Unit Pedagang Grosir dan Ritel Jakarta UGRJ Intercept Unit Grosir Ritel Bogor UGRB Unit Grosir Ritel Tangerang UGRT Unit Grosir Ritel Bekasi UGRK

108 Tabel 7.2. Hasil Estimasi Unit Grosir-Ritel Variabel Parameter Prob. T Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Unit Pedagang Grosir dan Ritel Jakarta UGRJ Intercept

-107749 TNRJ = Total jalan non-rel Jakarta 0.003878 0.0270 0.68 - TNRBTK = Total jalan non-rel Botabek -0.001527 0.1047 -0.23 - GDAGJ = Peng. Pemerintah perdag. Jakarta 0.076798 0.0015 0.11 - QDAGJ = Produksi perdag. Jakarta 0.000607 0.0054 0.29 - POPUJ = Populasi Jakarta 0.011583 0.0001 3.19 - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9980; Adj R-SQ = 0.9969; DW = 1.977

2. Unit Grosir Ritel Bogor UGRB

Intercept -16470 IJKBB = Jalan kabupaten Bogor 0.01135 0.0232 3.25 - TJJ = Total jalan Jakarta 0.00105 0.0617 2.67 - PDRBB = PDRB Bogor 0.0000784 0.3835 - - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9612; Adj R-SQ = 0.9515; DW = 1.234

3. Unit Grosir Ritel Tangerang UGRT

Intercept -1304.8249 IJKBT = Jalan kabupaten Tangerang 0.0052 0.0005 1.38 - IJNGT = Jalan negara Tangerang 0.00136 0.1194 0.33 - TJJ = Total jalan Jakarta 0.0000664 0.0974 0.51 - TBK = Total jalan Bogor, Bekasi -0.000060 0.0537 -0.23 - PDRBT = PDRB Tangerang 0.0000232 0.0255 0.24 - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9961; Adj R-SQ = 0.9941; DW = 2.837

