Dampak Kebijakan Infrastruktur Jalan Tol Wilayah Tangerang Dampak Kebijakan Infrastruktur Jalan Tol Wilayah Bekasi

158 perangkutan Tangerang QANGT pertumbuhannya negatif menurun sebesar 4.24 persen, hal ini tidak menurunkan pertumbuhan PDRB Tangerang secara keseluruhan. Terhadap wilayah Bogor sendiri, kebijakan ini hanya menaikkan pertumbuhan PDRB sebesar 0.62 persen, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor industri QINDB, dengan nilai nominal serbesar 55.202 juta rupaih atau bertumbuh sebesar 1.14 persen. Sedangkan untuk wilayah Jakarta dan Bekasi pertumbuhan PDRB meningkat positip masing-masing sebesar 0.71 persen, dan 0.55 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. dan Tabel 8.3. Tabel 8.3. Hasil Simulasi Kebijakan Infrastruktur Jalan Tol Terhadap PDRB Wilayah Wilayah Injeksi Wilayah Dampak Jakarta Bogor Tangerang Bekasi JABODETABEK Jakarta 2.60 0.85 1.45 0.54 1.57 Bogor 0.71 0.62 2.77 0.55 0.77 Tangerang 0.75 1.59 2.75 0.47 0.81 Bekasi - 0.39 -1.2 - 0.61 - 0.16 - 0.35 JABODETABEK 1.83 - 0.26 1.10 0.32 1.03

8.2.2.3. Dampak Kebijakan Infrastruktur Jalan Tol Wilayah Tangerang

Dampak kebijakan jalan tol wilayah Tangerang meningkatkan pertumbuhan seluruh wilayah dampak. Terhadap wilayah Tangerang sendiri pertumbuhannya meningkat sebesar 2.75 persen. Pertumbuhan ini tertinggi diantara wilayah lainnya. Pertumbuhan wilayah Jakarta, Bogor dan Bekasi meningkat masing-masing sebesar 0.75 persen, 1.59 persen, dan 0.47 persen. Serta kawasan JABODETABEK secara keseluruhan PDRB nya bertumbuh sebesar 0.81 persen. 159 Besarnya pertumbuhan PDRB 2.75 persen di wilayah Tangerang tersebut, merupakan kontribusi yang berasal dari sektor perumahan-bangunan Tangerang QRUMT sebesar 15.57 persen. Setelah itu berturut-turut sektor industri besar- menengah, dan unit industri kecil QINDT sebesar 4.37 persen, selanjutnya sektor angkutan QANGT sebesar negatif 4.24 persen, dan sektor perdagangan QDAGT sebesar 0.71 persen. Kebijakan investasi tol 10 persen di wilayah Tangerang ini, juga berdampak terhadap pertumbuhan sektordi wilayah sekitarnya. Untuk Jakarta, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor angkutan QANGJ dengan persentase pertumbuhan sebesar 3.97 persen. Sementara dampak terhadap wilayah Bogor, pertumbuhan tertinggi berada di sektor industri QINDB sebesar 2.92 persen. Sedangkan di wilayah Bekasi, pertumbuhan tertinggi berada di sektor perumahan-bangunan QRUMK dengan kenaikkan pertumbuhan sebesar 9.62 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. dan Tabel 8.3.

