167
Demikian pula kebijakan menaikkan investasi jaringan jalan rel Jabotabek sebesar 10 persen, berdampak signifikan terhadap menurunnya pertumbuhan
PDRB wilayah Bogor sebesar – 8.85 persen, sekalipun kebijakan ini untuk wilayah Jakarta dan Bekasi berdampak positif.
8.5. Komparasi dengan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang berkaitan dengan dampak infrastruktur transportasi
terhadap pertumbuhan ekonomi pernah dilakukan di beberapa negara. Hasil studi di Jerman memperlihatkan beberapa jaringan infrastruktur jalan raya highway
berpengaruh positif terhadap output yang dihasilkan oleh sejumlah kawasan manufaktur Bundeslander. Analisis tersebut menggunakan fungsi produksi
Cobb-Douglas, fungsi produksi translog dan pendekatan growth accounting, kesemua pendekatan tersebut membuktikan ada pengaruh signifikan infrastruktur
jaringan jalan terhadap produktivitas di sektor manufaktur Stephan,1997. Temuan yang mirip juga dikemukakan dalam penelitian Aschauer, bahwa
basis inti core dari infrastruktur: jalan raya, bandara, angkutan massa merupakan kekuatan power yang mampu menjelaskan timbulnya produktivitas.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi dengan elastisitas berkisar 0.34 – 0.39
Aschauer, 1989. Demikian pula dengan hasil analisis yang dilakukan Calderon di beberapa negara Amerika Latin bahwa besarnya nilai elastisitas infrastruktur
terhadap PDRB per tenaga kerja adalah sebagai berikut: telepon sebesar 0.156, listrik sebesar 1.63, jalan raya sebesar 0.178. Calderon, 2002.
Sehubungan dengan hasil dampak negatif dampak menurunkan pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan aktivitas ekonomi, Boarnet dalam
penelitiannya juga menemukan bahwa pengaruh dari highway capital terhadap
168
peningkatan produktivitas aktivitas ekonomi di wilayah penelitian adalah positif, sedangkan terhadap wilayah tetangga terdekat neighboring counties
berpengaruh negatif Boarnet, 1994. Beberapa ringkasan hasil studi dapat dilihat dalam ringkasan yang telah ditulis di bab 2, pada Tabel 2.2
IX. KOMPLEMEN DAN KOMPETISI ANTARWILAYAH
Kebijakan pembangunan infrastruktur jaringan jalan raya, jala tol, dan jalan rel tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi wilayah, tetapi juga
memunculkan konsekuensi keterkaitan antarsektor ekonomi pada wilayah- wilayah kawasan JABODETABEK. Sektor-sektor di wilayah-wilayah tersebut
berinteraksi dan saling berkomplemen melengkapi, dan atau saling berkompetisi mensubstitusi.
Isu saling komplemen dan kompetisi antarwilayah, telah dituangkan dalam Arah Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 yang menjelaskan bahwa:
”perekonomian dikembangkan dengan memperkuat perekonomian domestik serta berorientasi dan berdaya saing global. Untuk itu dilakukan transformasi bertahap
dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif sumber daya alam menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif. Demikian pula dengan interaksi
antar daerah didorong dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan antardaerah yang kokoh” Undang-undang – Republik
Indonesia nomor 17 tahun 2007. Menyikapi isi dalam undang-undang tersebut, sangatlah tepat bila
pemerintah terus memperbaiki dan membangun infrastruktur transportasi khususnya jalan raya, jalan tol dan jalan rel sebagai sarana membangun
keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan antarwilayah antardaerah yang kokoh khususnya di kawasan JABODETABEK.
Penjelasan di atas sangatlah penting, oleh sebab itu menjadi alasan bagi penulis untuk menganalisis secara khusus hubungan saling komplemen dan
kompetisi antarwilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi bagi sektor perdagangan, perangkutan, perumahan-bangunan dan industri.