Metode Penelitian Pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal yang berkelanjutan di perairan Tegal Jawa Tengah

48 yang menangkap ikan demersal. Sedangkan untuk mengetahui tentang kelayakan usaha dan mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan, data yang diambil adalah data tentang lingkungan dan kondisi sosial ekonomi nelayan. Data yang dikumpulkan diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kelautan setempat dan Tempat Pelelangan Ikan. Pengambilan contoh sampel sebagai obyek penelitian dilakukan secara purposive. Metode pengambilan contoh secara purposive dilakukan dengan cara memilih sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, dimana pertimbangan tersebut didasarkan pada tujuan penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, maka pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa unit-unit penangkapan ikan yang dianalisis mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi. Sehingga sebagaimana yang dinyatakan oleh Wisudo et al., 1994, apabila unit-unit penangkapan ikan yang dianalisis mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi, maka empat sampai enam responden dari setiap jenis unit penangkapan dianggap telah mewakili masing-masing unit penangkapan tersebut. Responden yang diambil meliputi pejabatpegawai Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal dan pemerintah daerah setempat, nelayan yang meliputi nelayan pemilik atau juragan pengusaha, nahkoda dan anak buah kapal, pedagang ikan, tokoh masyarakat nelayan, pegawai KUD Mina dan lainnya, yang berjumlah 91 responden. Jumlah responden menurut jenis alat tangkap disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan jumlah sampel alat tangkap yang diambil Jenis responden Jumlah sampel Pejabatpewawai DPK Kota Tegal 5 Pegawai Pemda Kota Tegal 5 Nelayan Nakhoda, ABK 50 Pemilik KapalPengusaha 10 Pedagang Ikan 10 Pegawai KUD Mina 3 Tokoh Masyarakat dll 8 Jumlah 91