8.2.2.4. Dampak Kebijakan Infrastruktur Jalan Tol Wilayah Bekasi

Berbeda dengan kebijakan di wilayah-wilayah sebelumnya, kebijakan menaikkan investasi jalan tol Bekasi sebesar 10 persen berdampak menurunkan pertumbuhan ekonomi PDRB di semua wilayah termasuk wilayah Bekasi sendiri. Besarnya persentase pertumbuhan negatif pada tiap wilayah berturut- turut adalah wilayah Bekasi sendiri sebesar negatif 0.16 persen, Jakarta sebesar negatif 0.39 persen, Bogor sebesar negatif 1.2 persen dan Tangerang sebesar negatif 0.61 persen. Kontribusi terbesar dari penurunan PDRB Jakarta berasal dari sektor perangkutan QANGJ sebesar negatif 3.25 persen, kemudian diikuti oleh sektor 160 perdagangan QDAGJ sebesar negattif 0.85 persen, sektor industri QINDJ dan sektor perumahan-bangunan QRUMJ masing-masing sebesar negatif 0.23 persen dan negatif 0.04 persen. Untuk wilayah Tangerang, kontribusi terbesar turunnya PDRB berasal dari sektor perumahan-bangunan QRUMT sebesar negatif 3.62 persen. Kemudian diikuti sektor industri QINDT sebesar negatif 0.58 persen, sektor perdagangan QDAGT dan sektor angkutan QANGT masing-masing sebesar negatif 0.56 persen dan sebesar negatif 0.23 persen. Sekalipun tidak signifikan, sektor perdagangan QDAGK dan sektor angkutan QANGT wilayah Bekasi mengalami pertumbuhan positif masing- masing sebesar 0.03 persen dan 0.07 persen. Demikian pula sektor perumahan- bangunan QRUMB satu-satunya sektor di wilayah Bogor yang mengalami pertumbahan positif sebesar 0.05 persen. Hasil simulasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. dan Tabel 8.3. 8.2.3. Dampak Kebijakan Infrastruktur Jaringan Jalan Rel Untuk melihat dampak infrastruktur jaringan rel Jabotabek, simulasi dilakukan melalui dua skenario. Pertama, simulasi dilakukan tanpa menyertakan investasi jaringan jalan rel Jabodetabek, atau melakukan simulasi dengan menaikkan investasi gabungan jalan raya dan jalan tol seluruh wilayah. Kedua, pada tahapan ini, simulasi dilakukan dengan menggabungkan investasi jaringan jalan rel ke dalam skenario pertama. Alasan melakukan dua skenario adalah untuk melihat perbedaan dua kondisi sebelum dan sesudah memasukkan komponen jaringan jalan rel di suatu wilayah. Selain itu, di satu wilayah jaringan infrastruktur jalan rel tidak dapat berdiri sendiri, sehingga jalan raya dan jalan tol menjadi bagiannya. 161 Pada simulasi kebijakan skenario pertama memperlihatkan, wilayah Jakarta, Tangerang dan Bekasi PDRB nya bertumbuh positip masing-masing sebesar 2.05 persen, 1.37 persen dan 0.40 persen. Hanya wilayah Bogor, pertumbuhan PDRB nya negatif sebesar 2.58 persen. Sementara kawasan JABODETABEK keseluruhan meningkat sebesar 0.99 persen. Pada skenario kedua dengan menyertakan jaringan jalan rel Jabotabek secara signifikan PDRB semua wilayah meningkat, terutama wilayah Bogor. Sebelum menyertakan investasi rel pertumbuhannya negatif sebesar 2.58 persen, setelah memasukkan komponen jaringan jalan rel Jabotabek wilayah Bogor secara signifikan bertumbuhan sebesar 1.38 persen. Dari Tabel 8.5 berikut jelas terlihat bahwa dampak kebijakan jaringan rel adalah signifikan menaikkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Kedua skenario dapat dilihat pada Lampiran 5. dan Tabel 8.4. Tabel 8.4. Simulasi Kebijakan Jaringan Jalan Rel terhadap PDRB Wilayah Wilayah Dampak Kebijakan Tanpa Jaringan Jalan Rel Kebiajkan Dengan Jaringan Jalan Rel Jakarta 2.05 2.43 Bogor - 2.58 1.38 Tangerang 1.37 1.56 Bekasi 0.40 0.47 JABODETABEK 0.99 1.50 Dari hasil simulasi kebijakan tersebut memperlihatkan, jaringan jalan rel Jabotabek di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi memiliki peranan penting dalam aktivitas berbagai sektor dan pertumbuhan PDRB wilayah. Namun, bila kebijakannya hanya menaikkan infrastruktur jaringan jalan rel saja, maka yang terjadi adalah pertumbuhan PDRB yang negatif menurun di semua wilayah. Lampiran 5. memperlihat penurunan pertumbuhan PDRB Jakarta, Bogor, 162 Tangerang dan Bekasi masing-masing minus 0.38 persen, 3.96 persen, 1.20, dan 0.07 persen. Hal ini berarti bahwa pembangunan jaringan jalan rel Jabotabek harus didukung atau simultan dengan pembangunan jalan raya dan jalan tol.

8.3. Dampak Kebijakan terhadap Produksi Sektoral