.

7.2. Pengaruh Investasi Infrastruktur Transportasi terhadap Penyerapan Tenagakerja

Penyerapan tenaga kerja dalam setiap sektor terkait perluasan infrastruktur transportasi, dapat lihat dari efek-efek kenaikan unit-unit aktivitas dan 129 produksi sektoral yang tercipta. Selain itu penyerapan tenaga kerja dapat disebabkan oleh perubahan upah dan dukungan yang diberikan oleh pemerintah melalui peningkatan pengeluarannya. Penyerapan tenaga kerja dicakup dalam empat sektor masing-masing sektor perdagangan, perangkutan, perumahan dan industri. Tabel 7.8. Hasil Estimasi Unit Industri Kecil Variabel Parameter Prob. T Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Unit Industri Kecil Jakarta UIKCJ