Total Tenagakerja Sektor Industri Jakarta TKINDJ Tenagakerja Sektor Industri Tangerang TKINDT

137 Tabel 7.12. Hasil Estimasi Tenaga Kerja Sektor Industri Variabel Parameter Prob. T Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Total Tenagakerja Sektor Industri Jakarta TKINDJ

Intercept -14111 UMR = Upah Minimum Regional -1797.096 0.0010 -2.66 -5.40 GINDJ = Peng. Pemda Jakarta utk sek . industri 24.7496 0.1080 0.42 0.86 PDRBJ = PDRB Jakarta 0.0115 0.0010 2.84 5.77 LTKINDJ = Lag endogen 0.5069 0.0054 0.44 0.89 Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9668; Adj R -SQ = 0.9548; DW = 1.278 2. Tenagakerja Sektor Industri Bogor TKINDB Intercept -78717 UMR = Upah Minimum Regional -431.6280 0.1007 -1.14 -1.45 PDRBB = PDRB Bogor 0.0516 0.0033 2.38 3.03 LTKINDB = Lag endogen 0.2132 0.1615 0.18 0.23 Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9076; Adj R-SQ = 0.8845; DW = 1.227

3. Tenagakerja Sektor Industri Tangerang TKINDT

Intercept -190761 UMR = Upah Minimum Regional -1304.8178 0.0087 -2.65 - PDRBT = PDRB Tangerang 0.01878 0.1919 0.85 - Prob. F = 0.0001; R -Square = 0.8644; Adj R-SQ = 0.8435; DW = 0.978 4. Tenagakerja Sektor Industri Bekasi TKINDK Intercept -208262 UMR = Upah Minimum Regional -178.6766 0.1848 -0.56 - PDRBK = PDRB Bekasi 0.0135 0.0007 1.59 - TUINDK = Total unit aktivitas sek.industri Bek. 59.7264 0.0350 1.30 - Prob. F = 0.0001; R-Square = 0.9444; Adj R-SQ = 0.9305; DW = 1.264 Variabel UMR berhubungan secara negatif dengan penyerapan tenaga kerja semua wilayah, sedangkan semua variabel pengaruh lainnya berhubungan secara positif. Ini menunjukkan makin besar nilai variabel tersebut makin meningkat penyerapan tenaga kerja sektor industri masing-masing wilayah. Pada wilayah Jakarta dan Bogor, kenaikan UMR berpotensi kuat elastis mengurangi jumlah penyerapan tenaga kerja sektor industri. Potensi pengurangan penyerapan tersebut dapat terjadi segera setelah UMR naik dan juga dalam jangka panjang elastisitas berturut-turut -2.66, -5.40 dan -1.14, -1.45. Ini menunjukkan kenaikan UMR cukup rentan menghambat penyerapan tenaga kerja di sektor industri di kedua wilayah. Akan tetapi penyerapan tenaga 138 kerja pada kedua wilayah itu juga berpotensi meningkat secara cepat bilamana PDRB kedua wilayah mengalami peningkatan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang elastisitas masing-masing 2.84, 5.77 dan 2.38, 3.03. Kekuatan antara kenaikan penyerapan tenaga kerja akibat kenaikan PDRB dengan menurunnya penyerapan tenaga kerja akibat kenaikan UMR hampir seimbang. Akan tetapi berdasarkan nilai elastisitas masing-masing variabel, potensi kenaikan penyerapan tenaga kerja masih lebih besar dibandingkan potensi pengurangannya. Pada Tangerang, efek kenaikan UMR juga sangat kuat atau elastis elastisitas -2.65, akan tetapi kenaikan PDRB wilayah ini tidak cukup kuat elastisitas 0.85 mendorong pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Sementara di Bekasi, kenaikan UMR tidak banyak menekan penyerapan tenaga kerja sektor industri bersifat inelastis di wilayah. Sebaliknya, kenaikan total unit aktivitas sektor industri Bekasi dan PDRB wilayah itu keduanya akan mendorong pertumbuhan penyerapan tenaga kerja lebih banyak. Ini menunjukkan wilayah Bekasi potensial di dalam penyerapan tenaga kerja di dalam sektor industri.

7.3. Pengaruh Investasi Infrastruktur Transportasi terhadap Produksi Sektoral

Peningkatan terhadap produksi sektoral terutama terkait dengan jumlah penyerapan tenaga kerja, total jumlah unit-unit aktivitas yang tumbuh di dalam masing-masing wilayah, pengaruh pemerintah daerah yang turut terlibat mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor ekonomi melalui peningkatan pengeluaran pembangunan dan terkait juga dengan jumlah kredit yang dikucurkan di dalam perekonomian. Keterkaitan produksi dengan infrastruktur 139 transportasi jalan dilihat melalui efek-efek tidak langsung melalui tumbuhnya unit- unit aktivitas ekonomi yang melekat dengan perluasan dan pembangunan infrastruktur jalan.

7.3.1. Persamaan Produksi Sektor Perdagangan QDAG

Pada Tabel 7.13 disajikan hasil-hasil estimasi terhadap persamaan produksi sektor perdagangan wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Secara statistik hasil estimasi tersebut baik. Nilai koefisien determinasi, R 2 setiap persamaan berkisar antara 0.9300 hingga 0.9885 dan probabilitas F mencapai alfa 99 persen. Ini menunjukkan variabel-variabel baik secara individu maupun bersama-sama yang dimasukkan ke dalam setiap persamaan dapat menjelaskan perilaku produksi sektor perdagangan wilayah masing-masing. Variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produksi sektor perdagangan berturut-turut : 1 Wilayah Jakarta QDAGJ adalah total unit aktivitas sektor perdagangan Jakarta TUDAGJ, jumlah tenaga kerja sektor perdagangan Jakarta TKDAGJ dan jumlah kredit sektor perdagangan; 2 Wilayah Bogor QDAGB : rasio total unit aktivitas sektor perdagangan Bogor TUDAGB, jumlah tenaga kerja sektor perdagangan Bogor TKDAGB dan jumlah kredit sektor perdagangan; 3 Wilayah Tangerang QDAGT : total unit aktivitas sektor perdagangan Tangerang TUDAGT; dan 4 Wilayah Bekasi QDAGK : total unit aktivitas sektor perdagangan Bekasi TUDAGK, jumlah tenaga kerja sektor perdagangan Bekasi TKDAGK dan jumlah kredit sektor perdagangan. Semua variabel pengaruh berhubungan secara positif yakni makin besar nilai variabel tersebut makin meningkat produksi wilayah masing-masing. 140 Tabel 7.13. Hasil Estimasi Produksi Sektor Perdagangan Variabel Parameter Prob. T Elastisitas Jangka Pendek Jangka Panjang

1. Produksi Sektor Perdagangan Jakarta QDAGJ Intercept