86
Tabel 5.12. Pertumbuhan Jumlah Rumah Perumnas di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
Tahun Jumlah unit
Jakarta Bogor
Depok Tangerang
Bekasi 1990
70190 16182
8118 5608
1991 4222
13349 6697
4626 1992
2374 17750
8905 6151
1993 8089
22027 11051
763 1994
2647 27512
13803 9534
1995 3689
41136 20638
14256 1996
3380 39493
19813 13686
1997 8048
35823 17972
12415 1998
5978 18812
9438 65519
1999 554
12371 6207
4287 2000
928 15909
2936 7982
5513 2001
1609 14457
2668 7253
5010 2002
1904 17306
3193 8683
5998 2003
2136 17474
3224 8766
6056 2004
2580 18261
3369 9161
6328 2005
3073 21876
4036 10975
7581 2006
3573 24405
4503 12244
8458
Sumber: Disusun sendiri, berdasarkan data dari Perumnas Wilayah III
5.9. Aktivitas Sektor Industri
Pembangunan aktivitas sektor perindustrian di kawasan JABODETABEK diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan
kokoh dalam rangka menciptakan landasan perekonomian yang kuat agar tumbuh dan berkembang atas sendiri. Pada sektor industri di kawasan ini hanya
mencakup subsektor industri tanpa migas yang mencakup industri besar, sedang menengah, serta industri kecil dan rumah tangga. Industri besar dan sedang
mencakup perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 19 orang, sedangkan industri kecil 5 sampai 19 orang dan industri kerajinan rumah tangga
dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang. Untuk wilayah Jakarta, Bogor, pertumbuhan jumlah unit industri ini relatif menurun. Dalan kurun waktu 10 tahun
87
yaitu 1996 sampai 2006 untul wilayah Jakarta dengan persentase penurunan sebesar minus 35 persen, sedangkan wilayah Bogor dengan nilai penurunan
sebesar minus 37.18 persen. Pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang untuk periode tahun 1990 sampai tahun 2006 pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. Perkembangan Jumlah Industri Besar dan Sedang di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
Tahun Jumlah unit
Jakarta Bogor
Depok Tangerang
Bekasi 1990
2270 1156
1288 1016
1991 2231
1115 1350
1056 1992
2333 1074
1366 987
1993 2284
1033 1395
940 1994
2378 1062
1405 933
1995 2548
1094 1455
910 1996
2630 1081
1445 886
1997 2384
1070 1395
799 1998
2122 1025
1350 717
1999 2276
814 1345
769 2000
2285 641
49 1320
735 2001
2146 619
49 1340
845 2002
1952 629
49 1325
902 2003
1918 635
50 1300
957 2004
1842 639
50 1298
1015 2005
1802 643
51 1295
1087 2006
1712 679
51 1290
1076
Sumber: Disusun sendiri, berdasarkan data Dinas Deperindag setem pat.
VI. DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN
6.1. Variabel Infrastruktur Jaringan Jalan
Selama ini jaringan jalan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dapat dikategorikan atas jalan raya, jalan tol dan jaringan jalan rel.
Menurut Undang-undang RI nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, bahwa kewenangannya Jalan dibedakan atas Jalan Negara, dan Jalan Kabupaten.
Berdasarkan fungsinya Jalan Negara merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi,
jalan strategis nasional, serta jalan tol. Sedangkan Jalan Kabupaten, adalah merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
UU-RI nomor 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol, bahwa Jalan Tol, sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum merupakan lintas alternatif, dimana
penggunanya diwajibkan membayar tol. Dengan demikian jalan tol harus mempunyai spesifikasi dari pelayanan yang lebih tinggi dari jalan umum yang
ada. Jalan tol mempunyai pelayanan keamanan dan kenyamanan yang lebih tinggi dari jalan umum yang dan dapat melayani arus lalu lintas jarak jauh dengan
mobilitas tinggi. Demikian pula dengan undang-undang nomor 23 tahun 2007 tentang
Perkeretaapian, menjelaskan bahwa Jalan Rel adalah infrastruktur transportasi yang imenggunakan gerbong dengan tujuan memperlancar perpindahan orang
danatau barang secara massal, dengan selamat, aman, nyaman, cepat, tepat