3.4 Metode Penelitian

49 Beberapa materi yang dijadikan topik dalam penulisan disertasi ini sesuai dengan tahapan penelitian pada Gambar 1 adalah : 1 Kondisi perikanan demersal di daerah penelitian; 2 Potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal; 3 Pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal secara ekonomi dan alokasi unit penangkapan yang optimal; 4 Pola musim penangkapan ikan demersal; 5 Prioritas pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal dengan Analisis Hirarki Proses AHP dan 6 Pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal yang berkelanjutan. Secara ringkas metode yang diterapkan untuk pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini adalah yang terangkum dalam Tabel 3. Tabel 3 Ringkasan metode penelitian dalam mengumpulkan dan menganalisis data Bab Topik Pengumpulan dan Analisis Data 4 Kondisi perikanan demersal di Kota Tegal - Data statistik perikanan dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal selama 10 tahun terakhir. - Wawancara langsung dengan para nelayan dan, KUD, DKP dll - Data dan informasi lainnya yang terkait. 5 Potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal - Data statistik perikanan dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal selama 10 tahun terakhir. - Standardisasi upaya penangkapan ikan demersal arad dan dogolcantrang - Wawancara langsung dengan para nelayan dan, KUD, DKP dll - Pendugaan potensi lestari hasil tangkapan dan upaya penangkapan berdasarkan metode surplus produksi Schaefer, 1954 - Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan hasil tangkapan ikan demersal pada tahun terakhir dan MSY 6 Pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal secara ekonomi dan alokasi unit - Data statistik perikanan dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal selama 10 tahun terakhir. 50 penangkapan demersal - Wawancara langsung dengan para nelayan dan, KUD, DKP dll - Standardisasi upaya penangkapan ikan demersal arad dan dogolcantrang - Pendugaan potensi ekonomi lestari MEY berdasarkan metode bio-ekonomi dari Schaefer-Gordon dengan menggunakan program Mapple 10. - Analisis kelayakan usaha dan finansial BC ratio, NPV dan IRR - Menghitung alokasi unit penagkapan ikan optimal dengan menggunakan program linear programming dan mappple 10 7 Pola musim penangkapan ikan demersal - Data Statistik Perikanan dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal selama 10 tahun terakhir. - Wawancara langsung dengan para nelayan dan, KUD, DKP dll - Standardisasi upaya penangkapan ikan demersal arad dan dogolcantrang. - Analisis pola musim penangkapan ikan demersal dengan metode rata-rata bergerak moving average. 8 Prioritas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan demersal yang berkelanjutan dengan analisis hirarki proses - Wawancara langsung dengan para nelayan dan, KUD, DKP dll - Analisis AHP dengan menggunakan program dari Team Expert Choice TEC 9 Pembahasan umum - Merupakan hasil kajian dari penelitian pada bab terdahulu hasil penelitian dari Bab 4 sampai Bab 8. - Membuat pola dan merumuskan alternatif strategi pemanfaatan SDI yang berkelanjutan. 4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL 4.1 Pendahuluan Secara geografis Kota Tegal terletak pada posisi 06 50’ LS sampai 06 53’ LS dan 109 08’ BT sampai 109 10’ BT. Kota Tegal merupakan daerah Tingkat II Dati II yang berada dalam daerah Tingkat I Dati I Provinsi Jawa Tengah dan terdiri atas 4 kecamatan yaitu : Kecamatan Tegal Barat, Kecamatan Tegal Timur, Kecamatan Tegal Selatan, dan Kecamatan Marganda. Adapun batas-batas Kota Tegal yaitu : Sebelah Utara: Laut Jawa, sebelah Selatan : Kabupaten Tegal, sebelah Timur : Kabupaten Tegal, sebelah Barat : Kabupaten Brebes. Secara administratif Kota Tegal mempunyai wilayah seluas 35,38 km 2 yang terdiri dari 4 empat wilayah kecamatan dengan 27 dua puluh tujuh kelurahan, dimana 4 empat wilayah kelurahan mempunyai daerah pantai yang merupakan basis kegiatan perikanan dengan panjang garis pantai 10,5 km. Kegiatan perikanan didominasi oleh kegiatan perikanan tangkap yang beroperasi di wilayah perairan pantai dan lepas pantai. Kota Tegal ditinjau dari aspek topografi terdiri dari daerah pantai dan daratan rendah. Jenis tanah aluvial dengan struktur tanah yakni pasir dan tanah liat. Relief daratan dapat dikategorikan sebagai dataran rendah dengan ketinggian 1-3 m dari permukaan laut, dan sungai yang terdapat di pantai. Memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata sekitar 27 C. Intensitas cahaya matahari sekitar 65 dengan rata-rata curah hujan sekitar 1.817 mm, rata-rata hujan per tahun adalah 203 hari. Desa Muarareja yang merupakan tempat penelitian ini berlangsung, berada dalam kecamatan Tegal Barat. Sebagian besar penduduknya adalah petani dan nelayan dengan sarana pendukung berupa aktivitas penangkapan ikan didukung oleh beroperasinya 3 pusat Tempat Pelelangan Ikan TPI, yaitu : TPI Pelabuhan, TPI Tegalsari, dan TPI Muarareja. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Indonesia dan perairan ZEE Indonesia sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia. Para nelayan sudah dari dahulu memanfaatan sumberdaya ikan di perairan Indonesia dan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, juga sudah banyak dikeluarkan oleh institusi pemerintah yang berwenang, bahkan sebelum UU No 31 Tahun 1985 dan UU No.34 Tahun 2004 tentang Perikanan itu sendiri dibuat dan diundangkan. Kebijakan lainnya yang juga terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan adalah Undang- 52 undang Pemerintah Daerah, yakni UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2005, terutama yang berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan secara terus menerus tanpa memperhatikan ketersediaan stok akan dapat mengurangi daya dukung sumberdaya itu sendiri. Oleh sebab itu pengelolaan sumberdaya perikanan laut perlu memperhatikan jenis teknologi penangkapan ikan yang digunakan. Pada umumnya nelayan telah terbiasa dengan alat tangkap yang digunakan, nelayan juga telah memiliki keterampilan dan kemungkinan besar teknologi penangkapan tersebut telah sesuai dengan kondisi perairan setempat. Pada umumnya setiap nelayan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan besar. Salah satu cara yang ditempuh adalah memperbesar unit penangkapan dan memperbesar unit usaha, namun pada saat ini pemanfaatan sumberdaya perikanan masih sangat terbatas. Apabila sumberdaya perikanan laut dimanfaaatkan secara terus menerus tanpa memperhatikan kelestarian maka daya dukung sumberdaya tersebut dapat berkurang. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian tersebut maka dalam memanfaatkannya harus diperhatikan unit penangkapan ikan yang digunakan. Alat penangkapan ikan didefinisikan sebagai peralatan tangkap untuk menangkap ikan dan hewan lainnya yang dioperasikan dari atas kapal perahu atau dari darat. Pengertian ikan di sini mencakup jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada di laut, di perairan umum yang menjadi subyek yang dimanfaatkan dan diminati oleh manusia. Untuk penangkap ikan diperlukan alat tangkap, dimana yang paling sederhana adalah dengan tangan, kemudian berkembang dengan menggunakan tombak harpoon dan terus berkembang sampai dengan peralatan yang tergolong sangat efektif seperti trawl. Dalam usaha penangkapan ikan harus diusahakan sebesar mungkin. Salah satu usaha adalah memperbesar Catch Per Unit Effort CPUE dapat ditempuh dengan memperbaiki atau menggunakan teknologi penangkapan ikan yang sesuai dengan persyaratan ekploitasi yang tidak merusak kelestarian sumberdaya serta tidak menimbulkan dampak sosial daerah setempat. Sebagai langkah untuk memajukan teknologi penangkapan ikan perlu frekuensi penelitian ditingkatkan selama alat tangkap berkaitan dengan peningkatan produktivitas meningkatkan taraf hidup nelayan dan keadaan sosial masyarakat yang lebih baik. 53 Dewasa ini dengan peralatan bantu lainnya seperti echosounder, GPS dan sebagainya kegiatan penangkapan ikan menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam menangkap ikan, pada umumnya tidak lepas dari tiga aspek yakni alat tangkap, kapal dan metode pengoperasiannya. Meskipun terdapat berbagai macam jenis dan metode pengoperasiannya, namun dapat diklasifikasikan menjadi beberapa saja. Teknologi penangkapan tidak hanya berkaitan dengan alat, metode dan kapal ikan saja, tetapi juga erat berkaitan dengan berbagai aspek atau faktor-faktor yang bersifat biologis maupun lingkungan yang pada akhirnya berkaitan dengan diperolehnya hasil tangkapan dari sesuatu populasi ikan, serta berbagai kemungkinan bagi perkembangan penangkapan secara keseluruhan. Cakupan serta berbagai fungsi teknologi penangkapan ini sebenarnya dapat dibagi menjadi bagian yang langsung dan bagian yang tidak langsung berhubungan dengan teknologi penangkapan. Unit penangkapan arad merupakan unit penangkapan yang menyerupai alat tangkap trawl, sedangkan alat tangkap dogolcantrang merupakan jenis alat tangkap yang termasuk golongan pukat tarik. Ikan hasil tangkapan dalam pengoperasian alat tangkap arad dan dogolcantrang adalah ikan demersal. Sumberdaya perikanan demersal ditangkap juga oleh tangkap lain seperti alat tangkap gillnet, trammel net dan lain sebagainya, namun dalam jumlah yang relatif sedikit sekali.

4.2 Tujuan