4. Unit Grosir Ritel Bekasi UGRK

Intercept 23401 IJNGK = Jalan negara Bekasi 0.05596 0.1103 0.23 - TJJ = Total jalan Jakarta -0.00323 0.0505 -1.95 - TNRBK = Total non-rel Bogor, Bekasi, 0.00143 0.0846 0.29 - GDAGK = Peng. Pemda utk sek. Perdag. Bek 0.4376 0.0241 0.14 - RPDRBK = Rasio PDRB Bekasi 354.5522 0.2251 0.03 - POPUK = Populasi Bekasi 0.00224 0.0768 0.52 - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.7011; Adj R-SQ = 0.5018; DW = 1.731 Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 7.2, semua variabel di dalam persamaan-persamaan unit pedagang grosir-ritel pada keempat wilayah memberikan pengaruh positif kecuali variabel total jalan non-rel Bogor- Tangerang-Bekasi pada persamaan unit pedagang grosir-ritel Jakarta, variabel total jalan Bogor-Bekasi pada persamaan unit pedagang grosir-ritel Tangerang dan variabel total jalan Jakarta pada persamaan unit pedagang grosir-ritel Bekasi. Hubungan positif dari masing-masing variabel pengaruh memiliki arti makin tinggi 109 nilainya makin mendorong bertumbuhnya jumlah pedagang grosir-ritel di wilayah masing-masing. Jika dilihat pengaruh infrastruktur jalan di dalam wilayah sendiri terhadap pertumbuhan jumlah unit grosir-ritel, pada wilayah Jakarta elastisitas total jalan non-rel Jakarta terhadap jumlah unit grosir-ritel hanya sebesar 0.68 inelastis. Berarti, perluasan jaringan jalan non-rel jalan kabupaten, negara dan tol bukan sebagai faktor penarik kuat bertumbuhnya unit-unit grosir-ritel di wilayah Jakarta. Hasil estimasi menunjukkan perkembangan populasi Jakarta menjadi faktor pendorong yang utama elastisitas 3.19. Keadaan yang sama dengan Jakarta terjadi juga pada wilayah Bekasi, dimana perluasan infrastruktur jalan di dalam wilayah sendiri dalam hal ini jalan negara tidak memiliki kekuatan elastisitas 0.23 mendorong pertumbuhan jumlah unit pedagang grosir-ritel di Bekasi. Pada wilayah Bogor dan Tangerang, perluasan infrastruktur jalan di wilayah sendiri memiliki efek kuat mendorong pertumbuhan jumlah unit grosir- ritel. Baik di Tangerang maupun Bogor, infrastruktur pendorong pertumbuhan unit grosir-ritel tersebut adalah perluasan terhadap jalan kabupaten elastisitas masing-masing 1.38 dan 3.25. Ini menunjukkan di Bogor perluasan infrastruktur jalan tersebut memiliki dorongan sangat besar munculnya unit-unit pedagang grosir-ritel baru di wilayah itu. Selain itu, perluasan total jaringan infrastruktur jalan di Jakarta turut menjadi faktor pendorong elastisitas 2.67 tumbuhnya unit pedagang grosir-ritel di wilayah Bogor. Dalam hal ini perluasan infrastruktur jalan Jakarta membuka akses dan mobilisasi bagi pertumbuhan unit-unit grosir-ritel di wilayah Bogor. Dari keterkaitan wilayah, efek negatif dapat juga muncul ketika ada perluasan infrastruktur jalan di wilayah tetangga. Hasil estimasi menunjukkan 110 semakin diperluasanya jaringan infrastruktur jalan non-rel di wilayah Bogor- Tangerang-Bekasi, menyebabkan berkurangnya efek negatif jumlah unit grosir- ritel di Jakarta. Ini memberikan indikasi bahwa ada kompetisi diantara wilayah Jakarta dengan wilayah tetangganya Bogor, Tangerang dan Bekasi dalam pertumbuhan dan penyebaran jumlah grosir-ritel ketika makin terbukanya jaringan jalan non-rel di kedua wilayah tersebut. Kompetisi ini kemudian menyebabkan ada mobilisasi aktivitas dimana jumlah grosir-ritel di Jakarta mungkin berpindah ke wilayah tetangga. Peluang kompetisi seperti itu akibat perluasan investasi infrastruktur jalan non-rel wilayah tetangga terhadap pengurangan jumlah unit grosir-ritel Jakarta tetap ada dan terbuka. Tetapi sesuai nilai elastisitasnya, efek tersebut tidak terlalu kuat atau hanya bersifat inelastis -0.23, yang mana menunjukkan jumlah unit grosir-ritel Jakarta tidak berkurang secara drastis atau berkurang dalam jumlah relatif kecil. Pada wilayah Tangerang, efek negatif yaitu berkurangnya jumlah unit pedagang grosir-ritel disebabkan oleh perluasan total jaringan jalan Bogor- Bekasi. Elastisitas jaringan jalan tersebut sangat kecil -0.23, menunjukkan potensi pengurangan jumlah unit grosir-ritel tidak dalam jumlah besar akibat perluasan infrastruktur jalan tetangga tersebut. Sementara di Bekasi, efek perluasan infrastruktur jalan total Jakarta memberikan efek kuat elastisitas -1.95 mengurangi pertumbuhan unit-unit pedagang grosir-ritel di Bekasi. Ini menunjukkan akses yang makin lancar akibat terbukanya jaringan jalan Jakarta- Bekasi dapat membawa konsumen lebih dekat ke pusat-pusat grosir-ritel di Jakarta. Kemungkinan ini dapat saja menjadi penghambat pertumbuhan cepat grosir-ritel di wilayah Bekasi. 111

7.1.1.3. Persamaan Unit Hotel UHTL

Hasil estimasi terhadap persamaan jumlah unit hotel wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi pada Tabel 7.3 secara statistik adalah baik. Nilai koefisien determinasi, R 2 masing-masing persamaan berkisar antara 0.8524 – 0.9733 dan probabilitas F yang mencapai alfa 99 persen. Ini menunjukkan variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam setiap persamaan baik secara individu maupun secara bersama-sama dapat menjelaskan perilaku jumlah unit hotel di wilayah masing-masing. Tabel 7.3. Hasil Estimasi Unit Hotel Variabel Parameter Prob. T Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Unit Hotel Jakarta UHTLJ Intercept